part 20

2.1K 244 33
                                    

Dari pada diam diri di rumah, mending Kana pergi latihan. Udah lama dia nggak latihan basket, otot sama sendi nya pasti kaku banget.

Di lapangan basket, nggak ada orang selain dia. Karena yang lain lagi pada istirahat, tapi Kana nolak dan mau latihan terus buat nebus absenan bolos nya. Dengan wajah di tekuk, Kana masih setia masukin bola kedalam ring. Bahkan tanpa aba-aba pun bola itu meluncur ke tempat nya.

Kana masih kesel, tentang pembahasan tadi siang. Oh, ternyata Karina jauh lebih penting dari pada dia. Ternyata tuh cewek punya potensi besar buat bikin Zeno ngebentak dia.

Senyuman miris terukir di wajah Kana yang sudah di penuhi dengan keringat. Bahkan baju nya pun sudah basah. Kana duduk di tengah lapangan sambil meremat kepala nya yang berdenyut nyeri.

Satu tangan terulur kedepannya sambil membawa sebotol air mineral. Kana mendongak dan menemukan April di hadapan nya. "Lo keliatan gak konsen, minum dulu biar cairan lo gak abis. Nanti lo dehidrasi lagi" ketua OSIS itu kemudian duduk di samping Arkana yang menyambut hangat minuman pemberiannya.

April masih suka, tapi dia enggak bisa merubah takdir. Dia terlambat. Sekarang Kana udah enggak suka sama dia, beda kayak dulu.

"Na" Panggilnya dengan suara lembut.

"Hm?"

"Jangan sedih gitu dong, lu jelek bangett. Bener bener jelekk" kata April sambil memicingkan matanya.

Arkana mendengus kemudian menjentikkan jari telunjuk nya di kening April. "Bodo amat"

"Aduh sialan, sakit" April mendecak sebal sambil mengusap kening nya yang sedikit memerah.

Kemudian gadis itu menunjuk ke arah awan mendung yang mungkin sebentar lagi hujan. "Langit gak suka kalau liat lo murung kayak gini, buktinya dia juga ikutan mendung"

"Apa hubungan nya sama gw??"

"Ada" tukas April cepat. "Kalau seseorang yang tadinya jadi kunci kebahagian banyak orang, terus dia tiba-tiba murung kayak gini. Pasti langit nggak suka, langit nggak mau matahari nya pergi" kata April yang masih setia di dengarkan oleh Arkana. Kemudian gadis itu menunjuk tepat di depan wajah Arkana, membuat si empu sedikit terkejut. "Dan lo, bukan cuman langit yang gak suka liat lo murung. Gw juga gak suka" sambung April.

"Idih si eneng" Kana menurunkan tangan April. "Udah sore, gw mau pulang dulu ye. Di rumah kagak ada siapa-siapa" kata nya.

"Nah gitu dong" April terkekeh. Bukan nggak suka liat Kana di sekolah, tapi kalau Kana terus-terusan latihan bisa pingsan dia.

Hey, April itu bukan cewek serakah apalagi bodoh. Perihal menyukai tak harus memiliki. Itu prinsipnya. Kalau masih bisa liat dan deket sama orang yang dia suka, terus kenapa minta lebih?

Kuncinya, jangan merubah takdir.

"Lo kapan pulang emang?"

"Bentaran lagi, mau balik ke ruang Osis nih gw" seru gadis itu sambil tersenyum lebar ke arah Arkana.

Kana ikut tersenyum. "Yodah, gw duluan. Bye"

"Bye, hati-hati lo"

"Iye iye bawel lo nek"

"Anj?!"

"JUST KIDDING-!!" Kana langsung lari keluar lapangan, takut si April ngamuk kan bahaya. Sebelum itu dia balik ke ruangan club basket buat ngambil tas miliknya.

Udah nggak asing lagi Kana sama suasana yang kayak gini. Leon lagi berantem sama Arjun, terus Garda ngajak adkel masuk kedalam ruang club, dan satu lagi Defa lagi asik main game.

Kana ngambil tas nya kemudian keluar dari ruangan. Dia berjalan dengan langkah nya yang teratur, sebelum melihat Arzeno di sebrang sana. Pandangan mereka bertemu untuk waktu yang cukup lama, Arzeno memutuskan untuk menyudahinya dan berjalan melewati Arkana yang masih mematung di tempat.

Kana membeku di tempat, napasnya tercekat ketika Zeno berjalan begitu saja tanpa menoleh lagi ke arah nya. Kana memutar badan nya dan langsung melihat Arzeno tengah merangkul tubuh Karina. Gadis itu tersenyum remeh sambil balas merangkul tubuh Arzeno.

"Z-zen?"

Dua orang itu berjalan tanpa menghiraukan kehadiran Arkana. Kana merasakan dada nya yang penuh sesak, matanya memerah tapi dia masih bisa menahan tangisan nya.

Kana berdeham pelan, kemudian berlari menyusul Zeno. Bukan untuk menegur nya, tapi pergi melewatinya.

Zeno tau Kana pasti kesal melihat dia kayak gitu. Tapi untuk sekarang, dia malas untuk membujuk Kana yang terlihat sangat egois.

"Zen?"

"Ya apa?" menoleh ke arah Karina yang berada di samping nya.

"Hehe enggak"

Kana menyembunyikan wajah sembab nya di balik tudung jaket. Masa bodoh dengan orang-orang yang melihatnya aneh. Kana nggak tau harus ngapain. Melihat Zeno jalan bareng Karina, apalagi setelah perkataan nya di atap. Itu bikin Kana sakit hati bukan main.

Sesekali Kana memukuli dadanya yang terasa sesak. Berjalan di tepi trotoar yang sepi cukup membuat Kana merasa lega, langit semakin mendung dan gerimis. Dia mendengus kesal. Untuk yang pertama kalinya dia tidak menyukai hujan.

Motor Arzeno sudah terparkir di halaman rumah nya. Kana menghela napas pelan. "Sudah pulang ya?" dia tersenyum simpul sembari berjalan memasuki halaman rumahnya. Sepi, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam nya.

Kana membersihkan diri dulu sebelum masuk ke kamar nya. Melihat ke arah jendela, tumben sekali Zeno menutup jendela nya di jam segini. Kana mengulum bibir bawahnya yang terasa kering, membaringkan tubuh nya di kasur. Meredam suara tangisan nya di balik bantal yang sengaja dia buat menjadi sandaran.

Kalau ada papah, atau mamah, pasti bahu mereka yang Kana jadikan sebagai sandaran. Tapi mereka sudah pergi jauh.

Kana terisak, mengingat jelas perkataan Zeno yang mengatainya tidak jelas. Soal sepupu, Kana meragukan ikatan itu.

Ikatan yang sama sekali tidak di anggap oleh Karina.

Derai air mata membasahi pipi berisi nya, kenapa mencintai bisa sesakit ini?

Zeno, kalau saja dia nggak mencintai cowok itu pasti Kana bakalan baik-baik aja. Sama kayak dulu, di saat mereka menjadi rival memperebutkan April dan cewek lain.

Tapi sekarang, Zeno udah bikin dia jatuh ke jurang yang gelap. Hubungan mereka emang di awali dengan kesalahan, tapi Kana enggak pernah nyangka kalau dia bisa sakit hati karna Zeno. Orang yang sejak dulu bersama nya.

Manik rusa nya terus mengeluarkan cairan bening, hidung nya memerah. "Uhmm"

"Zeno, gw kangen"

"Iya gw tau, lo gak perlu ngasih tau pun gw udah tau" sergah Zeno di saat pembicaraan Karina mengarah kepada hubungan nya dengan Arkana.

"Siapa yang mulai duluan? Bukan nya lo itu normal?"

Zeno terdiam sembari menyuapkan nasi goreng kedalam mulut nya. "Gw, gw yang mulai duluan"

Karina tersenyum sembari ikut menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. "Berarti lo gak keberatan dong, kalau lo keluar duluan dari lubang hitam nya?"

Zeno terdiam sambil mencerna perkataan Karina. Kemudian dia mengangguk pelan. "Yah"

Senyum di wajah cantik nya semakin melebar, Karina menghela napas lega. Lihat saja, kehancuran Arkana pasti sudah dekat. Dia sangat kesal karna Arkana Zeno jadi nyuekin kehadiran nya beberapa hari lalu.

"Gw bakalan keluar"

TBC.

Jangan lupa votment-!!

[ ✔ ] Arzeno ; nominWhere stories live. Discover now