PART 18

2.1K 240 3
                                    

Dua jam yang lalu mereka melepas kegelisahan keduanya. Arkana meremat keningnya yang sedikit berdenyut. Zeno masih setia menindih tubuh polosnya. Kana bergerak susah payah, berusaha menyingkirkan tubuh Zeno dari tubuhnya. "Zen, awas ah beratt" rengek Arkana, remuk sudah tubuh mungil unyu-unyu nya.

Tanda merah dimana-mana, bagian bawah yang lengket. Dan Zeno malah tidur adem ayem di atas dia. "Arzeno! Gw sembelih juga lu" tukas Arkana, setelah itu baru lah Zeno mengalah dan tidur di samping Arkana walau tangan pria itu masih posesif memeluk pinggang nya.

Kana menarik napas lega. Untung saja hidupnya tidak berakhir dengan naas karena di timpa cowok bongsor kayak Zeno. Mengusap rambut Zeno yang sedikit berantakan. Sepulang dari menaiki bianglala tadi Arzeno membawanya kesini. Apartment yang entah punya siapa, tapi kalau di tebak ini sih punya nya Zeno. Soalnya banyak poto dia.

Pemuda cantik itu menangkup wajah tampan Arzeno. Memerhatikan setiap inci wajah kekasihnya. Dia membatin, pantas saja banyak cewek yang demen ama Zeno . . toh dia sendiri ganteng kayak gini - batin nya.

Kana berdehem pelan, mengubah posisinya menjadi membelakangi Zeno. Zeno yang merasa terusik dengan tidurnya kembali mengeratkan pelukannya di tubuh Arkana. Arkana mendesah pelan, sialan punya Zeno yang kembali menyentuh lubang miliknya. Zeno sendiri tidak sadar, yang penting tidurnya nyenyak.

"Eum, Zen jauhan sedikit" cicitnya pelan. Tapi tak di gubris oleh Zeno.

Oke, itu nggak bakalan ngaruh bagi Zeno.

Malam yang buruk, menurut Arkana ya begitu.

"Zen-! Zeno-!" teriak Karina dari arah koridor sebrang. Zeno yang lagi jalan bareng Kana langsung noleh ke arah Karina yang kini berjalan menghampirinya.

"Ya, napa Rin?" tanya Zeno.

Karina mendengus pelan. "Kemarin lo kemana sih? Gw nungguin di rumah lo taunya lo gak pulang" gadis itu mengerucutkan bibirnya membuat Arkana merasa mual, dan lebih mual ketika Karina gelendotan di tangan Zeno.

Masih gw pantau, belum gw gibas - Kana.

"Kapan? Kok lo gak chat atau telpon gw?" Zeno selalu saja gitu, respon nya positif mulu. Kan Kana greget sendiri.

"Minggir dah minggir, gua gak mau jadi nyamuk" Kana hendak berlalu tapi Zeno menarik nya dan malah merangkul tubuhnya. Kana kesulitan untuk melepaskan rangkulan tangan Zeno yang terlihat seperti tengah memiting kepalanya. "P-pengap-!"

"Lo berdua udah kayak homo, ngapain sih Zen lo punya temen dekil kayak dia?" padahal Karina sendiri tau, Zeno sudah belok. Dia cuman mau mancing aja.

Kana terdiam begitupun Zeno yang sedikit terkejut. Dengan cepat Kana melepas tangan Zeno dari bahu nya. "Gw masuk duluan Zen"

"A-ah iya Na"

Senyum licik terlihat dari wajah cantiknya. Karina kembali merangkul tangan Zeno dan sedikit menggesekkan nya ke dada. "Temenin gw yah?"

"Lo ngapain Rin? Dah ah. Gw mau cabut dulu, mapel killer sekarang. Bye Karin" Zeno menepis secara halus kemudian berlari menyusul Arkana yang sudah pasti pergi ke atap bukannya kelas.

Orang ini mata pelajaran sosiologi, keduanya ya pasti bolos. Benar dugaan Arzeno. Anak itu sedang terbaring dengan mata terpejam di bawah langit yang sedikit berawan dan juga berangin. Zeno melepas jaket yang ia kenakan lalu menutupi tubuh Kana yang cuman pakai seragam.

[ ✔ ] Arzeno ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang