PART 17

2.1K 232 2
                                    

Lagi, kedua kalinya Arkana di tinggal berangkat duluan oleh Arzeno. Kana mendengus sebal, mengikat tali sepatunya dengan terburu-buru. Raut wajah nya di tekuk. Kalau Zeno sampai macem-macem sama hubungan nya. Kana nggak segan-segan buat basmi itu manusia satu.

"Ma Kana berangkat" pamit Kana, mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Januar ikut mencium punggung tangan kaka nya.

"Aa nanti pas pulang Janu nitip ultra milk dua bungkus yah?"

Kana menaikan satu alisnya. "Iya bawel ih, kan semalem udah bilang" dumel sang kaka yang mood nya hilang entah kemana.

Kana ngecek ponselnya sebentar buat mastiin tebengan nya datang. Belum juga dia keluar dari pekarangan rumahnya, suara klakson motor Garda udah terdengar. Si ketua basket itu melambai ke arah Kana, di balas oleh anggukan kepala Kana. "Waitt" katanya. Menutup kembali pintu gerbang rumahnya.

"Sayangg" Kana menoleh ke asal suara. Bunda nya Zeno.

"Eh iya bun?"

Tante Tira menghampiri Kana, di tangan nya ada dua buku. Satu catatan satu lagi buku paket mata pelajaran Geografi. "Punya Zeno ketinggalan. Bisa kamu kasih ke dia? Huh, anak bunda ceroboh banget" katanya.

Walau sedikit malas, tetap saja Kana menerima kedua buku itu. Tak lupa dia bersalaman dengan Bunda nya Zeno. Begitupun Garda yang ikut salaman ke tante Tira.

"Kita berangkat Bun" ujar Kana. Tante Tira tersenyum ramah, seperti biasa. Senyum manis yang terpatri di wajah cantiknya.

Garda mulai melajukan motornya, menjauh dari daerah komplek tempat tinggal Arkana. "Tumben lu gak bareng suami?" Garda menyeru di balik helm hitam nya.

Sedang Arkana malah di buat kesal dengan hal itu. Memukul pelan helm yang di kenakan oleh Garda. "Suami suami matamu nak"

"Eh iya, ampun mbah" kata Garda sambil bergidik ngeri, merasa aura negatif datang tiba-tiba saja. "Arzen kemana? Gak bareng lo?"

"Gak, dah jalan duluan" sahut Kana dingin.

Garda cuman ber'oh' kecil. "Sore, mau mabal gak?"

"Mabal kemana? Nilai lo merah semua ye. Enak bet mau mabal"

Garda cuman nyengir di balik helm nya. Mereka emang nggak deket, tapi sekalinya ngobrol kayak gini berasa nyambung sama asik aja. "Eh gw belum lupa ya soal lo yang mesra-mesraan di gunung bareng Arzen" celoteh Garda yang tiba-tiba membahas hal itu.

"Nape?"

"Kapan jadian nya lo berdua? Bukannya kalian rival?" ujar nya. Kana langsung konek, nggak perlu mikir panjang pun dia sudah tau Garda sedang membahas ke arah mana.

"Gatau, lupa gw" enteng Kana sambil mainin hp nya di belakang Garda.

Ia mendengus. "Mana bisa lupa oon" pekik Garda. "Gw aja jadian sama si Susan masih inget inget bae"

Kana mengerutkan keningnya. "Susan?"

"Susana maksud gw"

"Ngaco-!!" pekik Kana, kembali memukul helm yang di kenakan Garda. Garda meringis pelan, walaupun ada helm sebagai tameng, tetep aja sakit woi.

"Lo anjrr, gw iket juga tuh tangan" protes Garda tidak terima.

Di sepanjang perjalanan menuju ke sekolah mereka ribut terus tanpa ada jeda sedikitpun. Sesampainya di sekolah Kana jalan duluan dari arah parkiran menuju lapangan. Males euy, jadwal piketnya dia.

"Kak Arkana-!" teriak seorang gadis cantik bertubuh mungil. Datang menghampirinya di sertai wajah berseri. Kana berhenti di tengah lapangan.

"Yah?"

[ ✔ ] Arzeno ; nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang