PART 08

2.5K 280 5
                                    

Hari ini Kana udah anteng main basket sama Defa di lapangan. Dengan baju seragam putih abu yang masih membalut tubuhnya masing-masing yang sudah mengeluarkan peluh.

"Oii!" teriak Garda sambil bawa gitarnya Martin yang dia pinjem kemarin.

"Naon?" Defa menyahuti, sedang Kana masih fokus berlatih.

"Ini gitar pacar lo, gw simpen disini ye?"

"Iye dah" Defa kembali menyahuti. Setelahnya Garda langsung cabut, ninggalin tuh gitar di bangku penonton.

Kana noleh sekilas ke arah gitar itu. "Def, si Zeno punya degem baru" celotehnya, berhenti memasukan bola kedalam ring. "Tapi dia gak ngasih tau gw, aneh bet dah"

Defa mengerutkan keningnya, mereka berdua memutuskan untuk menyudahi latihan tersebut dan duduk di dekat gitarnya si Martin. "Masa sih dia main rahasia-rahasiaan sama lu?"

"Gak percayaan lu mah" Kana mendengus. Belum lama mereka menghentikan percakapannya, Zeno, Martin sama Leon datang nyamperin mereka.

Kana diem aja pas liat Zeno juga diem. "Dek, Garda tadi nitipin gitarnya ke kamu?" tanya Martin. Defa ngangguk sambil ngasih senyum manisnya ke Martin. Mereka udah resmi pacaran, Kana juga nggak tau mereka kapan jadian.

"Iya mas, tadi Garda nitipin"

"Mau sarapan bareng nggak?" ajak Martin. Yang tentunya langsung di setujui oleh Defa.

"Yuk!"

"Gw gak di ajak?" celoteh Leon yang iri sama kedua temennya itu.

"Gw bakalan tekor kalo ngejajanin elu" pungkas Martin, mengambil gitarnya lalu pergi ke arah kantin bersama dengan Defa.

"Yeu kampret" Leon mendengus. "Na, pinjem bola. Gw mau maen"

Kana langsung memberikan bola tersebut kepada Leon, membiarkan cowok itu main sendiri di lapangan. Kana enggak tau ada hal yang aneh atau apa, dari tadi si Zeno natap dia dalem banget. Kan Kana jadi bingung mau ngapain.

Kemarin malam juga, aneh banget pas Zeno minta di peluk sambil tiduran. Yah emang udah biasa pas waktu kecil juga mereka kayak gitu. Tapi pelukan Zeno nggak kayak biasanya. Posesif banget. Berakhir lah dengan Kana yang otaknya ngebug gegara kelakuan Zeno yang sekarang ini.

"Diem mulu" tegur Zeno, duduk di sebelah Kana.

"Capek"

"Na?"

"Hem?" Kana akhirnya menoleh kepada Zeno yang menyodorkan sebuah kotak coklat yang menurutnya nggak asing. "Apaan nih??"

"Buka aje"

Kana ngangguk dan mulai membuka kotak kecil tersebut. Mata rusanya sedikit melebar melihat dua gantungan kunci yang waktu itu dia pilih. "Kok masih ada disini?? Terus kado buat April??"

"Gw ganti, beliin dia boneka" jawab Zeno enteng. Kana udah geleng heran.

"Wah bener-bener. Terus lo mau kasih ini kesiapa hah?? Kata lo, lo udah nggak suka April sedangkan ini kan gantungan nya couple"

"Sama lu aja"

"Dihh? Apa banget lu" Kana tergelak mendengar jawaban itu. "Yakali gw couplean sama lo. Ogah No ogah, bahahah" tawanya semakin menggelegar.

Zeno sedikit mendengus karena respon Kana yang kayak gitu. Dia pikir Kana bakalan mau dan iyain kemauannya. Tapi malah kayak gini. Nasib.

Kana kembali menutup kotak tersebut, mengembalikannya kepada Zeno. Belum lama setelah itu, April datang menghampiri mereka. Kana nggak ngerti, kenapa setiap orang yang dia bahas selalu nongol di depan mata. Aduh, April tuh . . kok Kana jadi males gitu ya liat dia? Padahal dulu, ni anak bikin Kana bucin setengah mati.

[ ✔ ] Arzeno ; nominWhere stories live. Discover now