8. Jiyoung Ditembak!

596 94 1
                                    

~~~

Jiyoung duduk diam di tepi lapangan, ada Hwang Minjae di sampingnya. Sore ini anak-anak berlatih dengan sangat serius. Kompetisi akan berlangsung satu minggu dari sekarang, latihan hanya tersisa dua hari, karena satu minggu sebelum kompetisi, semua atlet akan diistirahatkan.

"Permainan mereka semakin bagus, kudengar tidak ada keluhan dari pelatih Kang, ketiga bocah itu juga tidak membuat ulah lagi, kau luar biasa, Sunbae!" Minjae berkata dengan nada kagum. Jiyoung mendengus, andai ia tahu betapa sulitnya menghadapi ketiga tuan muda itu.

Blushhh!

Wajah Jiyoung memanas setiap mengingat ulah ketiga anak muda itu padanya. Harus Jiyoung akui memang anak-anak itu terlihat sedikit berubah sejak beberapa waktu ini. Jiyoung merasa jika ketiga pemuda itu selalu berada di sekitar kelingkingnya.

"Mereka kan harus dewasa, Minjae ya!" Ucap Jiyoung singkat, ia juga tak bisa memastikan apa penyebab ketiga pemuda itu bisa berubah secara signifikan. Itu adalah sesuatu yang sangat bagus.

"Kurasa faktor utamanya karena kau, Hyung!" Minjae berkata dengan nada yakin. Jiyoung menatap wajah pemuda di sampingnya ini dengan tatapan heran. "Apa maksudmu?" Jiyoung bertanya sembari berdiri, ia akan menghampiri pelatih Kang di sana.

"Maksudku, kau sudah berhasil memimpin dan mengatur mereka, Hyung." Minjae berkata dengan nada yang cukup keras, lalu senyum bangga itu hadir di bibir seorang Lee Jiyoung. Minjae terpana sejenak, membiarkan Jiyoung melangkah menjauhinya.

Pemuda Hwang itu menggelengkan kepalanya, "apa yang kupikirkan? cukup tiga bocah itu saja yang terjebak olehnya, jangan sampai aku ikut memperumit ini semua!" Hwang Minjae beranjak setelah berbicara seorang diri dan pergi meninggalkan lapangan.


*********


Jiyoung baru saja keluar dari rumah sakit, keadaan ibunya semakin membaik. Ini hari sabtu, ia hanya memiliki kelas pagi di hari ini. Rencananya ia akan mengajak Yerim untuk makan malam, sudah cukup lama ia tidak berkumpul dengan sang sahabat.

Hari sudah menggelap ketika ponselnya berbunyi, nama Axel Kim muncul di layar. Jiyoung mengerutkan keningnya heran, ia merasa akhir-akhir ini Axel terlalu sering menghubunginya. Terkadang untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting.

Ini malam kedua mereka tidak tidur di dorm karena dalam masa minggu tenang. Itupun Jiyoung harus ekstra mengawasi mereka persis seperti seorang kekasih yang mengawasi kekasihnya dari jarak jauh. Ia akan menelepon mereka satu persatu, memastikan mereka benar-benar ada di rumah atau keluar.

Terutama ketiga bocah itu. Jiyoung heran kenapa mereka harus melakukan video call berempat setiap malam?

Menurut Jisoo, itu dilakukan agar Jiyoung percaya jika mereka bertiga memang berada di dalam rumah masing-masing. Sialnya lagi, ketiga pemuda itu kerap tampil sexy saat sedang bervideo call dengannya. Semalam Axel hanya memakai boxernya, membuat perut kotak-kotaknya terpampang jelas.

Jiyoung menggeser icon menjawab panggilan, "yeoboseyo, ada apa?" ia bertanya dengan nada heran.

"Hyung, bisakah kau datang ke apartemenku? aku merasa kakiku ini ada masalah."  Suara Axel di seberang terdengar kesakitan, kening Jiyoung nampak berkerut, apa maksud bocah ini?

"A-apa maksudmu? kau tidak sedang bercanda kan?" Jiyoung mempercepat langkahnya menuju ke tepian jalan raya, memanggil taksi yang kebetulan melintas dan menyebutkan alamat apartemen anak itu.

"Aku serius, Hyung. Tadi sore aku hanya berlari bersama anjingku, malam ini aku kesulitan untuk melangkah," suara Axel terdengar mendesis.

"Bagaimana bisa? kau harus memeriksakannya ke klinik!" Kali ini Jiyoung panik, sialan bocah ini! Bagaimana bisa ia membuat cidera kakinya di saat kompetisi hanya tinggal hitungan hari?

Our Beloved ManagerWhere stories live. Discover now