11. Kecemburuan Tiga Kekasih

827 82 1
                                    

~~~


Jasper duduk dengan wajah nyaris tanpa ekspresi. Di sisinya duduk Axel, dengan ekspresi wajah yang serupa. Jisoo berdiri tak jauh dari mereka, ia nampak sibuk dengan handphonenya. Mereka sepertinya sedang kesal.

Kenapa bisa?

Lihat saja sekarang!

"Kau benar-benar luar biasa, Jiyoung ah! kau tahu, sangat sulit untuk mengatasi anak-anak jagoan ini!" Kang Woo berkata sembari mengerling pada Axel dan kawan-kawan.

Bukan kalimatnya yang membuat ketiga orang itu nampak gerah, tapi karena saat ini Kang Woo sedang merangkul bahu Jiyoung.

"Tidak juga, anak-anak ini memang hebat," Jiyoung mengelak dari pujian pemuda tampan ini.

"Ckk, kau ini selalu merendah! Kau tidak sadar jika telah memiliki pesona untuk memikat orang-orang," ucap Kang Woo.

"Apa benar begitu, Kang Woo Hyung?" Jisoo tak mampu menahan dirinya untuk bertanya. Kang Woo mengangguk cepat.

"Itu betul, Jisoo ya! Jiyoung dulu striker terbaik tim sekolah kami, dia memiliki kharisma di lapangan dan dia kesayangan pelatih," ucap Kang Woo, ia masih merangkul pundak Jiyoung, bahkan kini mengusap-usap bahu kurus itu.

"Aku menyukainya bahkan sebelum aku tahu jika namja bisa suka kepada sesama namja, sayang aku harus pindah ke Jepang setelah tamat JHS."

Kalimat Kang Woo membuat Jiyoung terpana, ia refleks menatap ketiga kekasihnya di sana, Axel menaikkan satu alisnya, Jasper menatap tenang padanya sementara Jisoo justru tersenyum sinis.

Tiba-tiba perasaan Jiyoung jadi tak enak. Ia merasa seakan-akan sesuatu yang kurang baik akan terjadi. Apalagi ketika Kang Woo melanjutkan kalimatnya, "kurasa Jiyoung juga menyukaiku dulu, aku berharap jika akulah cinta pertamanya, ahhh andai aku tak pergi ke Jepang!"

"Jadi, apa malam ini kau punya waktu Jiyoung ah, kita makan malam sebagai perayaan pertemuan kembali, bagaimana?" Kang Woo bertanya.

Jiyoung terpana, ia bingung harus menjawab apa.

"Oh ayolah, kita ini teman lama! apa kau sudah punya kekasih? apa kekasihmu pencemburu?" Pertanyaan Kang Woo bertubi-tubi. Jiyoung pusing.

"Baiklah, aku ikut makan malam denganmu!" Jawab Jiyoung selanjutnya, senyum lebar tersungging di bibir Kang Woo.

Jiyoung merasa darahnya berdesir, ia lebih memilih mengamati anak-anak di tengah lapangan, mengabaikan tatapan sengit ketiga pemuda tampan di sana.


***************



Jiyoung melangkahkan sepasang kaki rampingnya menuju ke ruang ganti di mini home stadion milik universitas mereka ini.

Tidak ada kompetisi beberapa waktu ke depan membuat para anggota club kampus hanya berlatih tiga kali dalam seminggu. Olimpiade pelajar dan mahasiswa se-Korea selatan akan diselenggarakan lima bulan dari sekarang, maka saat ini mereka hanya berlatih dengan santai. Jiyoung sedikit heran kenapa ketiga bocah itu masih berada di lingkungan kampus saat malam sudah selarut ini?

Jisoo meneleponnya beberapa saat tadi, mengatakan jika mereka bertiga berlatih sampai malam dan saat ini masih berada di ruang ganti. Jiyoung mempercepat langkahnya, suasana sekitar sudah sepi, lapangan nampak gelap karena lampu utama telah dimatikan.

Ia telah sampai di depan pintu ruang ganti, suasana nampak sepi. Jiyoung memutar handle pintu dan segera melangkah masuk. Terus melangkah ke bagian dalam, suasana sepi.

Tuk tuk tuk

Hanya bunyi sepatu Jiyoung saja yang terdengar, ia terus menuju ke arah ruangan di depan toilet.

"Kau akhirnya datang, Hyung? bagaimana acara makan malam dengan Kang Woo hyung, apa berjalan lancar?" Jasper telah berdiri menjulang di depannya. Jiyoung terkejut, namun segera ia menetralkan degup jantungnya menyadari jika ini adalah kekasihnya.

Ia mengangguk kaku, entah kenapa suasananya terasa tidak nyaman. Jiyoung merinding tanpa sebab.

Ia mendapati Jisoo duduk di atas meja dengan kedua kaki menjuntai ke bawah sedangkan Axel duduk di sofa. Ketiganya masih memakai pakaian olahraganya. Masih memakai jersey tim Sun Green. Aroma keringat tercium. Bukan kebiasaan ketiga anak ini mau berlama-lama dalam kondisi gerah seperti sekarang.

"Kau bersenang-senang, Hyung?" Jisoo kini turun dari posisinya.

Jiyoung tak tahu harus mengangguk atau menggeleng. Jujur ia senang bertemu dengan teman lamanya sekaligus namja pertama yang menyukai dirinya, tapi haruskah Jiyoung memberi tahu mereka?

"Kau diam?" Jasper kini mendekat, wajahnya nampak dingin, bola matanya yang besar menatap tajam pada Jiyoung, seakan ingin mengulitinya dengan tatapan itu.

"Aku ...." Jiyoung sadar kini, ketiga pangeran tampannya ini sedang cemburu. Tidak bodoh untuk menyadari karena memang selama ini ketiganya memang cukup posesif padanya.

"Kau? menerima ajakan makan malam dari pria lain tanpa meminta izin pada kami?" Jisoo bertanya.

Astaga! Jiyoung lupa akan hal itu!

Benar, ia tidak meminta izin secara khusus. Ia pikir karena Kang Woo memintanya di depan mereka, ketiga bocah ini sudah memakluminya, tapi siapa sangka jika ketiganya tidak terima dengan sikapnya?

"A-aku minta maaf, aku lupa," Jiyoung berkata dengan nada pelan, ia merasa tak nyaman dengan situasi ini. Ia juga merasa bersalah telah membuat ketiga kekasihnya ini kesal.

"Lupa? atau jangan-jangan kau juga lupa kalau kau sudah memiliki kekasih?" Jasper kini bertanya dengan wajah gusar. Jiyoung refleks menggelengkan kepalanya cepat.

"Kau lupa sudah punya kekasih? ingat Hyung, kekasihmu tak hanya satu tapi Tiga!" Jasper menekan kata tiga.

~~~

Baca full di PDFnya yaa 🥰👌

Our Beloved ManagerWhere stories live. Discover now