8. TENTANG ERLAND [ES]

102 29 0
                                    

8. TENTANG ERLAND [ES]

Suasana kelas X Bahasa 1 sedang dalam keadaan ramai. Ruangan berwarna putih yang luas itu dipenuhi oleh para siswi yang memilih menghabiskan waktu istirahatnya di dalam kelas.

AC menyala membuat ruangan terasa lebih dingin dan adem di tengah teriknya matahari saat jam istirahat. Meja yang kini paling heboh adalah meja paling depan barisan ke dua dari sebelah kanan. Meja yang di tempati oleh Luna dan Yara. Kedua perempuan itu sibuk menceritakan kejadian semalam kepada temannya yang lain.

“Lun, ada temennya David yang minta nomor lo,” ujar Yara. Perempuan yang duduk di samping kanan Luna.

Luna mengulum senyumnya. “Tuh kan! Gue bilang juga apa, meskipun semalem gue gagal deket sama kak Alga tapi masih banyak yang mau sama gue!” katanya dengan percaya diri.

Semalam Alga menolak mentah-mentah pertanyaan Luna. Bahkan lelaki itu menjauh saat Luna menatapnya begitu dalam.

Ia memiliki Litta, perempuan kuat yang telah menjadi kekasihnya.

Cukup di rumah saja Litta menderita, tapi di dekat gue dia harus bahagia, batin Alga. Saat teringat kalau ia dan Luna terlalu berlebihan.

“Eh! Bye the way namanya siapa?” perempuan yang mengikat rambutnya menjadi satu ke belakang menyeruput minumanya.

“Marvello kalau gak salah,” jawab Yara.

“Kalian beruda ngomongin apaan sih?! Gue ga tau!” cetus Tissa.

Perempuan itu duduk di depan Luna dan Yara. Ia sebal karena tidak mengerti topik pembicaraan kedua sahabatnya itu.

Luna terkekeh—menyadari temannya kesal karena tingkahnya. “Sorry! Semalam gue sama Yara abis nongkrong aja sama sama cowok. Di sana juga banyak kakak kelas,”

“Gue nggak di ajak?!” tanya Tissa tidak terima.

“Emang nyokap lo izinin, hah?!” tanya Luna balik. Lebih nyolot!

“Lo pada berisik banget! Semua salah gue, gue takut buat ngajak lo,” terang Yara.

Sebenarnya ia mengatakan akan membawa dua temannya pada Alga, kakak kelasnya. Namun, mengingat Tissa adalah anak 'Mama' ia jadi enggan untuk mengajaknya.

Kedekatan Yara dengan Alga sudah terbilang cukup lama, ia mengetahui sosok Alga sejak dirinya berada di bangku SMP. Saat itu ia pergi ke sebuah pameran yang di gelar di SMA Priority dan saat itu pula dirinya bertemu dengan Alga.

Ia sempat mengejar Alga, agar lelaki itu mau menerima cintanya. Tapi sayangnya, lelaki itu sulit disentuh. Sampai akhirnya cintanya berlabuh pada David, sahabat Alga.

“Gue jadi penasaran nih sama pilihan lo, temen gue yang cantik dan pintar ini mau pilih siapa? Alga, Kak Erland atau yang baru aja minta no HP?”

Hush! Kak Alga kan udah punya pacar, ketua OSIS itu. Masa mau lo gebet juga,” peringatan Tissa.

Luna mendelik tidak suka dengan pembelaan yang di lakukan oleh temannya. “Lo pikir gue cewek ganjen? perusak hubungan orang apa?! Ya kalau dia sampai suka sama gue, bukan salah gue lah! Secara ya, gue itu cantik!”

Luna terkekeh. “Tapi, tenang aja sih. Cinta gue bakal cuman buat Erland aja! Kalau ada yang deketin ya layanin sebelum gue beneran jadian sama Erland,”

“Salut gue sama lo!” kata Yara.

Salut dari mana bego! Huh! Emosi nihh!

Kedatangan seseorang ke dalam kelas membuat keadaan kelas sedikit heboh. Erland, lelaki yang banyak dikagumi karena ketampanannya. Meskipun sikapnya arogan tetapi ia masih menang dimata perempuan.

SHALITTAOnde histórias criam vida. Descubra agora