16.SHALITTA : KESAKITAN

97 25 2
                                    

Hai! Aku up lagi SHALITTA!

Ada yang tungguin SHALITTA nggak?

Iya tau, pasti nggak ada kan?😭 Ya udah deh ga pa-pa. Selamat membaca untuk yang mampir ke sini

 Selamat membaca untuk yang mampir ke sini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

16. SHALITTA : KESAKITAN

“Lo dari mana aja sih? Lo bilang buat tunggu di kelas, tapi lo malah ga ada,” tanya Litta.

Tadi setelah bel pulang berdering, ES meminta Shalitta untuk tidak pergi kemana-mana. Dengan alasan ingin membahas materi dan jadwal mereka berlatih bersama di luar jam sekolah dan jam latihan bersama guru. Namun, lelaki itu malah hilang selama satu jam dari pandangannya.

ES tidak menjawab. Cowok yang duduk di atas motor itu masih menatap lurus ke arah depan. Mengamati sebuah mobil sport berwarna hitam yang baru saja keluar dari parkiran sekolah melalui pintu samping. Pertanyaan dari cewek yang berdiri di sampingnya bahkan tidak ia dengar.

“ES, ES!” ujar Litta sembari menepuk pelan lengan lelaki itu. “Lo malah bengong sih,”

“Nih,” bukannya menjawab pertanyaan Litta. Ia malah terlihat gugup sambil menyodorkan keresek berwarna putih. Litta menerimanya lalu mengintip isi dari keresek tersebut.

“Obat buat lo,” katanya datar.

Litta tersenyum, “Gue gak minta—,”

“Gak usah banyak ngomong, kalau ada minum aja. Gue cuman takut lo mati sebelum olimpiade,” jawabnya tanpa melihat Litta.

Jawaban ES barusan terdengar begitu menyakitkan baginya. Bahkan rasanya ia ingin kembali menumpahkan air matanya. Litta menunduk memahami perkataan ES.  Seharusnya tadi ia tidak usah bertanya saja, mungkin ia tidak akan menerima jawaban pedas dari cowok itu.

“Lo yakin mau balik ke rumah?” kata ES. Kini matanya memandang Litta dengan hangat. Ada kebaikan yang terpancar di wajahnya. Litta tahu itu.

Tetapi, ia cukup tahu diri untuk tidak  berharap. ES tidak pernah baik kepadanya.

“Malah gue yang gak yakin lo beneran pilih gue jadi temen lo di olimpiade,” kata Litta berusaha tegar.

ES menghela napasnya. Sedikit sesak mendengar Litta mengatakannya tapi ini memang tujuan ES. Tujuannya yang selama ini ia nantikan.

“Lo emang gak boleh yakin sama gue,” ketus ES. “Gue pilih lo bukan karena tanpa alasan,”

Kening Litta bergelombang. “Alasan?” tanya Litta bingung. Berharap lelaki itu mau menyatakannya. Meskipun harapannya itu kecil.

“Supaya lo jauh dari Alga,” cetus ES begitu saja keluar dari mulutnya tanpa ada beban. Pandangannya kembali lurus ke depan. Dengan perasaan yang tidak bisa ia deskripsikan, apa yang sedang dirasakannya sekarang. Mendengar nama Alga dan Litta semuanya bercampur aduk. Antara benci, menyesal, kesal dan ... Mungkin ia tidak pantas memiliki rasa itu.

SHALITTAWhere stories live. Discover now