28. SHALITTA : PELUK LITTA

115 17 5
                                    

Selamat datang untuk kalian yang mampir ke sini❤Mohon maaf jika ada typo, hehe. Happy reading🌈

 Happy reading🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

28. SHALITTA : PELUK LITTA

Hari-hari berlalu sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh Erland. Seolah kali ini, semesta sedang berpihak kepada dirinya.

Setelah melewati badai yang cukup panjang serta lika-liku kehidupan yang begitu rumit, akhirnya ia bisa sampai di puncak. Hari ini akan menjadi hari yang bersejarah sekaligus kenangannya bersama Shalitta. Gadis itu berangsur membaik dengan begitu cepat. Sehingga dokter yang merawatnya membolehkannya untuk pulang lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan.

Setelah menjalani psikis terapi, Litta dikatakan baik-baik saja. Meskipun belakangan ini pikiran Litta terganggu dengan berbagai macam masalah, namun ia cukup kuat untuk menghadapinya. Hal itu tentu saja membuatnya bahagia dan lega.

Hari ini pikiran dan tenaganya akan mereka kerahkan untuk memenangkan olimpiade matematika yang sudah beberapa bulan kebelakang mereka persiapkan. Lelaki jangkung itu berdiri tegak di hadapan cermin. Terbalut seragam dengan rapih tidak lupa almamater sekolah yang ikut menyelimuti. Ia terkekeh ketika mengingat kejadian beberapa lalu, ia merasa main-main mengikuti olimpiade matematika ini karena pengayaannya yang selalu ia anggap sepele. Tetapi, ia berhasil berada pada hari ini, sebagai seorang peserta.

Senyuman itu mengabur, tidak bertahan lama menghiasi wajah tampannya. Raut wajahnya sulit di artikan.

“Gue ngga mau sakitin lo buat yang kesekian kalinya,” ucapanya sambil memandangi cermin.

Setelah berucap, ia menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan berat. Seperti banyak sekali beban yang tengah bertumpu di bahunya.

***


Antusias para siswa di sekolah begitu ramai ketika memberikan support kepada teman-temannya yang hari ini akan berjuang dan membawa nama sekolah ke tingkat nasional.

Banyak yel-yel yang mereka sorakan dari mulutnya terdengar begitu keras dan ricuh seisi sekolah. Shalitta yang tiba lebih dulu di sekolah langsung di sambut oleh teman-temannya. Senyuman mengembang dibibirnya dengan wajah berseri-seri. Potongan poni tipis yang membingkai wajahnya semakin membuat wajahnya terlihat lembut.

Kemarin Erland benar-benar membuatnya bahagia sampai lupa dengan perasaannya yang sedang terluka. Lelaki itu juga yang meminta Litta untuk memotong poninya.

“WOW Litta!” Heboh Zeline ketika melihat perbedaan rambut Litta.

“Gila, bestie gue bisa secakep ini!” katanya terkagum-kagum.

SHALITTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang