25. USAHA ERLAND

80 20 12
                                    

Hai! Selamat datang untuk kalian yang mampir ke sini 🌈 Maaf kalau ada typo ya. Selamat membaca❤

 Selamat membaca❤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

25. USAHA ERLAND

Bukan seperti ini yang diharapkan. Pergi jauh dari rumah, ia pikir ketika pulang akan di rindukan. Akan di sayang. Tetapi, kenyataan pahit rasanya tidak mau pergi dari alur perjalanan hidupnya. Gadis yang lemah itu kini terbaring lesu di depan pintu berwarna putih. Tidak lain adalah pintu kamar Mamanya.

Sudah terhitung tiga jam sejak kejadian pahit yang menyakitkan sekaligus menyiksanya, Litta menyusul Mamanya. Menunggu wanita itu keluar dari tempat istirahatnya. Litta ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Setidaknya ia ingin mendengar sekali lagi kalau ia memang benar-benar bukan putri dari Mamanya. Meskipun itu sudah pasti akan menambah luka di hatinya.

Pandangan mata Litta kosong. Wajahnya terlihat begitu pucat pasi serta lemah. Gadis itu belum makan. Jiwanya seakan tidak hadir di sana. Terlihat dari jauh oleh Luna air mata yang terus membahasi wajahnya. Dalam keheningan, pilu dan rasa sakit yang tidak ada habisnya Shalitta menangis begitu saja.

Sorry,” katanya sambil memegang sebuah piring. Berisi nasi serta lengkap dengan lauknya.

Ia merasa malu. Dan mungkin ia tidak pantas untuk berbuat hal baik meski sedikitpun. Setelah apa yang ia perbuat kepada kakanya.

Kakinya masih diam. Terasa berat untuk melangkah. Sama, gadis itu juga meneteskan air matanya. Melihat keluarganya hancur seperti ini sangat menusuk hatinya yang teramat menyakitkan. Ia tidak percaya kejadian seperti ini akan menimpanya.

“Nih makanan lo!” katanya ketus seperti biasa.

Litta yang duduk di lantai mendongkak. Melihat adiknya. Kepalanya menggeleng tanda ia tidak mau.

“Bener ya gue bukan anak Mama? Dan itu alesan lo benci sama gue?”

Clak!

Sebulir cairan bening jatuh mengenai pipi Luna. Dengan cepat gadis itu mengusapnya. Gue pengin ini mimpi buruk, Ta. Batinnya.

“Ga usah banyak nanya! Gue datang bukan buat di tanya,” lagi-lagi Luna berkata dengan ketus.

“Gue ngga mau makan,” jelas Litta.

Setelah mendengar jawaban dari kakaknya Luna tidak bergerak. Masih diam di tempatnya sambil berdiri menatap kakaknya. Kondisi Litta sudah tidak baik-baik saja. Sejak kejadian tadi ia belum makan. Untuk pertama kalinya perasaan khawatir menyelimuti Luna. Ia takut. Takut sesuatu terjadi pada kakanya. Ia takut Litta kenapa-napa.

Susah payah ia menelan ludahnya. Kerongkongannya terasa kering karena melihat kondisi Litta. “Gue disuruh Mama bawain lo makan,” jawab Luna sekenanya.

Mendengar ucapan Luna, Litta langsung mengubah posisi. Rasanya ada semangat lagi dalam hidupnya. Ia bangun menatap adiknya dengan bola mata yang berbinar. “Mama yang suruh makan?” tanya Litta penuh harap.

Luna menganggukan kepala. Jawaban dari adiknya sukses meyakinkan Litta. Ada kebahagiaan dalam hatinya. Dengan penuh semangat ia mengambil nasi dan duduk di sofa depan kamar Mamanya.

Luna terpaksa berbohong agar kakanya itu mau makan. Sampai detik ini Mamanya juga belum mau berbicara kepadanya. Melihat Litta akan memasukan makanan nya ke dalam mulut Luna berkata.

“Semua ini gara gara lo!” sungut Luna. “Lo emang pembawa sial. Kalau lo ngga niat aduin gue, Mama nggak akan marah kaya gini. Bego lo!” Sembur nya.

"Bukan cuman bego. Lo tuh bodoh, idiot tau gak?! Lo itu kan seorang kakak, tapi mau ngejelek-jelekin adiknya ke Mama?"

"KAKAK GAK PUNYA OTAK LO!!" hardik Luna dengan suaranya yang lantang.

Luna tetaplah Luna. Rasanya gadis itu tidak akan pernah bisa mengendalikan mulutnya untuk tidak berkata hal-hal yang menyakitkan orang lain.

Tidak memiliki hati untuk mengasihi,

Tidak memiliki perasaan, untuk merasa kasihan,

Kebenciannya untuk Litta seperti sudah menjadi makanan nya,

Perkataan Luna membuat Litta mengurungkan niat untuk makan. Kata-katanya sangat menusuk hati. Semua perasaan bersalah semakin menghujani dirinya.

***

“Jawab Litta,” ujarnya cemas.

"Apa sesuatu terjadi sama lo, Ta,"

Setelah pulang sekolah tadi, Erland belum mendapatkan kabar apapun  dari Litta. Terakhir ia melihatnya ketika mengantarnya pulang ke rumah. Gadis itu menolak ketika Erland bersedia untuk menemaninya. Lelaki itu khawatir sesuatu akan terjadi nantinya. Sayangnya, Litta tetap kukuh dengan keinginannya. Akhirnya lelaki yang sekarang sudah berstatus sebagai pacarnya itu menyetujui dan pulang.

Hatinya gelisah. Tidak tenang. Sudah banyak pesan yang ia kirimkan dan berpuluh kali ia menghubunginya namun tidak kunjung ada jawaban juga. Mengingat Mama dan adiknya yang sering menyiksa Litta membuat ia  khawatir bukan main.

Meskipun lelaki itu sudah mandi dan tampak styles dengan baju kaos putih lengan pendek yang memperlihatkan sedikit otonya dengan celana kargo berwarna khaki. Namun wajahnya masih terlihat tegang memikirkan Litta. Ia malah jadi takut dengan pertemuan yang telah di atur oleh Mamanya.

Suara ketukan dari balik pintu kamar sedikit mengejutkannya. Seorang wanita yang memakai kemeja warna cokelat dengan celana bahan berwarna hitam terlihat rapih berada di balik pintu.

Kening lelaki itu bergelombang, “Mama?” Erland berjalan menghampirinya.

Wanita itu tersenyum melihat putra nya, “Yuk! Tamu nya udah datang,” ujarnya.

Erland mengangguk dengan isyarat bertanya. Kemudian Mamanya mengangguk sebagai jawaban 'iya' sambil mengusap wajah putranya.

Lelaki itu kembali masuk ke dalam kamar meninggalkan Mamanya di ambang pintu. Di samping kasurnya ia menarik laci meja nakas dan meraih sesuatu dari dalam sana. Wajahnya terlihat tegang bercampur dengan harapan.

“Aku gak salah ambil langkah kan, Ma?” ia ragu dengan apa yang akan ia mulai.

Mamanya mengusap wajah pipi putranya dengan lembut, “Sayang kamu enggak sendiri. Ada Mama sama Papa. Kami selalu mendukung kamu,”

“Tujuan kamu dan niat kamu baik. Pasti ada jalannya,”

Erland mengangguk mantap. Ia mengehembuskan napas panjangnya. Ia siap dengan apapun nanti hasilnya. Ia mau menebus semua kesalahannya kepada Shalitta. Ia berharap setelah ini menemukan titik terang untuk kekasihnya itu. Ia juga tidak mau mengecewakan Mama dan Papanya yang sudah susah payah mengatur pertemuan ini.

Anak dan ibu itu lantas pergi untuk menemui tamunya. Meninggalkan kamar yang sekarang kosong.

***

Maaf, part ini kayanya sedikit yaa😥

Hai! Salam kenal 🌈
Terimakasih yang sudah membaca ❤

AJAK teman, keluarga, saudara, tetangga, pokoknya siapapun itu. Buat baca SHALITTA juga yaa, wkwk😘

SHALITTAWhere stories live. Discover now