BAB 12: Congratulation From Janu

14.1K 1.7K 65
                                    


Read well. Enjoy the story!

***
BAB 12: The Congratulation From Janu

.
.
.
.
.

Rasanya aneh ketika tubuhnya berbaring di ranjang yang tiga kali lipat lebih besar daripada ranjang kecilnya di apartemen, selimut tebal dan seprai lembut memanjakan tubuhnya. Lemari kaca berukuran sedang miliknya kini diletakkan cukup jauh, bukan lagi tepat di samping ranjang. Di apartemennya yang lama, ia selalu disapa oleh Avengers mini setiap dirinya membuka mata. Namun sekarang, lemari itu telah bercampur dengan meja kerjanya jauh di ujung ruangan. Kamar yang luas ini memang anugerah, tetapi ia tidak bisa bersyukur karenanya. Jujur, belum ada sehari ia tinggal di rumah ini, ia sudah merindukan apartemennya. Ia rindu ranjangnya yang kadang berisik ketika ia bergerak sedikit, ia rindu menatapi miniatur spiderman sebelum tidur tanpa harus repot berjalan jauh untuk mengembalikannya ke tempat semula.

Sepertinya, akan sulit melepas kehidupan lama untuk memeluk kehidupan yang baru. Ini pertanda bahwa ia harus memaksimalkan kemampuan beradaptasinya. Anggap saja dirinya seperti seekor burung yang dipindahkan ke dalam kandang yang lebih besar dan nyaman, kemudian tinggal bersama burung-burung lainnya, kendati kehadiran burung-burung itu tidak akan membuatnya nyaman.

Bagaimana cara mereka membuatnya nyaman,  jikalau di hari pertama saja ia sudah melihat sepasang burung itu bermesraan.

Demi Tuhan, Raya heran dengan pria itu, kemarin ia melihatnya dengan Janu, tetapi sekarang ia melihatnya dengan Arleen. Sebenarnya, siapa sih pacar pria itu? Kalau ia menyukai Arleen, mengapa dari awal ia tidak memilih adiknya saja?

"Nggak jelas banget, apa sih maunya?" gerutu Raya sambil membuka laptop yang sudah berada di pangkuannya.

Saat ia hendak mengambil ponselnya untuk menghubungi Arvin, kepalanya tiba-tiba kedatangan sebuah ilham yang lumayan bagus.

"Kalau Raskal beneran suka sama Arleen, berarti gue masih punya kesempatan buat membatalkan pernikahan ini, dong?" tanyanya pada diri sendiri. Tanpa ada yang menjawab, Raya sudah tahu kalau jawabannya adalah ya. Gadis itu bertepuk tangan meriah, lalu dengan senang hati ia menelpon Arvin untuk menepati janjinya menemani pria itu membuat ilustrasi.

"Hai hai, Arviin!" seru Raya, tidak menyembunyikan rasa senangnya yang timbul saat mendapatkan ilham itu.

Seruan Raya membuat Arvin tertawa kecil, kemudian wajah pemuda itu terlihat di layar, ia tersenyum lebar.

"Wih, tumben banget pake 'hai,' double lagi," balas Arvin.

Raya terkekeh.

"Ada apa nih? Kayaknya seneng banget?" tanya Arvin.

"Eh? Kelihatan banget ya kalo gue lagi seneng?"

"Ada apa, sih? Cerita dong."

"Lo tahu lah, Vin. Gue cuma seneng tentang apa," balas Raya, berusaha mengarahkan pikiran Arvin ke tempat yang seharusnya. Sebab, ia tidak mungkin menceritakan apa yang sedang terjadi pada pemuda itu. Bisa-bisa semuanya tersebar dengan cepat, apalagi hubungan Arvin dan Ibra sangat dekat. Satu tahu, semua tahu.

"Pasti tentang MCU, ya?" Berhasil! Arvin melahap cacing dari kailnya. Raya mengangguk, tersenyum makin lebar.

"Gue udah nggak sabar banget mau nonton film terbarunya!" seru Raya.

"Lo mau nonton sama siapa nanti?" tanya Arvin.

Raya yang masih terlena dengan ide-nya tadi ternyata tidak menangkap tanda-tanda modus Arvin. Perempuan itu menggelengkan kepalanya dan menjawab:

I am (not) Into It (UNDER REVISION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang