BAB 17: Stepping on a Minefield.

17.5K 1.7K 121
                                    


Read Well. Enjoy the Story.

***
BAB 17: Stepping on a Minefield

.
.
.
.
.

Khalayak memang bisa menerima fakta bahwa Raskal Prayoga telah bertunangan dengan seorang perempuan. Hanya saja, mereka tidak terima bahwa tunangan pria itu adalah seorang Raya Renjana. Mereka bertanya-tanya, sebenarnya apa yang Raskal Prayoga lihat dari seorang Raya Renjana? Jawabannya beragam. Namun, namanya juga menolak fakta, diberi alasan serasional apapun, pasti mereka tidak akan menerima.

Desas-desus mulai berkeliaran melalui sela-sela mulut pegawai Laksara. Katanya, Raya tidak lebih dari seorang pelacur yang sengaja menyimpan benih Raskal dalam uterusnya. Kabar burung yang kejam itu melayang-layang di atas kepala Raya sejak ia terlihat berangkat bersama Raskal. Awalnya, ia mencoba tak peduli. Akan tetapi, tak bisa dipungkiri, perkataan-perkataan mereka sedikit menggores hati.

Terutama saat ia sedang berkumpul bersama teman-temannya di kafetaria, tanpa Radit, tanpa Arvin. Ia tidak tahu kemana perginya Arvin, karena semenjak pesta ulang tahun Prayoga Group, pemuda itu tidak terlihat batang hidungnya. Sementara Radit, sudah beralih meja, berkumpul bersama orang-orang yang menatapnya sinis nan tajam, ikut menggunjingnya dari jauh.

Raya tak masalah akan hal itu karena ia masih memiliki Bila dan Sheira yang selalu mendukungnya. Sheira selalu kesal ketika mendengar orang-orang menjelekkan Raya dan Bila selalu berusaha menjauhkan Raya dari mereka. Membuat rasa syukurnya terhadap keberadaan mereka selalu bertambah, meski usaha Bila selalu gagal karena para penggosip itu ada dimana-mana.

"Apa-apaan sih mereka? Syirik banget?" sinis Sheira ketika mendengar gerombolan di sampingnya berbisik-bisik tentang Raya.

"Syirik lah, Raya jadi calon istri Pak Raskal, masa iya enggak ada yang syirik?" balas Bila, mencoba menaikkan kepercayaan diri sahabatnya.

Namun, sayangnya, Raya masih bisa mendengar gunjingan mereka dengan jelas.

"Kalau dia enggak digandeng Pak Raskal, kayaknya gue nggak bakal tahu dia, deh!"

"Mencurigakan banget, 'kan?"

"Masa tiba-tiba jadi calon istri, sih? Apa yang dilihat coba?"

"Pasti dia pakai pelet. Enggak mungkin banget cewek kayak dia bisa dapetin cowok kayak Pak Raskal tanpa guna-guna!"

Sheira menggeram, lalu ia memelototi mereka, dan membalas. "Pelet apaan? Pelet ayam?!" sahut Sheira. "Lo juga mau gue guna-guna?!" lanjutnya saat mereka mengerling tajam ke arah Sheira.

"Shei ...." Berniat mencegah keributan, Raya menyentuh punggung tangan Sheira agar gadis itu tenang.

"Kok lo diem aja sih, Ray?" protes Sheira. "Lo lagi dijelek-jelekin, loh!"

"Gosip-gosip kayak gitu mah enggak usah ditanggapi, buang-buang waktu, nanti juga hilang sendiri," jawab Raya.

Benar, sedari tadi ia memang tidak menghiraukan semua cibiran yang indera pendengarannya tangkap. Sebab menurutnya, hal itu tidak berguna. Sebanyak apapun mereka berasumsi tentangnya, tak akan ada ubah. Ia akan tetap menjadi calon istri Raskal.

"Gue ambil kopi dulu, ya," ucap Raya, bangkit dari kursinya. "Biar gue ambil sekalian punya lo berdua," katanya sebelum beranjak ke coffeeshop.

Ia sengaja menawarkan diri mengambil kopi, karena tidak ingin menodai telinganya dengan gunjingan orang-orang itu lebih lama lagi. Namun sial, saat ia hendak kembali ke meja dengan membawa tiga gelas kopi, tiba-tiba seorang perempuan menghalangi jalannya. Ia tidak mengenal perempuan itu, tetapi ... byur! Minuman yang dipegang oleh perempuan itu tiba-tiba mengguyur wajahnya. Tetesan-tetesan lengket dari segelas cappuccino mengotori wajah dan kemeja putihnya.

I am (not) Into It (UNDER REVISION)Where stories live. Discover now