BAB 14: Prayoga Group 35th Anniversary

14.5K 1.8K 93
                                    

sorry if you found any typos and grammar error.

Read well. Enjoy the story.

***
BAB 14: Prayoga Group 35th Anniversary

.
.
.
.
.

Mood-nya tak kunjung membaik setelah pertemuannya dengan Arleen dan Raskal di mal. Karena tidak ingin entah Arleen maupun Raskal menodai matanya lagi, akhirnya Raya mengurung diri di kamar. Sudah pasti dua sejoli itu sedang menghabiskan waktu dengan bercumbu di ruang tamu.

Satu-satunya orang yang khawatir pada Raya adalah Bi Surti. Asisten rumah tangga yang sangat baik hatinya itu terus menerus memastikan bahwa Raya tidak kenapa-kenapa, membawakannya makanan dan buah-buahan. Tidak hanya itu, Bi Surti pun kadang menetap di kamar Raya dan mengajaknya mengobrol. Walau ujung-ujungnya Bi Surti jadi ngobrol sendiri.

Inginnya Raya berdiam saja di kamar sampai lusa nanti. Namun, jadwal acara ulang tahun Prayoga Group adalah malam ini. Jika ia tidak datang, Sheira dan Bila akan curiga dan mendatangi apartemennya yang sudah kosong. Kalau mereka tahu Raya sudah pindah rumah, dua sahabatnya itu pasti tidak akan melepaskannya begitu saja tanpa menginterogasi.

Akhirnya, dengan enggan, gadis itu memutuskan untuk mandi, berganti pakaian, dan berdandan. Piyama buluknya berganti menjadi setelan semi-formal yang cocok dipakai untuk acara ulang tahun perusahaan.

Raya memutuskan untuk mengenakan pakaian yang berwarna netral. Ia memilih untuk celana dan dalaman hitam turtle neck yang dibalut kemeja putih panjang. Menurutnya, hitam-putih adalah warna paling aman untuk digunakan ke pesta-pesta yang belum ia ketahui seperti apa suasananya.

Tatkala ia melangkah keluar dari kamar, seseorang memanggil namanya, suara bariton yang terdengar familier langsung menyapa gendang telinganya.

Raya menoleh dan mendapati Raskal tengah berdiri sedikit jauh di depan pintu kamarnya, bersedekap dan menatapnya. Lantas, tanpa repot-repot menjawab dan memenuhi panggilan itu, Raya melengos menuju pintu utama.

Namun, Raskal tidak membiarkan Raya pergi begitu saja, ia beranjak dan menarik lengan Raya, membuat langkah gadis itu terhenti.

"Apa lagi?" tanya Raya dingin saat ia menghadap Raskal.

"Kamu marah sama saya?" tanya Raskal, yang meski terdengar keren, tetap saja telinga Raya yang menerimanya merasa pertanyaan ini sungguh basi dan bodoh.

Dengan jengkel, gadis itu menjawab: "Enggak. Saya nggak marah."

"Tapi kamu mengurung diri di kamar," balas Raskal.

"Terus saya harus apa, Raskal? Senam di depan batang hidungmu? Maraton di rumahmu yang besar ini? Atau menonton kegiatan tak senonoh kamu dan adik saya?" tanya Raya sinis.

Raskal menghela napas, lebih keras, terutama ketika Raya menghempas lengannya.

"Saya mau menjelaskan semuanya," kata Raskal. "Kapan kamu ada waktu?" tanyanya.

Raya bersedekap, "Tidak ada," balasnya ketus. "Jangan buang-buang waktumu untuk hal yang tidak penting. Kalau kamu nggak menginginkan perjodohan ini, lebih baik pakai waktumu itu untuk cari jalan keluar!" lanjutnya ketus.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Raya berbalik dan melangkah keluar rumah, tetapi upayanya itu lagi-lagi digagalkan oleh Raskal yang tiba-tiba berdiri di hadapannya, menghalangi.

"Berangkat dengan saya," kata Raskal.

"Nggak, saya mau berangkat sendiri," balas Raya. "Minggir," ucapnya.

I am (not) Into It (UNDER REVISION)Where stories live. Discover now