BAB 29: Tell Me Your Story

16.8K 1.4K 113
                                    

caution: mature scene and traumatic event🔞

***

BAB 29: Tell Me Your Story

.
.
.
.
.

"Jangan di sini ...."

"Saya tidak peduli!"

"Ada anak saya di—hmmpphh!"

Telinganya menajam begitu mendengar samar-samar bisikan dan derap langkah yang mendekat. Senyumnya mengembang, dalam hati ia menebak bahwa suara perempuan yang ia dengar adalah milik ibunya. Buru-buru ia menyeret tubuhnya yang tengah berada di kolong ranjang setelah mengambil bola bekel yang tak sengaja menggelinding ke ruang sempit dan gelap itu. Namun, belum ada sedikit pun ia menggeser tubuh kecilnya, tiba-tiba daun pintu kamar yang hanya bisa ia lihat bagian bawah ambangnya terbuka, dua pasang kaki melewati pintu dengan posisi yang aneh.

Anak itu memajukan tubuhnya menggunakan siku, mencoba untuk melihat dua pasang kaki itu dengan lebih jelas. Mereka melangkah searah, tetapi menggunakan cara yang berbeda. Sepasang kaki yang dibalut celana panjang berjalan maju, sedangkan sepasang kaki yang telanjang berjalan mundur, mereka bergerak dengan posisi yang saling menempel.

Anak itu pun berusaha mencapai pinggir ranjang agar ia bisa melongokkan kepalanya demi melihat siapa pemilik dua pasang kaki itu. Dengan cepat, bahkan sebelum ia berhasil memastikan siapa dua orang itu, kaki yang telanjang melompat kecil dan kini bertengger di atas paha kaki yang bercelana, berikutnya sebuah tangan besar dan gagah merambat ke dalam rok dan meremas bokong yang tersembunyi di sana, membuat suara desah terlepas dari mulut seorang perempuan.

Anak itu mengurungkan niatnya untuk keluar ketika ranjang di atasnya berdebum. Dua pasang kaki itu menghilang, bisa jadi mereka pindah ke atas ranjang. Anak itu menutup mulutnya, takut sebuah jerit lolos kala ranjang diatasnya dengan kencang berderit. Ia takut. Ia tak tahu siapa dua orang yang sedang beraktivitas di atas ranjang ibunya. Ia takut dua orang itu adalah penjahat yang ingin merampok rumahnya. Ia takut ....

Anak itu kini meringkuk di kolong ranjang, tak lagi takut pada debu tebal yang membedaki lantai di bawahnya, mencengkeram bola bekel yang ia genggam. Cengkeramannya mengencang begitu derit di atas kepalanya kian menggila. Jerit dan desah seorang perempuan menggema, beradu dengan bunyi asing yang terdengar menjijikan dan deru napas yang terputus-putus.

Anak itu memejamkan mata dan menggigit bibirnya, ia tidak tahu apa yang mereka lakukan ... ia tidak mau tahu ... ia hanya ingin keluar dari tempat ini dan mengadu pada ibunya.

Dalam hati anak itu merapal doa-doa yang telah diajarkan oleh guru ngajinya, lalu setelah mengumpulkan keberanian, anak itu pun merangkak keluar dari persembunyiannya.

Tatkala ia terduduk di lantai dan hendak bangkit dari posisinya, suara aneh itu berhenti, juga derit dan desahnya, kini hanya tersisa lenguhan dan geraman penuh kelegaan. Sebetulnya, bukan hanya bebunyian itu yang terhenti, tetapi juga detak jantungnya, terutama saat melihat siapa yang ada di atas ranjang itu.

"Ibu?"

Perempuan setengah telanjang itu yang ia panggil ibu itu mendorong laki-laki yang berada di atasnya. Terkejut dengan kehadiran putrinya.

Pandangan anak itu beralih pada seorang laki-laki paruh baya yang berkondisi sama dengan ibunya. Celana panjangnya turun sampai ke mata kaki, menunjukkan anggota tubuh yang belum pernah anak itu lihat.

Anak itu menunjuk laki-laki itu kebingungan, "Om ini ayah, ya, Bu?"

Alih-alih jawaban, gelak tawa jahat terdengar menanggapi pertanyaan polosnya. Pria itu menegakkan tubuhnya dan berdiri di hadapan anak itu.

I am (not) Into It (UNDER REVISION)Where stories live. Discover now