bab 18

713 83 2
                                    

Bab 18

Typo berserakan

Happy reading ❤️❤️❤️

......

"Emang yah Sholeh bingsit bener. Awas aja kalo ketemu gue pites juga tuh ginjalnya."

"Kalau sekali lagi dia ngajak gituan gak bakal gue ladenin dah. Awas aja lu Sholeh gue tandain lu. Argghhh sumpah ya Sholeh bin iblis anak kambing. Ngomong nya bakal Dateng, eh ini gak."

"Dendam gue sama lu Sholeh. Awas aja lu. Sholeh taik kucing emang. Masa biarin cewek secantik gue nungguin dirinya yang buluqoq"

Rere terus menggerutu sepanjang perjalanan. Menyumpah serapahi Sholeh yang ingkar janji padanya. Sungguh Rere sudah dendam. Orang-orang yang melihat Rere menggerutu sendirian merasa iba padanya.

'kasihan ya mana masih muda lagi. Udah stres ya'

'iya Bu. Makannya kita harus jagain anak kita Bu. Jangan sampai stres seperti anak itu bu.'

Rere bertambah kesal mendengar omongan ibu-ibu tukang gosip disampingnya itu. Ingin membalas ucapannya tapi gak enak hati. 'Kan Rere anak baik,jadi harus diam aja gak boleh marah. Dosa soalnya. Rere maunya pahala kan bukan dosa'. Batin rere berusaha sabar mengabaikan ucapan ibu ibu tukang gosip disampingnya.

Rere terus menyusuri jalan trotoar menuju arah rumahnya. Mau menelfon dafa pun Rere tak yakin Dafa akan menerima nya. Toh ini kan waktu Dafa nongki-nongki bersama temannya. Dirinya juga terlalu malas naik taksi.aneh memang tapi mau gimana lagi ini Rere.

'serah gue dong. Apa lu pada? Mau gue ngesot kek,lari kek, jongkok kek. Itu hak gue lah? Apa ga terima? By one sini'

Oke skip

Menelusuri jalan layaknya orang yang tak punya rumah seperti itulah keadaan Rere sekarang. Menikmati angin sore yang berhembus, lalu-lalang pejalan kaki, kendaraan yang melintas jalan, menambah suasana ramai.

Jika benar ini dunia novel. Apa orang-orang disini hidup nyata? Atau hanya sebuah ilusi seorang penulis? Atau bisa jadi penulis yang mengatur dunia buatannya ini?

Sungguh Rere sering memikirkan nya. Tapi apapun pertanyaan nya satu pun takkan pernah ada yang bisa di jawab.

.....

Sesampainya di rumahnya, yang didapatinya hanya ruangan sepi layaknya tak berpenghuni. Dirinya juga tak terlalu akrab dengan art rumahnya. Satpam yang selalu berjaga di depan pun hanya menyapa untuk formalitas saja.

Terkadang hidup sendirian seperti ini membuat Rere kesepian. Memang benar kesepian itu hal yang menyenangkan. Tapi terlalu lama dalam kesendirian membuat Rere lelah tak ada tempat untuk bercerita sesukanya. Dirinya tak boleh begitu saja percaya pada tokoh tokoh-tokoh fiksi ini.

Rere rindu suasana panti yang ramai dengan tawa khas anak-anak seakan tak ada beban. Disini Rere hanya sendiri, meskipun Dafa bersama nya ,Rere tak yakin Dafa akan terus bersamanya. Bisa saja nanti penulis mengubah isi hati Dafa yang dulunya untuknya malah berpindah pada Luna.

Seingat Rere dia tak mempunyai dosa besar di kehidupan sebelumnya. Lalu kenapa dia bisa masuk ke dalam novel ini?

Ah sudahlah Rere pusing sekali sekarang. Lebih baik tidur saja

Bye dunia tipu-tipu.

......

"Jauhin Rere" tekan Dafa pada siswa dihadapannya.

"Kalo gue gak mau gimana?"

"Harus. Gue pacar nya. Walaupun Lo kakak kelas gue ga peduli"

"Lo tuh gak pantes buat rere."

DIMENSI (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang