AD V

12.3K 1.7K 82
                                    

Minggu pagi. Kesempatan bagi Nabila untuk melakukan kegiatan bersih-bersih rumah.

"Hun, angkat kaki bentar coba"Nabila yang ingin menyapu kolong meja makan menyuruh Sunghoon mengangkat kakinya. Lelaki itu menurut, melirik sekilas istrinya lalu lanjut bermain ponsel. Ntah apa perannya duduk disana, dari pada suami, Sunghoon lebih mirip seorang majikan.

Diam-diam Sunghoon melirik Nabila. Setelah balik dari kamar mandi, perempuan itu datang dengan pel-pel-an dan se-ember air berbusa.

Baju daster tanpa lengan dengan panjang selutut, rambut dicepol tinggi keatas, dan keringat yang membasahi dahi serta leher gadis itu berhasil membuat Sunghoon menelan saliva-nya dan langsung meneguk habis air putih dihadapannya, mendadak suhu tubuhnya memanas.

"Ck!"decakan keras tersebut membuat Nabila mengalihkan atensinya ke sumber suara, tapi yang ia dapatkan tatapan sinis dari sang empu.

"Kenapa?"tanyanya. Hampir sebulan bersama Sunghoon membuat Nabila mulai terbiasa dengan tatapan dan kata-kata kasar lelaki itu. Bukan menjawab, Sunghoon melengos dari hadapan Nabila membuat perempuan itu menggelengkan kepala atas tingkah suaminya.

Tok tok

Suara dari pintu utama menghentikan aktivitas Nabila, menyenderkan pel-nya pada dinding, ia berjalan kearah pintu.

"Siapa ya?"tanyanya menyembulkan kepala melihat siapa yang datang.
"Eh ibu, ada apa ya?"Nabila yang tadinya hanya mengintip kini memajukan langkahnya.

"Saya perwakilan ibu-ibu komplek sedang mengadakan suatu program, boleh kita bicara sebentar bu Nabila?"tanya wanita paruh baya tersebut tersenyum ramah.

"Oh boleh bu boleh, silahkan masuk.."Nabila mempersilahkan tamunya masuk dan menyuruh wanita itu untuk duduk.

"Saya ambilkan minum dulu ya bu.."ketika Nabila ingin beranjak,  pergerakannya justru ditahan.

"Eh gausah repot-repot bu Nabila.. Saya hanya sebentar kok"wanita paruh baya itu celingukan "Suami bu Nabila ada?"tanyanya.

"S-suami saya.. Ibu mau perlu sama suami saya?"

"Iya, lebih tepatnya kalian berdua"jawab wanita itu membuat Nabila mengernyit.

"Ah sebentar saya panggilkan ya bu.."Nabila beranjak dari duduknya, berjalan menuju kamarnya dengan Sunghoon.

Rumah mereka itu bukan tipe yang tinggi menjulang, tetapi tipe luas dan memanjang. Jadi tidak sulit untuk naik turun tangga segala.

"Sunghoon.."panggil Nabila membuka pintu kamar perlahan, dilihatnya lelaki itu sedang tidur dengan posisi telungkup.

"Hun.."panggilnya lagi ketika sudah berdiri di samping sang empu. Sunghoon tak bergeming, membuat Nabila menghela nafas sabar.

"Hun bangun duluu"Nabila sedikit menggoyangkan lengan Sunghoon.

"Ck apasih!"kesal lelaki itu menatapnya garang.

Takut? Itu dulu, sekarang Nabila lebih ke arah sabar untuk menghadapi sifat suaminya itu

"Itu ada ibu komplek mau ketemu"jelas Nabila.

"Lo aja yang nemui, kenapa harus gue?"ujar Sunghoon ketus.

"Mau bicara sama lo juga, temui dulu, kasian udah nunggu dari tadi"bujuk Nabila agar lelaki itu mau menemui tamunya.

"Nyusahin"Sunghoon bangkit dari tidurnya, berjalan mendahului Nabila.

Gadis itu menghela nafas, ia merasa bahwa dirinya bukan memiliki seorang suami, tetapi memiliki seorang anak.

Dengan langkah santai Nabila mengikuti langkah lebar suaminya, hingga sampailah mereka di ruang tamu.

"Eh ibu, ada perlu apa ya?"tanya Sunghoon ramah dengan senyuman membuat Nabila terperangah tak percaya.

Bukan karena perubahan sifat lelaki itu yang tiba-tiba, tapi karena senyuman itu, senyuman yang baru pertama kali dilihat oleh Nabila. Pipi lelaki itu bolong, membuatnya sangat-sangat manis. Sepertinya Tuhan sedang bahagia ketika menciptakan suaminya, pikir Nabila.

"Saya dan ibu-ibu komplek sini sedang ngadakan program, sasaran kami pengantin baru seperti kalian"wanita paruh baya itu bersuara. Kalimat ambigu itu membuat Nabila mewanti-wanti kelanjutannya.

"Kami melakukan program kehamilan untuk pengan-"ucapan wanita itu terjeda tatkala mendengar suara batuk Nabila yang cukup keras.

Ya, Nabila tersedak ludahnya sendiri, dan ia segera berlari ke dapur untuk menyelamatkan nyawanya. Cukup lama dirinya berada di dapur tanpa berniat kembali ke ruang tamu.

Tak lama Nabila melirik ruang tamu ketika wanita paruh baya itu pamit, tersenyum ramah kepada Sunghoon yang juga melakukan hal sama.

Setelah wanita itu benar-benar pergi, Sunghoon berjalan ke arah dapur, membuka kulkas dan menegak air putih langsung dari botolnya. Nabila memperhatikan gerak-gerik lelaki itu, sampai kedua manik mereka bertemu.

"K-kok cepet banget pulangnya?"tanya Nabila menatap ke arah pintu utama yang terbuka lebar, dia mencoba mencairkan suasana canggung diantara mereka. Sebenarnya hanya dirinya yang merasa canggung, karena Sunghoon terlihat biasa saja.

Oh ayolah, bukan kah perihal 'kehamilan' sangat sensitif untuk dibahas? Terlebih lagi pada pengantin baru. Akan lebih sensitif jika pengantin barunya tidak saling mencintai dan tidak pernah menerima pernikahan mereka.

Sunghoon berlalu dihadapan Nabila dengan santainya berucap.

"Gue bilang lo udah hamil, jadi gak perlu program-program-an"











Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONWhere stories live. Discover now