AD XXIX

11.4K 1.4K 165
                                    

Kinda (18+) harap bijak!

Nabila memasuki rumah dengan perasaan gelisah. Perbincangannya dengan Jeno tadi masih menghantui pikirannya, ntah mengapa rasanya ada yang mengganjal.

Ketika ingin melewati ruang keluarga, gadis itu membeku, menatap seseorang yang sedang menatap tajam ke arahnya.

"Kenapa sekaget itu?"suara berat itu memenuhi ruangan yang sunyi.

"Lo bener-bener gak bisa nurut sama suami?"

"Stop nyebut kata suami di depan gue!"Nabila tersulut emosi, dia tak suka dengan intonasi Sunghoon yang seolah-olah mengejeknya.
"Lo gak pantes disebut suami"

"Nabila Aghata!"

"Apa?!"seolah menantang, Nabila mengangkat wajahnya menatap manik tajam itu tanpa takut.

"Jeno! Lagi-lagi kenapa harus bajingan itu!"suara Sunghoon meninggi, bahkan nadanya terkesan seperti bentakan.

"Karina! Kenapa harus perempuan itu!"teriakan Nabila membuat Sunghoon mematung.

"Kenapa sekaget itu?"Nabila tersenyum remeh, mengulang perkataan Sunghoon yang ia dengar tadi.

"Udah gue bilang kita cuma ko-"

"KOLEGA BISNIS MANA YANG BELI CINCIN BARENGAN?!"Nabila benar-benar berteriak, hingga nafas gadis itu terengah.

"Bil.."

"Kalau lo punya pacar, bilang! Gak usah kucing-kucingan ngelempar semua kesalahan ke gue! Ke gue yang bahkan masih ngehargai lo sebagai suami di atas hitam-putih!"

"Gue pernah bilang kan kalau gue udah capek jadi istri lo? Kali ini gue bener-bener capek"Nabila menatap wajah suaminya.

"Gue harap semoga tante Reta cepet sadar, dengan gitu gue bisa pisah dari lo"perkataan Nabila membuat hati Sunghoon mencelos, dia tidak terima dengan perkataan gadis itu.

"Lo gak bisa ngelakuin itu!"Sunghoon menarik tangan Nabila ketika gadis itu hendak pergi, membuat sang empu kembali berbalik menatapnya.

"Kenapa gak bisa?! Gue punya hak mulai sekarang! Karena lo udah dapetin yang lo mau kan?"

'Dapetin yang lo mau'

Nabila mengucapkan kalimat itu karena disini, Sunghoon benar-benar sudah mendapatkan tujuan awalnya, yaitu menempati posisi ayahnya.

"Gue memang udah dapetin itu, tapi gue juga mau lo, gue juga mau dapetin lo Nabila"

"Gak usah serakah Park Sunghoon.."Nabila mendeja kalimatnya, menyentak tangan Sunghoon. "Gue? Siapa bilang gue mau? Jangan harap cowok egois kyk lo bisa gue terima. Gak sama sekali! Lo jauh beda bahkan sama orang yang lo hina kyk kak Jeno"

Sunghoon menatap tak suka ke arah sang lawan bicara karena menyebutkan nama seseorang yang sangat ia benci.

"Jangan berani lo sebut nama bajingan itu lagi Nabila!"geram Sunghoon membuat Nabila tertawa sarkas.

"Bajingan? Gue harap lo sadar, siapa yang bajingan disini——dia atau lo?"Nabila menunjuk Sunghoon dengan senyum mengejek

"Gue benci sama lo Sunghoon.. Gue benci kenapa lo nganggep diri lo sebagai suami——gue benci!"mata Nabila memerah, tatapan gadis itu menyiratkan kebencian.

"Gak ada suami yang bohongi istrinya demi perempuan lain. Gak ada suami yang nuduh istrinya ada hubungan sama laki-laki lain. Gada suami yang bahkan gak tau kapan ulang tahun istrinya sendiri.."suara Nabila memelan diakhir kalimat.

"Dan itu semua lo lakuin ke gue! Jadi jangan pernah nganggep diri lo sebagai suami dan jangan pernah salahin gue kalau bilang kak Jeno lebih baik dari lo!"

Sunghoon yang tadinya mulai merasa bersalah dengan penuturan nabila kembali mengeraskan rahangnya, dia benci kenapa Jeno selalu dibawa-bawa oleh gadis itu.

"Lo bilang hari ini lo ulang tahun kan? Oke, gue bakal ngasi hadiah yang belum pernah Jeno bahkan orang lain kasi"Sunghoon menarik tangan Nabila, dengan sekali sentak gadis itu sudah terlempar di sofa.

"L-lo mau apa?"Nabila menahan tubuh Sunghoon yang berada di atasnya, wajah gadis itu panik.

"Mau ngasi hadiah buat lo"

Setelah mengatakan itu Sunghoon mendaratkan bibirnya di atas bibir Nabila, menciumnya dengan rakus. Nabila yang mendapat perlakuan tiba-tiba seperti itu terdiam, bahkan untuk sekedar protes pikiran gadis itu buntu.

"Akh"nabila meringis merasakan perih di bibirnya. Sunghoon, lelaki itu seperti bukan manusia bagi Nabila, bibirnya bergerak cepat bak makhluk penghisap darah yang mendapatkan mangsanya.

Nabila mendorong dada Sunghoon berharap lelaki itu berhenti, namun sepertinya sia-sia karena lelaki itu tidak mengindahkannya. Tangan lebar itu tidak diam, mengelus perut ratanya, memunculkan sensasi aneh seperti tersengat namun memabukkan.

Nabila menyentak tangan Sunghoon yang menggerayangi tubuhnya, tetapi lelaki itu menyerah, tangannya kembali melakukan hal yang sama hingga berpindah mengelus punggung gadis itu membuat sang empu menggeliat.

Ciuman yang tadinya di bibir berpindah ke rahang, memberikan beberapa kecupan yang menimbulkan bunyi kecapan, hingga turun ke leher, menciptakan tanda biru kepemilikan disana.

Nabila ingin sekali menghentikan kelakuan kurang ajar lelaki itu, tetapi otaknya seakan menolak, hingga akhirnya

Plak

"Brengsek!"umpat Nabila mendorong tubuh Sunghoon, lelaki itu terdiam memegangi pipinya.

Air mata gadis itu turun, tetapi dengan cepat dia mengusapnya, sungguh Nabila merasa dirinya dilecehkan oleh suaminya sendiri.

"Bajingan! Lo manusia paling hina yang pernah gue temui!"Nabila mengambil tas selempangnya, berjalan gontai kearah kamar memukul-mukul dada kanannya. Sungguh perasaannya sangat terluka karena perlakuan yang barusan ia dapatkan karena paksaan, terlebih lagi Sunghoon melakukannya karena nafsu, bukan karena cinta.
























Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang