AD XIII

11.6K 1.5K 100
                                    

Sunghoon
•Fakultas ekonomi dan bisnis.
•Salah satu mahasiswa UNWA.
•Semester 3.

Tiga fakta baru yang Nabila ketahui. Nabila bersumpah baru mengetahuinya sekarang.

Jadi sebenarnya selama ini dia satu kampus dengan lelaki itu? Sangat mengejutkan sampai-sampai Nabila ingin melompat dari gedung Fakultasnya.

Nabila memasuki rumahnya, melirik sekilas sang suami yang duduk di sofa ruang keluarga sedang mengobati lukanya sendiri.

Nabila tidak perduli, dia ingin melengos menuju dapur kalau saja sebuah suara tidak mengintrupsinya.

"Bil.."langkah Nabila terhenti, gadis itu membalikkan tubuhnya menatap Sunghoon.

"Gue gak suka lo deket sama Jeno"tukas Sunghoon membuat Nabila mengernyit.

"Terus?"

"Jauhi dia"

"Hak lo apa?"

"Gue suami lo!"Sunghoon tersulut emosi, wajahnya memerah, membuat urat lehernya tercetak jelas.

Nabila tersenyum sinis, senyuman yang pertama kali diperlihatkan oleh gadis itu.

"Suami? Jangan sebut kata itu di depan gue Sunghoon... Bukannya lo yang minta supaya gue gak nganggep lo sebagai suami?"

"Perlakuan gue selama ini, anggap aja gue pembantu yang ngelayani majikannya"sarkas Nabila sebelum pergi dari sana.

Sunghoon hanya menatap kepergian gadis itu, dia mengusap wajahnya kasar, tiba-tiba ingatannya menerawang kejadian 3 tahun lalu.

Sunghoon menatap foto seorang gadis. Ntah mengapa, dengan melihat foto gadis itu saja senyuman-nya tidak bisa luntur barang sedetik.

"Pacar baru lo?"tanya seseorang membuat sunghoon mengalihkan atensinya, seketika senyum itu hilang, berganti dengan tatapan dingin.

"Kali ini pasti gue dapet lagi"

"Jangan macem-macen bajingan!"suara Sunghoon tertahan, membuat orang dihadapannya tertawa karena merasa berhasil memancing emosi lelaki itu.

"Bukannya lo udah biasa berbagi sama gue?"tanyanya menaikkan sebelah alis.

"Berbagi? Cih! Gue gak bakal mau berbagi kalau lo gak ngerebut"Sunghoon menatap tajam orang di depannya.

Lee Jeno, bajingan yang selalu merebut apa yang dimiliki oleh Sunghoon.

"Oh ya? Kita liat aja, siapa yang bakal menang——Lo, atau gue"jeno pergi dari hadapan sunghoon dengan senyum mengejek.

.

.

.

Nabila berjalan menuju minimarket didekat rumahnya. Sesekali gadis itu mengeratkan jaket yang ia kenakan. Di musim penghujan memang udara malam sangat dingin.

"Iya, anak ayah emang paling pinter"

"Bener, anak ma-"

"Mama?"Nabila menajamkan penglihatannya, sontak netranya membulat sempurna.

"MAMA!"teriak Nabila mengejar seseorang yang dipanggilnya, tapi sepertinya dewi fortuna sedang tidak memihak padanya, orang itu terlanjur masuk ke dalam mobil dan pergi dari hadapan Nabila.

Tugas gadis itu berhenti melangkah dengan nafas memburu. Dia melihat Adella bersama seorang gadis kecil dan pria paruh baya. Mereka terlihat sangat bahagia dengan dunia mereka sendiri, sampai-sampai tidak mendengar ada yang memanggil salah satu diantaranya.

Tanpa intruksi, kristal bening kembali turun dari mata Nabila, membasahi pipi gadis cantik itu.

Nabila berjongkok, tangisannya berubah menjadi isakan keras, hingga beberapa orang yang menyaksikan menatap aneh ke arahnya.

Jujur dia sangat merindukan ibunya. Tidak perduli wanita itu menjualnya, Nabila hanya ingin bertemu Adella dan memeluk wanita paruh baya itu. Menanyakan kabar berharap wanita itu kembali bertanya padanya.

Nabila berharap semua yang terjadi selama ini hanya mimpi. Mimpi yang akan membuatnya terbagun diatas buku kalkulus-nya.

Tapi sayangnya itu semua hanya harapan, karena-

"Ayo pulang"

Tepukan di bahu membuat Nabila mengangkat wajahnya perlahan, menatap seseorang yang tersenyum padanya.

"K-kak Jeno.."Nabila mengusap air matanya.

"Jangan nangis terus.. Sayang air mata kamu"Jeno menuntun Nabila untuk berdiri "Aku anter pulang ya?"

"Kakak kok bisa ada di sini?"

"Emm kebetulan aku punya kenalan disekitar sini——kamu masih tinggal dirumah yang kamren?"tanya Jeno diangguki oleh Nabila.

"I-iya kak"

"Ayo aku anter"Jeno mengandeng tangan Nabila, menarik gadis itu agar ikut bersamanya.

"Tunggu kak"Nabila menghentikan langkahnya.

"A-aku balik sendiri aja, kak Jeno bisa pulang"perlahan Nabila melepaskan genggaman Jeno.

"Tapi-"

"Gak enak diliat tetangga kalau aku jalan berduaan sama cowok kak, soalnya aku masih baru di lingkungan ini. Lagian bahaya kalau diliat t-tante aku nanti"jelas nnabila membuat Jeno menghela nafas.

"Beneran kamu bisa pulang sendiri?"tanya lelaki itu diangguki oleh sang empu.

"Kalau gitu kamu balik duluan, aku liatin dari sini"ucap Jeno membuat Nabila tersenyum lega.

"Aku duluan ya kak.."pamitNabila melambaikan tangannya. Melihat itu jeno terkekeh hingga matanya membentuk bulan sabit.

Dia memperhatikan punggung Nabila yang mulai menjauh, seketika air wajahnya berubah. Senyuman manis yang tadi terulas indah di wajahnya berubah menjadi seringai yang menyeramkan.

"Tante ya..."
























Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONOnde histórias criam vida. Descubra agora