AD XII

11.7K 1.6K 85
                                    

Nabila melirik Sunghoon yang sedang menelan benda putih kecil yang sedari tadi dipegangnya. Ya, setiap habis makan malam, lelaki itu selalu menelan tiga butir pil yang Nabila tau pasti itu pil apa.

Oh ayolah, Nabila tidak sebodoh itu untuk sekedar mengetahui benda kecil yang menjadi alat bantu suaminya tidur.

Sunghoon beranjak dari kursinya, berjalan gontai menuju kamar. Nabila menghela nafas, Sunghoon lebih banyak diam semenjak kejadian tadi pagi. Ah memang lelaki itu tidak banyak bicara, tapi hari ini konteks 'diam' yang dimaksud Nabila memiliki arti yang berbeda.

Sorot mata tajam lelaki itu berganti dengan kekosongan. Raut wajah yang biasa tegas kini terlihat menyedihkan. Sepertinya kata hampa cocok untuk mendefinisikan keadaan suaminya sekarang.

Setelah siap membereskan makan malam mereka, Nabila bergegas menyusul Sunghoon, tetapi pemandangan pertama yang dilihatnya ketika masuk kamar adalah Sunghoon yang tidur telentang dengan lengan kanan menutup matanya.

Sungguh, Nabila merasa iba dengan suaminya itu. Bayangkan saja, seorang ayah mendatangi rumah anaknya dengan selingkuhannya, terlebih lagi kedatangan mereka bersama seseorang yang merupakan hasil dari buah cinta mereka.

Sudah dipastikan kalau lamanya Sunghoon menderita sebanyak umur yang dimiliki janendra.

17 tahun.

Nabila mendekat, mengambil tempat disebelah Sunghoon. Sebenarnya gadis itu ingin sekali mengeluarkan kata 'kenapa?', tapi dia sadar jika pertanyaannya akan dianggap basa-basi oleh sang empu mengingat Nabila paham apa yang terjadi di sini.

Hahhh Nabila terlalu lelah memikirkan semuanya. Kenapa dia bisa masuk ke dalam keluarga yang rumit ini?

Sepertinya tidur adalah pilihan terbaik untuk sekarang.

.

.

.

"Lo semalem gak masuk kemana?"tanya Yoshi. Lelaki blasteran itu memang dekat dengan Nabila.

Nabila yang sedang menulis sesuatu mendongak, menatap lelaki yang duduk di depannya itu kini sudah membalikkan tubuh menghadapnya.

"Emm ada acara keluarga"jawab Nabila yang dibalas anggukan paham oleh Yoshi.

Brak

Seseorang yang baru saja datang dengan tergesa-gesa menghantam pintu, menimbulkan suara gaduh yang mengalihkan atensi semua orang.

"Bil! Ke kantin teknik cepet!"orang itu berteriak kearah Nabila, membuat di empu mengerutkan kening.

"Bang Jeno!"
"Bang Jeno gelut sama anak FEB!"

Nabila mendelik, tanpa berpikir panjang ia bergegas menuju Fakultas Teknik diikuti oleh Yoshi dan orang yang memberinya kabar. Ah panggil saja Jihoon.

Nabila berlari dengan perasaan gusar. Jeno itu bukan lelaki urakan yang hobi mencari masalah. Kakak tingkatnya tidak memiliki musuh. Pasti! Pasti disini yang salah adalah orang yang mengajak Jen-

"Sunghoon.."langkah Nabila terhenti, tubuhnya membeku, nafasnya tercekat menatap objek beberapa meter dari tempatnya berdiri.

Sunghoon, suaminya itu memukuli Jeno dengan brutal.

"KAK JENO!"teriakan Nabila membuat atensi semua orang beralih menatapnya, tak terkecuali dua orang yang sedari tadi menjadi pusat perhatian mereka.

Nabila mendekat, menarik Jeno hingga cengkraman tangan Sunghoon yang berada di kerah lelaki itu terlepas.

Sontak gadis itu meluncurkan air matanya melihat kondisi Jeno yang mengenaskan. Wajah lelaki itu hampir tak berbentuk, berbeda dengan Sunghoon yang hanya luka dibeberapa bagian wajahnya.

"Bantuin gue.."pinta Nabila yang diangguki Yoshi dan Jihoon.

Sebelum pergi membelah keruman, Nabila melirik Sunghoon yang sedari tadi terus menatap ke arahnya. Dia balik menatap lelaki itu dengan tatapan benci. Sungguh, Nabila benci suaminya itu.

.

.

.

"Gak cape nangis?"tanya Jeno dengan senyumannya.

Melihat itu membuat hati Nabila semakin sakit. Kenapa Jeno masih bisa tersenyum? Bagaimana jika lelaki itu tau bahwa yang memukulinya tadi adalah suami dari gadis di hadapannya?

"Kak Jeno kenapa bisa berantem?"tanya Nabila menyeka air matanya, menutup kotak P3K yang ia gunakan untuk mengobati Jeno.

Lelaki itu menggeleng, menerawang kejadian beberapa waktu lalu.

"Aku juga gak tau, dia dateng langsung mukul aku. Dia bilang aku ngambil punya dia"Jeno menjeda kalimatnya "Padahal aku gak tau maksud dia ngambil yang mana" sambung Jeno membuat Nabila mengumpati sikap kekanakan Sunghoon dalam hati.

"Maaf ya kak.."

"Maaf? Hey, kamu gak salah apa-apa"Jeno tersenyum, mengelus surai Nabila.

Nabila menggeleng dengan air mata yang kembali jatuh.

"Maafin aku"mata Jeno membulat, perlakuan Nabila terlalu tiba-tiba baginya. Untuk pertama kali, gadis itu memeluk dirinya .

Sedangkan seseorang yang menyaksikan keduanya mengepalkan tangan marah. Dia benci. Benci karena orang seperti Jeno berhasil merebut miliknya, lagi.


























Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONWhere stories live. Discover now