AD VIII

12.1K 1.6K 86
                                    

Nabila membuka pintu rumah menggunakan kunci cadangan yang selalu dibawanya. Ya, dia dan Sunghoon memiliki kunci cadangan masing-masing agar tidak susah nantinya.

Tubuhnya basah kuyup. Diluar hujan turun dengan derasnya. Kakak tingkatnya yang memang membawa motor, otomatis kehujanan saat mengantarnya.

Membuka pintu perlahan, hal yang pertama kali dilihatnya gelap. Wajar saja, karena gadis itu pulang pukul 12 malam.

"Jam 12, bagus"

Nabila terlonjak kaget, didalam kegelapan suara berat seseorang mengintrupsinya. Matanya sontak menyipit tatkala saklar lampu dinyalakan oleh orang tersebut.

"Lo keluyuran sampe jam segini gak inget rumah?"pertanyaan Sunghoon sangat mengintimidasi Nabila, lelaki itu tersenyum miring.

"Ditambah keluyuran sama cowok"lelaki bertaring itu terkekeh "Lo mau gue sebut murahan?"katanya membuat Nabila membeku, menatap tak percaya kearah Sunghoon, dia sungguh sakit hati mendengar kalimat yang keluar dari mulut lelaki itu.

"Udah ngapain aja lo sama dia? Oh gue tau, pasti lo-"

Plak

Sunyi, senyap, tidak ada suara sedikitpun untuk beberapa saat.

Sunghoon memegang pipinya yang memanas, sedangkan Nabila menatap telapak tangannya tak percaya. Tapi sungguh, jika tidak melakukan hal seperti tadi, Nabila tidak sanggup mendengar kelanjutan kalimat yang akan dikeluarkan suaminya itu.

Lelaki itu menatap gadis di hadapannya, kejadian tadi sangat tiba-tiba membuatnya diam tak percaya.

"G-gue gak sengaja.."Nabila mendekat kearah Sunghoon, ingin meraih pipi lelaki itu namun dengan cepat ditepis oleh sang empu.

"Bahkan lo nampar suami lo sendiri demi si brengsek itu?"wajah shock yang tadi membuat Nabila iba, kini berubah menjadi senyuman iblis "Hebat"sarkasnya.

Suami? Suami katanya?

Bahkan Nabila masih ingat kata-kata Sunghoon yang waktu itu untuk tidak menganggapnya sebagai seorang suami.

"Suami?"Nabila membeo. Atensinya yang sedari tadi menatap lantai, beralih menatap wajah seseorang yang baru saja menyebut dirinya sebagai seorang 'suami'.

"Gue kira selama ini gue gak punya suami"Nabila menatap Sunghoon dengan pandangan kosong "Bukannya selama ini gue cuma pembantu yang ngelayani majikannya?"tanyanya lagi tanpa merubah ekspresi.

"Dan lo. Barusan nyebut diri lo sebagai suami? Gue tanya, apa itu pantas Park Sunghoon..?"perlahan gadis itu tersenyum nanar, matanya menyiratkan kepiluan. Dia lelah.

Sunghoon diam, dia tidak bereaksi apapun atas perkataan-perkataan Nabila barusan.

"Gue disini memang dijual, tapi gue bukan perempuan murahan.."cicit gadis itu mulai meneteskan air matanya.

"Gue gak pernah ngapa-ngapain sama kak Jeno.. Kita cuma temenan.."Nabila mulai terisak "Sebenci apapun gue sama pernikahan ini, gue tetep ngehargai lo sebagai suami diatas hitam putih"Nabila menekankan kata hitam-putih pada kalimatnya.

Ntah mengapa, hatinya sangat sakit dikatai 'murahan' oleh suami sendiri. Walaupun nabila tau, sunghoon bukanlah arti kata 'suami' yang sebenarnya.

Nabila memukul dadanya berkali-kali. Sangat sesak rasanya.

Selama ini dia selalu menerima perkataan pedas yang terlontar dari mulut Sunghoon. Tapi kali ini tidak, terlalu sakit dituduh macam-macam dengan laki-laki lain disaat dirinya sudah memiliki suami.

Dengan keadaan menggigil, Nabila berjalan gontai sambil terus terisak, meninggalkan Sunghoon yang masih mematung disana.

Tatapan lelaki itu kosong, setelah 15 menit barulah ia tersadar lalu mengusak wajahnya kasar. Perkataan Nabila terus berputar diotaknya.

Bukan, dia tidak merasa iba. Tetapi dia kesal, mengapa dirinya membiarkan perempuan itu menang dalam perdebatan mereka.

Sunghoon mengambil langkah besar menuju kamar mereka. Pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah Nabila yang sedang meringkuk kedinginan di sofa.

Sunghoon berdecak. Sudah tau sakit, masih saja mentingin ego, pikirnya.

"Pindah"ujar lelaki itu menepuk-nepuk lengan Nabila. Namun sang empu menepisnya.

"Ntar lo tambah kedinginan disitu"kesalnya. Oh ayolah, membujuk seseoranyg bukan keahliannya.

Nabila masih diam, membuat Sunghoon geram. Persetan gadis itu masih marah dengannya. Sunghoon menarik Nabila, menggendongnya lalu menghempaskan tubuh ringkih gadis itu di tempat tidur.

"Tinggal pindah aja susah banget dibilangin!"ucapnya membuat Nabila menatap tak suka lelaki itu. Dikiranya dia tidak punya hati apa? Setelah lelaki itu menghinanya tadi, kini menyuruhnya untuk tidur bersebelahan?

Nabila ingin bangkit, namun tangannya ditahan, membuat perempuan itu terhuyung jatuh tepat diatas Sunghoon.

"Tidur disamping gue atau tidur disana tapi lo gak bakal bisa tidur sampe pagi, hm?"


















Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONDonde viven las historias. Descúbrelo ahora