AD IX

12.4K 1.6K 85
                                    

Seperti biasa, mereka tidur saling memunggungi. Jam menunjukkan pukul 03.00 pagi, tetapi Nabila tidak benar-benar tidur, dia hanya memejamkan mata menahan dingin yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Gadis itu sesekali menarik selimut agar tubuhnya hangat, tetapi hal tersebut malah membuat Sunghoon terusik. Lelaki itu mencoba menahan amarahnya, karena waktunya sedang tidak pas untuk membentak gadis di sebelahnya itu.

"Lo kenapa?"suara serak Sunghoon memecah keheningan, dia membalikkan tubuhnya. Anggaplah dirinya perduli karena jika tidak, bisa-bisa ketika bangun tidur di sampingnya bukan lagi manusia, tetapi mayat.

Nabila tidak menjawab, dia semakin meringkuk disertai tubuh yang bergetar.

Sunghoon mendekat, padahal dirasanya udara di dalam kamar sangat panas karena pendingin ruangan sengaja tidak dinyalakan.

Dibalikkannya tubuh Nabila sedikit kasar. Wajah gadis itu pucat, bibirnya tak lagi berwarna blossom, sorot matanya sayu, benar-benar kacau.

Tangan lebar lelaki itu terangkat menyentuh dahi istrinya "Badan lo panas"ucapnya "Lo gerah?"tanya Sunghoon dibalas gelengan oleh Nabila.

Sunghoon ini... Bisa dibilang manusia tanpa ekspresi. Bahkan responnya setelah mengetahui suhu tubuh Nabila yang tidak normal, lelaki itu kelewat santai untuk sekedar menunjukkan wajah panik.

Tapi... Siapa tau? Kita hanya melihat ekspresi luar kan?

"Dingin.."lirih Nabila dengan gigi yang bergemelatuk. Sunghoon terdiam beberapa saat, sampai secara tiba-tiba lelaki itu membuka kaosnya lalu membuangnya ke sembarang arah.

Nabila yang memang sedari tadi membuka matanya kini melotot, dengan cepat dia membalikkan tubuhnya agar tidak melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat.

"Buka baju lo"suara berat itu mengintrupsi, membuat nnabila menggeleng keras, dia semakin mengeratkan selimutnya.

"Gue gak cukup sabar buat ngeladenin lo Nabila... Gue bilang buka baju lo"suara Sunghoon menegas, membuat nabila bergidik.

Gadis itu panik ketika Sunghoon menarik selimutnya, sepontan dia menagis.

"Gue gak mau.."cicitnya berharap lelaki itu mendengarnya.

Sunghoon menghela nafas "Lo gak bisa tidur dari tadi dan itu ngusik gue. Suhu badan lo lagi gak normal, susah banget buat nurut?"tukas lelaki itu dengan nada sedikit kesal.

Nabila hanya diam sambil terisak dengan tubuh yang terus menggigil, hal itu membuat Sunghoon frustasi. Kenapa gadis itu sangat keras kepala?!

"Nabila Agatha.."panggilan itu membuat Nabila sedikit terkejut. Pertama kali suaminya itu memanggil nama lengkapnya, ah maksudnya yang kedua kali, karena yang pertama terjadi saat pernikahan mereka.

Perlahan Nabila bangkit, mengubah posisinya menjadi duduk, dinaikkan kaos putih polos yang ia kenakan hingga terlepas bebas dari tubuhnya yang hanya menggunakan... ekhem bra.

Sunghoon hanya menatap kegiatan Nabila tanpa ingin membantu gadis itu sedikitpun. Raut wajahnya terlihat dingin, tatapan matanya datar, tetapi tidak bisa dipungkiri karena jakun lelaki itu sudah naik turun.

Oh ayolah, lelaki normal mana yang pikirannya tidak liar melihat perempuan yang-ah sudahlah.

Manik keduanya saling bertubrukan. Jujur Nabila sangat malu, walaupun Sunghoon suaminya, tetapi rasa malu itu ada mengingat perbedaan gender antar keduanya.

Ketika Sunghoon mendekat, Nabila malah menjauh membuat lelaki itu menghela nafas.

"Gak akan gue apa-apain"ucapnya meraih tangan Nabila lembut. Mengajak gadis itu untuk merebahkan tubuhnya.

Sunghoon menarik selimut sebatas dada, tanpa ragu dia memeluk tubuh Nabila membuat kulit telanjang mereka saling bersentuhan.

Keduanya terdiam. Ntah mengapa Nabila merasa nyaman dan hangat. Perlahan mata gadis itu menutup, secara tidak sadar tubuhnya menelusup semakin erat memeluk suaminya.

Sunghoon tidak tau harus bereaksi seperti apa. Ditatapnya wajah Nabila yang mulai tenang, dan tubuh gadis itu tidak lagi bergetar seperti tadi.

Ntahlah, rasanya aneh. Pertama kali baginya memeluk tubuh polos seorang gadis, dan kulitnya serasa tersengat, namun nyaman. Apakah dia tetap merasakan hal yang sama walaupun itu perempuan lain?

Tangan Sunghoon tergerak untuk mengelus surai Nabila, tapi kegiatannya justru mengusik sang empu membuat gadis itu bergerak tak nyaman, sepertinya dia butuh ketenangan tanpa pergerakan sedikitpun.

Secara tiba-tiba saja Sunghoon memejamkan matanya. Nabila ini benar-benar! tidak bisakan kakinya diam dengan benar dibawah sana?!

Dan malam itu Sunghoon menjadi lelaki yang ekstra menahan. Menahan emosi sekaligus menahan apa yang sebenarnya ingin ia lakukan.





















Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONDonde viven las historias. Descúbrelo ahora