AD XIV

11.6K 1.6K 102
                                    

Hari-hari Nabila berjalan seperti sebelum-sebelumnya. Yang berbeda hanya tidak ada lagi kegiatan rutin membujuk sang suami yang tiba-tiba marah.

Sunghoon, lelaki itu tidak pernah lagi membuka suara semenjak kejadian dimana Nabila menolak kata 'suami' yang keluar dari mulutnya.

Begitupun Nabila, dia tidak lagi mengalah seperti biasanya, gadis itu lebih banyak diam dan berbicara seperlunya saja.

Nabila melirik jam dinding. Pukul 12.00 malam, tetapi tempat di sebelahnya masih kosong. Ntah kenapa belakangan ini Sunghoon selalu pulang larut malam, dan akan pergi sebelum matahari terbit.

Hubungan mereka kembali renggang, padahal waktu itu Nabila baru saja merasakan jika Sunghoon sedikit berubah dan mau berbicara dengannya.

Nabila beringsut maju ke meja nakas, membuka laci pertama lalu mengambil salah satu botol berwarna putih disana. Dia membuka botol itu, seketika wajahnya berubah khawatir.

"Ini kan dosis tinggi.."cicitnya melihat butiran putih yang biasa ditelan Sunghoon berganti dengan warna kuning.

BRAK

Nabila tersentak tatkala mendengar suara gaduh dari luar, hampir saja benda yang digenggamannya terlempar ke lantai.

"Gak lagi gue ngajak dia anjing!"

"Sunghoon bangsat bongsor bener badannya"

"Letak mana ni?"

"Rahmatullah"

"Gak gitu konsepnya ya babi"

Suara-suara yang saling bersahutan itu membuat Nabila membeku. Pelipisnya mulai mengeluarkan keringat, dia takut kalau itu orang jahat.

"Aduh Hun jan pegang-pegang pinggang gue"

"Heh bego, kalau gak gitu dia jatoh"

"Sakit banget pinggang gue sumpah——btw kok lo tau bang dia pindah rumah?"

"H-ha? Oh kemaren dia bilang"

"Parah gak ngasi tau gue sama Jay"

"Soalnya lo sering numpang, dia males"

"Anjing"

Senyap beberapa saat, tidak ada suara membuat Nabila bangkit dari duduknya——berjalan kearah pintu. Baru saja handle pintu dipegangnya, suara itu kembali muncul.

"Udahan istrirahatnya goblok, ayo balik"

"Gapapa ni bocah ditinggal?"

"Lah? Inikan rumahnya bego——lama-lama lo, gue kecup ya Jake"

"Homo, babi"

Setengah jam Nabila memastika suara-suara itu tidak ada lagi. Dia melanjutkan kegiatannya memutar handle pintu. Mengintip perlahan hingga pandangannya menangkap sosok yang tertidur di sofa ruang keluarga.

Dengan cepat Nabila menghampiri orang itu, tetapi pertama kali yang menyapa indra penciumannya adalah aroma aneh yang belum pernah ia hirup.

"Hun.."Nabila menggoyangkan lengan Sunghoon, namun lelaki itu tidak merespon.

"Hun!"kini Nabila menepuk pipi lelaki itu. Dia paham sekarang, apa yang dilakukan suaminya sampai-sampai tidak sadarkan diri.

Sunghoon melenguh membuka satu matanya, sedangkan satunya lagi menyipit.

"Nabila.."

"Tidur dikamar"

"Nabila.."

"Iya ini gue, ayo pindah"Nabila ingin membantu Sunghoon berdiri, namun justru dia yang terjatuh diatas lelaki itu. Dengan cepat sunghoon memeluk pinggang Nabila dengan kedua tangannya.

"Jangan deket Jeno"celetukan itu membuat Nabila menatap manik hitam yang juga sedang menatapnya
"Gue gak suka"

Mendengar itu Nabila hanya diam, dia ingin bangkit, namun ditahan oleh sang empu.

"Susah banget ya nurut sama gue? Jangan deket sama Jeno, dia bukan orang baik. Tapi kenapa lo malah nyalahin gue demi bajingan itu. Gue suami lo Nabila.. Gue berhak ngatur hidup lo"rancauan tak jelas kembali keluar dari mulut Sunghoon, tetapi salah satu kalimatnya sukses membuat Nabila berpikir

Bukan orang baik

Kalimat itu diucapkan seolah benar adanya.

"Ngomongnya ntar aja kalau lo udah sadar——sekarang ayo pindah"Nabila bangkit, menarik Sunghoon untuk ia papah ke kamar.

Rasanya nabila ingin menangis, dia salah menilai dengan hanya melihat postur tubuh Sunghoon yang kurus, ternyata lelaki itu berat.

Hampir 15 menit Nabila memapah sunghoon ke kamar, padahal jika jalan dari ruang tamu ke kamar mereka biasanya hanya membutuhkan waktu 10 detik.

"Berat banget"Nabila terengah ketika berhasil menghempaskan tubuh Sunghoon ke tempat tidur. Dengan telaten dia melepaskan sepatu hingga jaket yang dikenakan lelaki itu. Selanjutnya mengambil tempat untuk tidur disebelah suaminya.

Nabila memandangi wajah Sunghoon. Ketika tidur, wajah lelaki itu sangat damai, seakan bayi baru lahir yang tidak memiliki dosa.
"Lo aneh, gue gak paham sama lo"gumam Nabila sedikit merapikan rambut Sunghoon yang jatuh mengenai kelopak mata lelaki itu.

Asik memandangi wajah Sunghoon, Nabila tak sadar kini lelaki itu sudah membuka matanya.

"Bil.."suara serak itu menyadarkan Nabila.

"Ya?"

"Gue mau peluk"pintanya membuat si empu sontak menjauhkan tubuhnya.

"Ck, deketan"wajah Sunghoon kesal, dengan mata yang masih terbuka setengah.

Nabila was-was, Sunghoon ini sedang tidak sadar, dia takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Lelaki itu tak sabar melihat Nabila yang hanya diam, dengan sekali tarikan gadis itu sudah berada di dekapannya.

"Wangi"ucap Sunghoon menghirup perpotongan leher Nabila membuat sang empu merinding.

"Hun, jangan aneh-aneh!"panik Nabila ketika suaminya itu mulai mengecup rahangnya.

"Meluk lo nyaman, beda sama dia"ucap Sunghoon sebelum benar-benar masuk ke alam bawah sadarnya.

Selama 17 tahun, untuk pertama kalinya lelaki itu tidur dengan nyenyak tanpa harus menelan pil pahit seperti biasa.

Berbeda dengan Nabila, perkataan Sunghoon barusan membuatnya membeku, sepertinya malam ini giliran dirinya yang tidak bisa tidur.

Dia?




















Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONWhere stories live. Discover now