AD XXXIII

9.6K 1.3K 37
                                    

Libur semester.

Sebenarnya Nabila tidak terlalu suka dengan 2 kata itu, karena menurut dia hari-harinya menjadi tidak produktif. Tidak ada tugas ataupun pergi ke kampus, sangat membosankan jika harus terus berada di rumah.

"Jadi gimana?"tanya Yoshi menatap satu per satu temannya.

"UNWA aja udah bikin gue cengap-cengap, apalagi ke luar, wassalam"jawab Jihoon membuat teman-temannya mengangguk, mereka paham kapasitas IQ lelaki itu.

"Gue jangan ditanya, karena dia bisa mati kalau gue tinggal"Ryujin menyedot jus-nya seraya melirik Jihoon, membuat lelaki itu terkekeh lalu memeluk lengannya.

"Gue gak bisa, pacar gue mana mau ditinggal"celetuk Minhee yang terkenal bucin dengan sang pacar.

"Gue juga"sahut Minju membuat Yoshi menghela nafas.

"Lo Som?"Yoshi beralih menatap Somi.

Gadis pirang itu menggeleng kuat "Big no! Gue mau nikmatin 2 bulan libur sebelum dibantai lagi"jawabnya.

"Jadi ini siapa?!"kesal Yoshi, mengapa teman-temannya tidak ada yang ingin mengambil beasiswa ke luar negeri?!

Ya, karsa cipta mereka terpilih menjadi yang terbaik dan mendapat rekomendasi dari kampus untuk kuliah di luar negeri. Tapi kampus hanya merekomemdasikan 1 orang, itu mengapa mereka sedang bingung mendiskusikan siapa yang akan pergi.

Tampang mereka memang acak-acakan, tapi urusan otak boleh diadu.

Kecuali ekhem Jihoon.

"Kenapa gak lo aja? Nabila juga belom lo tanyain"ujar Ryujin menunjuk Nabila, membuat teman-temannya yang lain mengangguk setuju.

Sebenarnya Yoshi ragu ingin bertanya pada Nabila, karena bagaimanapun jika ingin pergi gadis itu harus meninggalkan tanggung jawab besar.

"Lo mau pergi Bil?"tanya Yoshi, namun Nabila hanya diam.

Bimbang, itulah yang dirasakan oleh Nabila. Mendapatkan beasiswa ke Australia adalah impiannya dari dulu, namun sekarang seperti ada yang menahannya, dan lagi-lagi wajah Sunghoon menghantui pikirannya.

"Lo gimana?"Nabila balik bertanya pada lelaki berdarah jepang itu. Karena setau Nabila, Yoshi memang selalu mendambakan bisa kuliah di luar negeri.

"Gue gimanapun bakal S2 di luar disuruh bokap, makanya gue nanya kalian, mana tau ada yang mau ngambil"jelas Yoshi. Memang, disamping memiliki pengetahuan yang luar biasa, lelaki itu juga memiliki materi yang sama luar biasanya, jadi jangan heran.

"Gue... Gue pikirin dulu boleh?"tanya Nabila sedikit ragu.

Yoshi memgangguk "Ntar kalau lo mau, langsung bilang ke dekan fakultas"ucap lelaki itu diangguki Nabila.

"Kalian gapapa kalau beasiswanya gue yang ambil?"tanya Nabila meminta persetujuan yang lain.

"Gapapa Bil, ikhlas lahiriyah wa batiniah"sahut Jihoon cepat seraya tersenyum yang dihadiahi sentilan oleh Ryujin.

"Galak bener lo jadi cewek"dengus lelaki itu memegang keningnya yang sakit.

"Dari dulu"santai Ryujin tidak terlalu perduli.

"Kata gue sih lo berdua jodoh"celetuk Minhee.

"Kata gue sih lo bener"timpal Somi selanjutnya mereka berdua high five.

"Mitamit gue"ucap Ryujin mengepalkan tangan lalu mengetuk meja dan keningnya bergantian.

"Padahal gue mau"ujar Jihoon dramatis.

"Dih, rugi bener anak gue punya bokap modelan ayam rica-rica"

"Halah dulu SD bilangnya mau nikah sama gue"ledek Jihoon membuat Ryujin memutar bola mata malas.

"Yakan itu dulu. Anak kecil mana bisa bedain antara manusia sama siluman"

"Setan!"umpat Jihoon spontan.

Tidak memperdulikan temannya berdebat, Nabila asik dengan dunianya sendiri, memperhatikan 3 orang remaja dengan seragam putih abu-abu yang sedang bertengkar di meja kasir.

"Awas deh Haru, gue mau sama Janendra"

"Emangnya dia mau?"

"Enggak"

"Tuh, orangnya aja bilang gak mau, mending lo sama gue"

"Jangan deket-deket ish——Janendra tolong dongg"

Tanpa sadar Nabila terkekeh melihat interaksi 2 lelaki dan 1 perempuan itu.

"Janendra!"panggil Nabila membuat sang empu celingukan, namun dengan cepat matanya menangkap sosok gadis itu.

"Kak Nabila"dengan senyumannya Janendra menghampiri Nabila, menyalami tangan perempuan yang lebih tua darinya itu.

"Sama siapa?"tanya Nabila melirik gadis cantik disamping Janendra.

"Halo kak.. Aku pacar-"

"Sendiri"sela Janendra membuat gadis itu mendengus, sedangkan Nabila sudah tertawa.

"Nama kamu siapa?"tanya Nabila pada gadis itu membuat senyum sang empu merekah.

"Nama aku-"

"Wonyoung, saya Haruto pacaranya"sela remaja lelaki yang baru saja datang.

Gak asing

"Ihh lo apaan sih?!"gadis bernama Wonyoung itu tampak tak suka, wajahnya berubah menjadi garang.

"Haruto?"

Celetukan itu membuat interaksi keempatnya terjeda, mengalihkan atensi ke sumber suara.

"Eh yoshi-kun——Sawadikhap... Pa kabar brader?"remaja yang Nabila ketauhi bernama Haruto itu berpindah, berdiri di samping Yoshi lalu menepuk pundak lelaki itu.

"Lo gimana?"bukannya menjawab, Yoshi kembali bertanya dengan wajah khawatir, Nabila bisa merasakan itu.

"Gini-gini aja sih, belom pinter kyk lo"Haruto terkekeh, namun berbeda dengan Yoshi, wajah lelaki itu berubah sendu.

"Kalian saling kenal?"tanya Nabila meunjuk Yoshi dan Haruto bergantian.

Yoshi mengangguk "Adek gue"jawabnya singkat sebelum menarik Haruto keluar cafetaria.

Nabila mengernyit, merasa aneh dengan reaksi kedua saudara yang bertemu itu. Aneh karena jika mereka memiliki hubungan kandung, mengapa menanyakan kabar? Bukannya mereka juga saling bertemu di rumah?

"Kak"panggil Janendra membuat Nabila sedikit terperanjat.

"Ya?"

"Aku boleh main ke rumah gak?"tanya lelaki itu hati-hati.

"Sendiri kok.."sambungnya seakan tau ketakutan Nabila.

"Emm boleh, kapan kamu mau main ke rumah?"tanya Nabila dengan senyuman manis.

"Nanti, tunggu aku siap"

























Buat yang kemaren ada ngasi saran supaya aku ubah nama pakai kapital huruf depannya, maaf aku belum bisa.. Maaf bangett

Karena jujur aku udah nge-darft chapter lumayan banyak, jadi ribet kalau harus ubah setiap nama yang nyelip

Tapi tenang, aku bakal usahain buat ubah nama huruf depannya pakai kapital kalau cerita ini udah selesai, jadi sekalian revisi gitu oke?

Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONWhere stories live. Discover now