AD XXIII

10.7K 1.5K 97
                                    

Pukul 01.00 malam, sunghoon memasuki ruang inap margareta. Terlalu nyaman memeluk nabila sampai-sampai jika tidak dibangunkan lelaki itu tidak terbangun

"Mama kapan bangun?"tanya sunghoon menggenggam telapak tangan margareta yang mulai membengkak karena infus

"Aku kangen.."lirih lelaki itu meneteskan air mata

Ingatankan kembali pada saat-saat dimana ia selalu menyaksikan margareta menangis karena anton. Sebenarnya wanita itu bisa saja meminta cerai, tetapi demi menunggui anaknya agar mendapatkan kehidupan yang layak, rasa sakit hati itu ia kesampingkan

Sebenarnya antara anton dan margareta, keduanya tidak salah. Disini sunghoon lah yang salah, menyembunyikan apa yang seharusnya kedua orang tuanya ketahui

"Papa udah pergi, padahal aku pengen kita sama-sama lagi kyk waktu itu"ucap sunghoon menatap wajah pucat margareta, diselipkannya anak rambut wanita itu ke belakang telinga

"Mama jangan pergi, aku gak punya siapa-siapa lagi selain mama"sunghoon terisak, menelungkupkan wajahnya pada lengan sang ibu

Tanpa dia sadari, orang yang ia tangisi itu juga sedang menangis meneteskan air mata

.

.

.

Nabila menatap jengah suaminya. Sudah 15 menit, tetapi lelaki itu belum selesai juga dengan dasinya

"Argghh kenapa lupa!"frustasi sunghoon kembali membuka simpul dasinya

"Ck, sini"nabila mengambil dasi berwarna hitam pekat itu dari tangan sunghoon

"Dulu lo sekolah gak sih?"

"Ya sekolah"

"Terus kenapa gak bisa pake dasi?"

"Bukan gak bisa, tapi lupa"

"Sama aja"

"Beda lah. Kalau gak bisa tuh bener-bener gak bisa, tapi kalau lupa pernah bisa terus gak inget"

"Ngeles aja, makanya sekolah jangan mikirin perempuan mulu"

"Kata siapa?"elak sunghoon tidak terima dengan tuduhan nabila. Padahal benar, karena dia selalu memikirkan seseorang yang sekarang menyandang status sebagai istrinya

"Keliatan, lo kalau lagi tidur tingkahnya kyk buaya"

"Mana ada!"

"Ada"

"Eng-"

"Ngelak lagi gue lilit ya leher lo"ancaman nabila membuat sunghoon mengulum bibirnya

Udah tau perempuan gak pernah mau kalah debat, malah dilawan

"Galak banget"gumam sunghoon

"Apa?!"

"Enggak"geleng lelaki itu tersenyum manis

Deg

Perasaan itu muncul lagi, aneh, rasanya aneh

"U-udah selesai"nabila menepuk-nepuk pelan kedua bahu sunghoon

"Makasii"ucap lelaki itu menatap dirinya di cermin

"Semangat hari pertama kerjaaa"nabila memberi semangat dengan senyumannya "Gugup gak?"

"Dikit sih"jawab sunghoon membuat keduanya terkekeh

"Lo bisa, gue yakin"nabila mengangguk meyakinkan

"Kalau gitu gue pergi ya? Ntar siang jadi nemenin mama kan?"tanya sunghoon seraya mengambil tas kerjanya di sofa sudut kamar

"Biasanya juga gitu"jawab nabila dengan nada gurau membuat sunghoon terkekeh

Melihat itu membuat jantung nabila kembali berdebar, ntah apa yang salah pada dirinya

"Kenapa lagi?"tanya nabila ketika melihat sunghoon yang sudah keluar kembali masuk kamar

"Ada yang ketinggalan"

"Apa? Biar gue ambil"

"Ini"sunghoon menunjuk bibirnya "Biar kyk orang-orang"

"Park sunghoon! Cabut gak lo!"nabila ingin melempar sunghoon dengan bantal, namun lelaki itu sudah lari lebih dulu

"Jantung gue kenapa gini sih?"nabila memegang dada bagian kirinya

Kenapa jadinya seperti ini? Nabila sama sekali tidak pernah mengharapkan hal-hal seperti itu terjadi dalam pernikahannya dengan sunghoon. Kalau sudah begini nabila takut. Takut jika nantinya ia akan sulit melepas lelaki itu... Karena mau bagaimanapun, lelaki itu harus ia lepas

Harus.



























Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Huhu cakep bangettt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Huhu cakep bangettt... Ini manusia bukan sih?


Oh ya jangan lupa vote anak enha di SMA njinn!


Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang