AD XXXIV

8.9K 1.2K 43
                                    

Sunghoon membuka jas-nya, melepaskan dasi lalu membuka 2 kancing teratas kemejanya, tak lupa lelaki itu menggulung tangan kemeja putih yang ia kenakan sampai ke siku.

"Ngapain?"

"Gak liat?"bukannya menjawab, Nabila kembali bertanya membuat Sunghoon terkekeh.

"Awas dulu Hun, berat"Nabila yang sedang menghangatkan makanan untuk Sunghoon menyikut pelan perut lelaki itu, ia risih karena suaminya terus memeluknya dari belakang.

"Biarin gini dulu, 5 menit"ucap Sunghoon memejamkan matanya, menghirup aroma anilla yang selalu menjadi candunya.

"Ntar lagi meluknya——gak gue kasi makan ya lo"ancam Nabila sedikit menoleh membuat hidung mereka bersentuhan.

"Hm gapapa, gue makan lo aja kalau gitu"

Buk

"Akh"

Kalian tau apa yang terjadi? Ya, Nabila menyikut perut Sunghoon sekuat tenaganya membuat pelukan lelaki itu terlepas.

"Eh sorry, lo gapapa?"panik Nabila melihat Sunghoon memegangi perutnya.

Lelaki itu mengangkat telapak tangan ke udara "A-aman"ucapnya terbata.

"Lagian lo sih"Nabila menuntun Sunghoon untuk duduk di kursi meja makan. Dikiranya dia siap apa mendengar kalimat-kalimat seperti tadi?

Tidak!

Dengan pelan Nabila mengelus perut Sunghoon yang menjadi korban sikutannya. Wajah gadis itu memang panik, tapi tak bisa dipungkiri bahwa dirinya tengah malu karena telinganya sudah merah padam.

Diam-diam Sunghoon tersenyum senang, kapan lagi Nabila akan melakukan hal seperti sekarang padanya?

"Masih sakit?"Nabila mengangkat wajahnya membuat Sunghoon yang tadinya tersenyum kembali pura-pura kesakitan.

"AKH"Sunghoon memekik ketika Nabila menekan bagian perutnya yang masih terasa ngilu.

"Kenapa ditekan?!"

"Lo pikir gue gak tau lo cengengesan dari tadi? Dasar kupu-kupu modal dusta"Nabila bangkit meninggalkan Sunghoon. Namun ketika lelaki itu ingin menyusulnya

"Jangan ikut sebelum lo makan, awas aja gue liat lo gak makan. Gak usah peluk-peluk lagi"sinis gadis itu sebelum pergi dari sana. Nabila kesal karena dirinya sudah khawatir, tapi ternyata Sunghoon main-main.

Brak

Sunghoon terjengit mendengar hantaman pintu kamar yang ditutup Nabila.

"Tuhan.. Kenapa gue jadi takut istri gini.."

.

.

.

"Sayang.. Ayo pulang"ucap seorang wanita pada anaknya, namun bocah lelaki itu tidak menghiraukannya, pandangannya lurus kedepan, memperhatikan seorang anak yang sedang bermain dengan ayahnya.

"Aku juga mau kyk gitu"ujarnya menunjuk objek yang sedari tadi ditatapnya.

"Kenapa dia bahagia aku enggak?"tanyanya pada sang ibu membuat hati wanita itu mencelos.

"Sayang.."

"Kenapa dia bisa ketawa aku enggak?"tanyanya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Ayo kita pulang, kamu mau apa? Mainan? Ayo b-"

"Kenapa dia punya ayah aku enggak?"

Kalimat yang keluar dari mulut bocah yang belum genap 10 tahun itu berhasil membuat sang ibu bungkam.

"Bunda, kenapa diam?"tanyanya menoleh pada sang ibu. Wanita itu mengusap air matanya yang terjun tanpa sadar.

"Mulai sekarang, kamu juga bisa punya apa yang dia punya"wanita itu tersenyum, menunjuk 2 orang yang sedang bermain di taman rumah sakit.

"Semuanya?"pertanyaan polos itu keluar membuat seseorang yang ditanyai mengangguk.

"Iya, semuanya"

.

.

.

Lagi-lagi Nabila menghela nafasnya, dia sungguh merasa bosan.

Semua pekerjaan rumah sudah ia selesaikan, jadi sekarang dirinya tidak memiliki kesibukan apapun, ditambah sang pengganggu sedang bekerja.

Drtt drtt

Nabila milirik ponselnya, disana tertera nama seseorang yang baru saja dibicarakan.

"Halo?"

"Ngapain?"

"Lagi rebahan"

"Siap-siap, ntar lagi gue jemput"ucap seseorang disebrang sana membuat Nabila mengernyit.

"Mau kemana?"

"Nikahan Karina, gue lupa kalau gak diingetin Jay"

"Parah banget. Yaudah gue siap-siap dulu"

"Jangan lama"

"Brisik"ucap Nabila sebelum memutuskan sambungan sepihak.

"Sebenernya gue malu mau ketemu Karina"gumam Nabila "Bisa-bisanya dangkal banget nih pikiran"sambungnya merutuki dirinya sendiri.

Memang terkadang seperti itu. Orang yang biasanya hanya bisa memecahkan rumus matematika belum tentu bisa memecahkan masalah percintaan.























Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONWhere stories live. Discover now