AD XXXII

10.8K 1.5K 114
                                    

"Gue pengen bolos kerja aja kalau gini"dengan suara serak khas bangun tidur, Sunghoon mengeratkan pelukannya, menelusupkan wajahnya pada leher sang istri.

Sedangkan yang dipeluk hanya diam, masih mencerna kejanggalan yang terjadi pada dirinya dan lelaki disebelahnya.

Seharusnya.. gak boleh gini kan?

"Bil"

"Hm?"

"Kenapa?"tanya Sunghoon, lelaki itu membalikan tubuh Nabila agar menghadapnya.
"Kenapa diem aja dari tadi? Ada yang salah?"tanya lelaki itu lagi menyelipkan anak rambut gadis di hadapannya, membuat jantung sang empu berdetak tak normal.

"L-lo harus kerja"Nabila ingin bangkit namun pergerakannya ditahan.

"Gue mau bolos aja. Hari ini gue gak pengen bangkit dari tempat tidur"Sunghoon semakin menarik Nabila kedalam pelukannya, mengikis jarak antara mereka.

Setelah itu tidak ada lagi yang bersuara, mereka saling menatap satu sama lain. Sebenarnya tatapan Sunghoon tidak benar-benar sepenuhnya menatap wajah Nabila, tetapi lelaki itu justru mengincar bibir sang empu.

"Bil.."

Nabila benci suara itu, perubahan suara Sunghoon yang menjadi berat membuat kepalanya pusing.

"Boleh ya?"pamitnya.

"A-apa?"

"Ini"Sunghoon menyentuh bibir nabila dengan telunjuknya, membuat darah gadis itu berdesir.

"H-hun"

"Hm?"

Nabila mencoba menjauhkan tangan Sunghoon yang menelusup mengelus punggung telanjangnya, jujur dia merinding sekaligus risih.

Namun kata menyerah adalah sesuatu yang pantang bagi Sunghoon, dia tetap melakukan aksinya sampai Nabila memberikan apa yang ia inginkan.

"Awas ah, gue mau masak"alibi Nabila yang sebenarnya dia tidak suka dengan situasi itu.

"Sebentar aja.. Boleh ya?"kalau sudah begini Nabila akan mengalah. Karena jika tidak dituruti ntah apa yang akan terjadi nantinya.

"Jangan yang lain-lain, gue gak mau"peringat Nabila diangguki semangat oleh lawan bicara.

Merasa mendapat lampu hijau, Sunghoon mendekat, melakukan apa yang ia inginkan, hal itu membuat Nabila sedikit kewalahan karena lelaki itu terlalu bersemangat.

"Udah"nabila mendorong Sunghoon membuat lelaki itu terjatuh di sampingnya. Hal itu ia lakukan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan karena tanpa sadar lelaki itu sudah menindihnya.

Benar-benar pergerakan yang cepat bukan?

Nabila bangkit, merubah posisinya menjadi duduk, dia masih tidak percaya dengan kejadian barusan. Benar-benar tidak percaya akan melakukan dan memberikan hal itu pada suaminya dengan keadaan sadar.

Lo udah terlalu jauh Nabila.. Semua itu salah! Inget pernikahan apa yang sebenernya lo jalani!

Nabila menggeleng-gelengkan kepalanya, bahkan pesan Margareta di awal pernikahan mereka kembali berputar dipikirannya.

"Apapun yang terjadi kedepannya, tolong jangan saling mencintai yaa.. Kamu pasti tau kalau pernikahan ini sebagai bayaran dari mama kamu"

"Lo bodoh"

"Nabila!"Sunghoon yang terkejut melihat Nabila memukul kepalanya sendiri reflek berteriak menahan tangan gadis itu.

"Lo kenapa?"tanyanya masih memegangi kedua tangan gadis itu. "Bil, liat gue"suara Sunghoon membuat Nabila mengangkat kepalanya perlahan, menatap manik lelaki itu.

"Lo kenapa?"ulang Sunghoon.

"Hun, kita salah"lirih Nabila membuat Sunghoon mengernyit.

"Lo, gue, gak seharusnya kita gini. Kita nikah bukan buat ini"lanjut gadis itu membuat Sunghoon paham kemana arah pembicaraan mereka sekarang.

"Gak seharusnya lo marah gue deket kak Jeno, gitupun sebaliknya, gak seharusnya gue marah lo deket sama Karina atau perempuan manapun. Kita salah, rasa kita salah"Nabila menggeleng-gelengkan kepalanya, tanpa sadar air mata gadis itu turun.

Pernah dengar untaian kata 'Kita adalah rasa yang tepat diwaktu yang salah'——apakah kalian pernah mendengarnya? Atau mengetahui maknanya?

Jika Iya, itulah mereka sekarang. Rasa terpaksa yang dulu kini telah berubah menjadi rasa suka atau bahkan cinta(?)
Tapi apalah artinya rasa itu jika waktunya tidak tepat?

Ibarat membangun gedung ditepi jurang, itulah rasa mereka. Mau sekokoh apapun dua hati membangun cinta, pada akhirnya rasa itu hanya bisa mereka telan sendiri. Karena dari awal, waktu memang tidak memihak pada mereka.

Terkadang dunia memang se-bercanda itu. Kita dipertemukan tapi tidak untuk dipersatukan.

"Gue gak perduli"suara Sunghoon membuat Nabila yang tadinya terisak sambil menunduk, mengangkat wajahnya.

"Sekalipun itu takdir, gue bakal jadi orang gak tau diri yang bakal nentang takdir"lelaki itu menjeda kalimatnya "Gue bakal izin ke Tuhan buat egois kali ini, karena gue pengen bahagia. Sekali aja"lanjut Sunghoon membuat hati Nabila mencelos. Perkataan lelaki itu seakan-akan ingin merasakan bahagia setidaknya sekali dalam hidupnya.

"Dan bahagia gue ada di lo——cuma lo Nabila.."

Dan pagi itu, rasa yang saling terpendam akhirnya diungkapkan tanpa sengaja, menyadarkan dua insan yang sebenarnya takut kehilangan.




























Akhirnya ya pada berani confess:)
Memang kekuatan bibir itu tiada duanya...

Enggak, maksudnya kekuatan kata-kata yang keluar dari bibir, jangan pada traveling kalian sahabat

Tbc...

A DESTINY || PARK SUNGHOONDonde viven las historias. Descúbrelo ahora