kue

155 26 11
                                    

–Happy Reading–

Lia mengambil telur di dalam kulkas lalu meletakkannya di samping mangkuk berukuran sedang. Ia berusaha mengingat-ingat bahan apa lagi yang dibutuhkan untuk membuat kue. Ia mengambil beberapa bahan lalu ia kumpulkan di dekat telur.

Lia sedang tidak ada kerjaan, alhasil ia berniat untuk membuat kue, siapa tau berhasil.

Jeno belum pulang, mungkin ia masih berkeliling Lembah Naga dan mengontrol penjagaan. Akhir-akhir ini banyak kasus pencurian membuat Jeno dan penjaga lainnya harus extra mengetatkan patroli.

Lia berhenti memecahkan telur saat alarm sore hari berbunyi. Ia membersihkan tangan lalu melepas celemek yang ia pakai kemudian bergegas menuju kamar Jeno. Kegiatan rutin setiap sore semenjak Lia tinggal di rumah Jeno yaitu melihat sunset. Sungguh pemandangannya membuat Lia terpesona, sangat indah. Ia akan berdiri di depan jendela besar lalu memandang sunset sampai hari berubah menjadi gelap.

Kadang Lia berfikir, tempat asing yang tadinya membuatnya merasa takut kini memberikan sebuah ketenangan dan kenyamanan tersendiri untuknya.

Jeno.

Laki-laki tampan itu tanpa sadar sudah membuatnya nyaman. Sikapnya yang cuek tetapi sangat perhatian kepadanya membuat Jantungnya selalu berdetak dengan cepat jika berada di dekatnya. walaupun Lia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya tapi ia sadar, sangat sadar jika ia telah menyukai Jeno. Entah dari kapan perasaan itu muncul, yang jelas Lia telah menyukai Jeno, tidak, mungkin sudah mencintainya.

Tok

Tok

Tok

Lia menoleh ke belakang. Ia keluar dari kamar lalu berhenti di dapur seraya melihat pintu utama yang tadi diketuk dari luar. Lia bertanya-tanya di dalam hati, jika itu Jeno tidak mungkin ia akan mengetuk pintu, pasti akan langsung masuk.

Bunyi ketukan pintu kembali terdengar. Lia tidak berani membuka pintu karena pesan dari Jeno, siapapun yang datang kemari walaupun Felix sekalipun jangan di bukakan pintu. Pura-pura saja tidak dengar. Bukan tanpa alasan Jeno melarang Lia seperti itu, keberadaan Lia masih Jeno rahasiakan atau bisa di katakan Jeno menyembunyikan Lia di rumahnya. Lia bukan orang asli Lembah Naga. Jika Lia bertemu dengan orang asing tanpanya, Jeno takut Lia akan di curigai lalu bisa saja Lia diamankan.

Memilih tidak mau mengambil resiko, Lia kembali ke dalam kamar tanpa memperdulikan bunyi ketukan pintu yang semakin lama semakin keras. Beberapa menit kemudian ketukan pintu itu berhenti membuat suasana kembali sunyi. Lia menghela nafas lega. Hari sudah gelap dan jarum jam menunjukkan angka tujuh, berarti Jeno akan segera pulang.

Lia memutuskan untuk menunggu Jeno di dapur saja. Ia masih merasa takut karena kejadian tadi. Ia hanya duduk dan diam. Rencananya untuk membuat kue pun gagal, ia sudah tidak bersemangat lagi untuk membuat kue.

Tidak lama kemudian, suara telapak kaki kuda terdengar semakin jelas. Itu pasti Jeno, batin Lia yakin.

Terdengar juga samar-samar suara Jeno dan Felix yang berbincang.

" Gue pulang dulu, besok kita tugas pagi " ucap Felix.

" Hati-hati "

Kemudian pintu terbuka menampilkan Jeno yang terlihat sedikit kusut karena beraktivitas dari pagi sampai malam.

Jeno mendapati Lia yang tengah menatapnya terus. Sudah hampir satu Minggu Lia tinggal dirumahnya, ia sudah hafal dengan segala tingkah laku Lia. Entah itu tingkah laku konyol, manis dan yang lainnya.

" Kenapa lagi? " Tanya Jeno seraya berjalan ke arah dapur lalu duduk di kursi meja makan.

" Akhir-akhir ini banyak banget yang ngetuk pintu rumahmu " ucap Lia.

Jeno mengambil gelas lalu menuangkan air putih. Ia meneguk air itu sampai tandas lalu meletakkan gelas yang sudah kosong di depannya.

" Masa " ucap Jeno.

" Iya "

" Memangnya siapa yang mengetuk pintu? "

Lia mendecak sebal, " mana aku tau! Aku mana berani ngintip dari jendela yang ada nanti aku ketahuan "

" biarkan saja, mungkin hanya orang iseng " ucap Jeno. Kemudian ia melirik bahan-bahan untuk membuat kue di meja dapur.

" Kalo orang iseng masa sering banget sih? "

" Kau mau membuat kue? " Tanya Jeno yang mengalihkan pembicaraan membuat Lia mendengus sebal.

Lia menoleh ke belakang, menatap bahan-bahan yang tadi ia siapkan sejenak, kemudian mengangguk.

" Kenapa belum buat? "

Lia duduk di depan Jeno, " udah ngga minat " jawabnya.

Jeno bangkit lalu mendekat ke meja dapur. Lia mengubah posisi duduknya menghadap ke belakang dimana Jeno tengah berdiri seraya memasuk-masukkan bahan kue. Lia sempat tercengang melihat Jeno yang lihai membuat kue. Berbanding terbalik dengannya yang sangat tidak ahli membuat kue. Mengingat-ingat bahannya saja ia kesulitan.

Karena Lia kepo, ia mendekat untuk melihat cara membuat kue versi Jeno. Ia berdiri di samping Jeno dengan kedua matanya yang mengikuti setiap pergerakan Jeno.

Jeno menatap Lia sejenak lalu tersenyum kecil melihat Lia sangat fokus memperhatikan pergerakan tangannya. Ia menyerahkan wadah beserta mixernya kepada Lia, " lanjutkan " ucap Jeno. Lia menerimanya dengan senang.

" Masukkan tepungnya " ucap Jeno.

Lia menurut, ia memasukkan tepungnya ke dalam adonan kue. Tapi karena Lia memasukkannya tidak secara perlahan dan mixer masih memutar dengan cepat alhasil tepungnya berhambur memenuhi meja sampai mengenai setengah tubuh Lia.

" Uhuk uhuk "

Jeno langsung mematikan mixer nya lalu menarik Lia ke arah wastafel untuk membasuh wajah Lia.

Jeno membasuh wajah Lia seraya tertawa. Sangat sulit sekali untuk menahan tawa.

Lia merungut kesal, " ngga suka ah! " Rengek Lia. Ia membekap mulut Jeno yang belum berhenti mengeluarkan tawanya. Ia malu.

" Sssttt, diem! "

Nyatanya bekapan Lia tidak berhasil membuat Jeno diam. Laki-laki bertubuh tinggi itu masih tertawa walau suaranya tidak sekeras tadi.

Jeno memegang tangan Lia yang membekap mulutnya. Jarak keduanya cukup dekat membuat kedua mata mereka saling tatap.

Tawa Jeno berhenti seketika. Ia seolah hanyut menyelami mata gadis yang sudah mencuri perhatiannya. Jantungnya kembali berdebar kencang tapi hal itu justru yang membuatnya tidak ingin memalingkan pandangan. Ia ingin terus menatap mata cantik itu.

Tidak berbeda jauh dengan Jeno, Lia tidak bisa memalingkan pandangannya dari laki-laki yang ia sukai, laki-laki yang selama ini sudah memberikan perhatian lebih kepadanya.

Sekali lagi ia sampaikan bahwa ia sudah mencintai Jeno.

Dan ia berharap, Jeno juga memiliki perasaan yang sama.






***

Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komennya😊

FIRST LOVE | Jeno×Lia |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang