Bertemu Jaemin

128 17 5
                                    

–Happy Reading–

Dua hari Lia tidak bertemu Jeno karena ia masih di wilayah selatan. Vanya mengajaknya pergi ke pasar malam yang berada di dekat rumah Felix. Mungkin hanya berjarak 200 meter dari rumah Felix.

Lia menunggu Vanya membeli tiket. Ia berdiri di dekat gerbang masuk seraya melihat-lihat ke dalam yang kondisinya sudah ramai. Berbagai wahana sudah beroperasi dengan penumpang yang antusias. Ada juga yang ketakutan karena menaiki wahana ekstrim.

" Sudah, Li. Ayo masuk " ucap Vanya. Mereka masuk ke dalam dan berhenti di dekat air mancur.

" Kau ingin naik wahana apa? " Tanya Vanya.

Lia mengedarkan pandangannya lalu menunjuk bianglala yang besar itu.

" Oke, let's go!!! "

Keduanya masuk dan bianglala mulai berputar dengan perlahan. Lia dapat melihat jelas pemandangan dari atas. Begitu indah dengan lampu yang menyala dan berwarna-warni.

" Li, kamu kenal Baba kan? " Tanya Vanya. Lia menatap Vanya lalu mengangguk.

" Lusa aku akan ke rumah Baba. Apa kau mau ikut? "

" Mau! " Jawab Lia cepat. Sejak Baba membuat tanda naga di tangannya, ia sudah tidak pernah bertemu dengan beliau lagi. Baba lah satu-satunya orang yang menyambutnya dengan senyuman. Ia menjadi merasa bersalah karena tidak pernah mengunjunginya.

Setelah menikmati menaiki bianglala, Vanya dan Lia duduk di kursi. Mereka melihat-lihat ingin menaiki wahana apa lagi.

" Lia? "

Lia dan Vanya menoleh, Jaemin tersenyum setelah mengetahui yang ia panggil benar Lia. Tadinya ia takut salah orang.

" Jaemin "

Vanya menatap Jaemin dari bawah sampai atas. Ia belum pernah bertemu dengannya. Dilihat dari penampilannya, ia Calon penjaga Lembah Naga. Berarti ia anak didik Jeno atau Felix.

" Sedang apa kau disini? " Tanya Lia.

" Sedang bertugas " jawab Jaemin. Lia ber-oh ria seraya menepuk dahinya pelan. Ia lupa jika Jaemin Calon Penjaga Lembah Naga.

" Sendiri? "

Jaemin mengangguk.

" Kau bersama Vanya ternyata " ucap Jaemin. Vanya terkejut Jaemin mengetahui namanya.

Lia mendekati Vanya lalu berbisik, " jangan terkejut, kau sudah terkenal "

Vanya membuka mulutnya sedikit lalu menerawang ke atas, " apa yang membuatku menjadi terkenal? " Gumamnya bingung sendiri.

" Ayo Vanya, kita naik wahana lagi " ajak Lia.

Perut Vanya tiba-tiba berbunyi. Ia mengusap perutnya seraya meringis.

" Astaga aku lapar, Li. Kita makan dulu ya? "

" Tapi aku tidak lapar. Aku naik sendiri saja ya? "

" Jangan! " Ekspresi khawatir dan takut Vanya bercampur menjadi satu. Ia takut jika Lia bersamanya akan terjadi hal yang tidak diinginkan.

FIRST LOVE | Jeno×Lia |Where stories live. Discover now