Menginap

145 24 23
                                    

–Happy Reading–

Jeno memasuki rumah Lia yang tadi terkunci. Untung ia punya kunci cadangan jadi tidak masalah. Ia fikir Lia sudah tidur karena ia mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak dibuka. Ia berjalan menuju ruang tengah. Ia merasa lelah dan ingin memeluk Lia. Dari tadi ia terus teringat Lia membuatnya tambah rindu

" Lia " panggil Jeno yang tidak mendapat sahutan.

" Li " panggil Jeno lagi seraya membuka kamar Lia. Disana tidak ada orang yang ia cari. Kamarnya rapih dan bersih, kemana gadisnya pergi? Jeno seketika merasa khawatir. Ia mencari Lia di segala penjuru rumah tapi tetap tidak ada juga.

Jeno berakhir duduk di sofa saat mendengar suara Lia dari luar rumah.

Tidak lama pintu terbuka menampilkan Lia dan Vanya yang tertawa senang.

" Eh, Jeno " sapa Lia senang melihat kekasihnya berada di rumahnya.

" Hai Jen " sapa Vanya.

Jeno tidak menjawab. Ia menatap Lia tajam dengan kedua tangan yang ia lipat didepan dada. Wajahnya ketara sekali jika ia sedang marah.

Vanya menatap Jeno dan Lia bergantian.

" Sepertinya akan ada perang dunia " batin Vanya.

" Sepertinya sudah malam. Aku harus pulang " ucap Vanya lalu berbalik ingin keluar rumah.

" Kemana kau membawa Lia? " Suara Jeno membuat langkah Vanya terhenti. Vanya meringis kecil lalu berbalik dengan berat hati.

" Aku hanya membawanya berjalan-jalan " jawab Vanya. Ia sungguh takut melihat wajah Jeno yang seperti monster itu.

" Aku yang minta pergi Jen " celetuk Lia membela Vanya.

Jeno berdiri. Ia mendekati Lia masih dengan tatapan tajamnya. Lia menunduk sedangkan Vanya menatap Jeno was-was dan ingin kabur dari sini. Ia salah karena tidak meminta izin Jeno membawa Lia keluar rumah. Tapi Jeno juga salah kenapa sangat over protective kepada Lia.

Tatapan Jeno melembut seketika, ia mengusap pipi Lia lembut.

" Aku khawatir padamu, aku takut terjadi apa-apa denganmu. Lain kali jika ingin keluar rumah bilang dulu " ucap Jeno.

" Astaga, tidak baik untuk kesehatan para jomblo " gumam Vanya.

" Maaf " ucap Lia.

" Aku maafkan " Jeno mengecup kepala Lia membuat sang gadis merasa sangat senang dan juga malu.

" Wah sialan kalian bermesraan di depanku. Sudahlah aku pulang saja " ucap Vanya kesal.

" Makanya cari kekasih " ucap Jeno masih dengan tatapan datarnya seraya merangkul Lia.

Vanya memutar bola matanya malas, " jaman sekarang susah mencari kekasih "

" Lia, aku pulang dulu. Jika Jeno macam-macam, bakar saja rumah ini " ucap Vanya yang mendapat pelototan dari Jeno.

Lia terkekeh, " siap bos "

Vanya akhirnya pulang dengan membawa dua paper bag yang berisi belanjaannya.

Jeno menekuk kedua alisnya menatap Lia, " aku membeli rumah ini mahal "

" Yasudah jangan macam-macam "

" Tidak bisa "

" Heh! "

Jeno nyengir, " bercanda "

Lia meninggalkan Jeno di ruang tamu. Ia mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Malam-malam begini airnya tentu saja dingin tapi badan Lia sangat lengket membuatnya tidak nyaman. Terpaksa ia mandi.

Jeno memilih menunggu Lia seraya membuka belanjaan Lia yang tidak banyak, hanya dua paper bag berukuran kecil. Lia membeli dress berwarna abu-abu dan ikat rambut. Jeno mendecak, padahal ia sudah membelikan dress satu lemari waktu itu masih saja beli lagi.

Jeno menyandarkan tubuhnya di sofa setelah melepas jas hitamnya dan tersisa kemeja biru telur asin dengan lengan di gulung sampai siku. Ia menyugar rambut biru gelapnya ke belakang kemudian memejamkan mata. Wajahnya lelah tapi tersenyum. Itulah Jeno saat ini setelah bertemu Lia tadi.

Bucin.

Tidak lama Lia datang dengan kepala yang dililit handuk kecil. Wajahnya lebih segar dari sebelumnya. Ia mendapati Jeno yang sudah memejamkan mata di sofa. Apa Jeno tidur?

Lia duduk di sebelah Jeno lalu mengibas-ngibaskan tangan didepan wajah jeno.

" Yah, kok tidur sih? " Gerutu Lia karena Jeno tidak membuka mata. Ia menghela nafas lalu menarik Jeno agar berbaring di sofa kemudian ia mengangkat kedua kaki Jeno untuk dinaikkan ke sofa.

" Buset, kakinya doang berat banget " gumam Lia. Ia melepas sepatu dan juga kaos kaki Jeno. Ia duduk dilantai tepat di sebelah wajah Jeno. Ia mengusap pipi Jeno dengan lembut karena takut membuat Jeno bangun.

" Gini kali ya kalo punya suami kecapean kerja " batin Lia. Ia tersenyum manis dan menumpukkan wajah di sofa membuatnya dapat melihat jelas wajah tegas Jeno.

Tiba-tiba Jeno menoleh dan membuka matanya. Hidungnya hampir bersentuhan dengan hidung Lia. Kedua manik mata itu bertemu dan saling tatap. Lia gugup seketika saat merasakan nafas hangat Jeno menerpa wajahnya. Ia gugup tapi mata Jeno seperti magnet membuatnya tidak bisa berpaling menatap objek lain.

Jeno memiringkan badannya menghadap Lia. Ia menggenggam tangan Lia yang berada di pipinya membuat jantung Lia berpacu cepat.

" K-kamu belum tidur? " Tanya Lia basa-basi.

" Bagaimana aku bisa tidur saat masih merasa rindu? " Jawab Jeno dengan senyum tipisnya.

" Rindu sama siapa? " Tanya Lia kembali.

" Kamu "

Jawaban Jeno membuat pipi Lia memerah. Ia menunduk menahan senyum. Jeno tersenyum gemas lalu mencubit pipi Lia.

" Lucunya gadis ku "

" Aw, sakit Jeno! "

Chup

Jeno mengecup pipi Lia yang tadi ia cubit, " sudah tidak sakit kan? "

Lia salah tingkah. Ia senang tapi juga menggerutu dalam hati karena sikap Jeno yang sangat berbeda. Ia menggerak-gerakkan bola matanya kesana kemari untuk mengalihkan topik.

" Kamu ngga mandi? "

Jeno menggeleng, " aku tidak membawa baju ganti "

Jeno mendekatkan wajahnya, dahinya bertubrukan dengan pipi Lia.

" Malam ini aku menginap ya? Aku sangat lelah " lanjutnya seraya mengeratkan genggaman tangan Lia.

" Iya " jawab Lia. Keduanya pun terdiam dengan posisi yang sangat dekat dan tidak ada jarak. Dahi Jeno menempel di pipi Lia. Matanya terpejam dengan hidung yang menghirup aroma khas Lia yang begitu memabukkan. Sedangkan Lia hanya termenung ditempat.

" Jika kau mengantuk tidur saja di kamar. Aku akan tidur disini " ucap Jeno. Ia mengelus tangan Lia sebelum melepasnya.

Lia beranjak pergi ke kamarnya. Ia kembali dengan membawa selimut dan juga bantal untuk Jeno.

" Terimakasih " ucap Jeno. Lia tersenyum dan mengangguk.

Lia mematikan lampu, " selamat malam "

" Selamat malam " jawab Jeno.

Keadaan menjadi sunyi. Lia kembali ke kamarnya dan membaringkan dirinya di ranjang. Ia menatap langit-langit kamar yang berwarna putih.

Untuk pertama kalinya ia merasa jatuh cinta. Dan kenapa harus dengan Jeno?

Logikanya selalu memberitahu jika mereka tidak akan menyatu tapi hatinya selalu menggerakkannya untuk terus maju dan bertahan. Tentang hubungannya dengan Jeno hanya Vanya dan Felix yang tau, mungkin?

Hubungan rahasianya dengan Jeno pasti suatu saat akan terbongkar, ia yakin itu. Tapi ia harap hal itu tidak terjadi dalam waktu dekat.















***
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komennya🤗








FIRST LOVE | Jeno×Lia |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang