Lily

112 17 7
                                    

–Happy Reading–

Hari ini adalah hari terakhir Lia di lembah Naga sebelum ia pulang ke dunianya. Besok, besok Jeno akan membawanya ke Negeri peri.

Lia belum mengetahui jika dirinya akan segera pulang. Yang ia tau, Jeno tidak pernah mengunjunginya setelah perang dengan Tralos hari itu. Ia sudah melanggar janji. Ia bilang ia akan kembali, namun tidak sama sekali.

Lia melangkahkan kaki ke taman untuk menyiram bunga seperti biasa walaupun keadaan bunga-bunga itu masih tetap sama, layu.

Lia jongkok lalu membelai bunga mawar yang kering dan berwarna coklat. Ia bingung apa yang menyebabkannya seperti ini padahal ia sudah merawatnya dengan baik.

" Apa kalian merasakan apa yang aku rasakan? Makannya kalian begini " ucap Lia sedih. Ia lalu menoleh ke arah bunga Lily Putih pemberian Jeno. Bunga itu juga perlahan layu dan mati.

" Apa ini pertanda buruk? " Gumam Lia.

Akhirnya Lia memilih kembali masuk ke dalam rumah dari pada ia tambah bersedih.

Akhir-akhir ini ia merasa gelisah. Ia kesulitan menenangkan dirinya sendiri. Disaat-saat seperti ini biasanya ia akan berbagi cerita dengan ibunya. Ngomong-ngomong, sudah berapa lama ia disini?

Ia menghembuskan nafas, lalu memandang ke luar jendela dengan fikiran yang sudah melayang kemana-mana.

" Lo istirahat aja Jen, muka Lo udah pucat banget " Felix menghentikan Jeno yang akan mengangkat balok kayu besar untuk dipindahkan ke tempatnya.

Jeno menggeleng, ia mengangkat balok kayu itu dan dengan cepat memindahkannya.

" Udah udah udah! " Ucap Felix saat Jeno hampir saja jatuh.

Jeno sudah kelelahan. Sejak kemarin Jeno terus mengeluh kepadanya jika ia sulit tidur. Akhirnya ia memindahkan balok-balok kayu yang besar agar ia lelah dan dapat tidur dengan nyenyak.

" Istirahat sana, jangan sampe sakit " ucap Felix.

Jeno menyeka keringatnya lalu pergi ke pos penjaga. Ia merebahkan tubuhnya dilantai. Tidak butuh waktu lama ia pun terlelap.

Felix memperhatikan Jeno sendu.

" Yang penting kisah cinta Lo ngga sampe makan korban, Jen " ucapnya lirih.

Ia keluar dari pos untuk melanjutkan pekerjaan Jeno yang belum selesai ini. Satu balok lagi yang harus dipindahkan, ia memindahkannya dengan cepat. Ia menuju kran air untuk mencuci tangan dan membasuh wajahnya. Setelah selesai, ia pulang untuk mengambil makan siang.

Diperjalanan pulang ia melewati rumah Lia. Rumah itu tampak sepi seperti tidak dihuni padahal Lia masih tinggal disana. Aura ceria hilang seketika.

Ia memilih tidak mampir dan melanjutkan perjalanan pulang. Sialnya dirumahnya ada Vanya yang sedang memasak dengan mamahnya. Ia sangat tidak ingin bertemu Vanya.

" Felix pulang " ucapnya cepat seraya berjalan ke kamarnya.

" Langsung ke meja makan, Lix. Masakannya udah Mateng " ucap mamah Felix.

" Dibungkus aja mah, mau aku bawa ke pos. Ada Jeno disana " ucap Felix.

" Oh gitu, yaudah tunggu ya "

Felix mengangguk. Ia tidak sengaja berkontak mata dengan Vanya. Ia segera mengalihkan pandangan ke arah lain. Sedangkan Vanya tersenyum canggung.

" Ini bekalnya " ucap mamah Felix seraya menyerahkan 2 rantang berisi makanan kepada Felix.

" Makasih mah, Felix pergi dulu " pamitnya. Ia langsung pergi menuju pintu.

" Eh ngga pamit ke Vanya? " Tanya mamah Felix.

" Ngga " Jawab Felix tanpa menoleh ke belakang.

" Ngapain sih dia kesini?! " Gumam Felix kesal.

Baru saja keluar dari halaman rumah, ia sudah dikejutkan oleh Lia yang berdiri seraya memandangnya.

" Ngagetin aja Lo " ucap Felix.

Lia tidak mengatakan apapun. Ia hanya menatap Felix dengan tatapan yang sulit diartikan.

" Lo kenapa? " Tanya Felix.

Diam sejenak, Lia berucap, " gue mau ketemu Jeno. Sebentar aja "

Jeno sedang beristirahat sekarang. Tidak mungkin ia membangunkannya untuk bertemu Lia mengingat Jeno sedang menghindarinya untuk sesaat.

" Em, besok aja Li. Jeno besok kerumah Lo kok " ucap Felix. Benarkan besok Jeno akan kerumah Lia untuk mengantarkannya pulang.

" Ngga bisa sekarang? " Tanya Lia dengan penuh harap.

Perlahan Felix menggeleng, " Jeno lagi sibuk "

" Oh gitu ya "

" Yaudah, besok aja. Tapi bener ya dia kerumah "

" Iya bener. Ngga bohong gue " ucap Felix.

" Oke, gue pulang dulu "

" Ngga mau mampir? Didalem ada mamah sama Vanya "

" Mampir deh, bosen dirumah Mulu " ucap Lia. Ia kemudian masuk ke dalam rumah Felix.

Felix segera menuju pos Penjaga agar waktu makan siang nanti, makanan sudah siap semua. Ia juga membawakan Jeno teh hangat. Ia adalah sahabat yang baik kan?

Sesampainya di pos, Jeno tidak ada. Padahal ia pergi hanya sebentar tapi anak itu sudah pergi entah kemana. Pasalnya Jeno belum makan apapun dari kemarin. Walaupun tubuhnya kekar, otot kawat tulang besi jika tidak makan pun percuma. Nanti akan ambruk juga.

" Jeno " panggil Felix.

Ia mencari Jeno di sekitar pos dan netranya tidak sengaja melihat Jeno yang tengah berdiri di mercusuar. Jarak pos dan mercusuar lumayan jauh, namun Felix tidak akan salah jika yang dilihatnya itu Jeno. Sedari kecil ia bersamanya membuatnya hafal perawakan Jeno.

Felix mengurungkan niat untuk memanggilnya karena merasa Jeno butuh waktu sendiri. Yang terpenting ia tau Jeno berada dimana.

Sedangkan Jeno, ia menatap ke laut yang membentang luas. Sangat terasa ketika ombak besar menghantam batu karang dan bagian bawah mercusuar yang menurut orang-orang itu hal yang menakutkan. Tapi tidak bagi Jeno. Semilir angin dan suara ombak sedikit menghilangkan rasa sedihnya.

Ia memejamkan mata. Menghirup udara segar lalu membuangnya secara perlahan.

" Aku sudah berjanji di bawah pedang Bluzer dan di depanmu. Tolong bantu aku melewati semua ini, Naga yang agung " ucap Jeno dengan penuh harap.

Jeno pasrah sekarang. Ia akan mementingkan keselamatan bersama dan membuang jauh-jauh rasa egoisnya. Tidak bosan-bosannya ia berdoa agar semua akan baik-baik saja.









***
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komennya 🤗










FIRST LOVE | Jeno×Lia |Where stories live. Discover now