Chapter 36

220 49 8
                                    

Sebuah bangunan tua yang tak terpakai, Minho dengan pandangan serius, separuh kepalanya tertutupi oleh hodie, ia berjalan dengan cukup tenang masuk semakin dalam pada bagunan tersebut. Meskipun gelap, ia tidak merasa gentar, hingga sebuah mencahayaan kecil membuat kedua matanya melihat sosok yang sedang berdiri memunggunginya.

"Aku datang," ucapnya dan sosok itu berbalik dengan menunjukkan seringaiannya.

"Kenapa kau sangat ingin menemuiku?" tanyanya dan Minho menghela napas, menunjukkan amarahnya yang tertahan.

"Apa rencanamu dengan Dahyun? Katakan sekarang!" bentak Minho yang sudah bertekat tidak akan mundur lagi. Ia harus menemukan penyebab dari seluruh kekacauan ini.

Pria di hadapannya ini menyeringai. "Kenapa kau tidak tanyakan saja kepadanya? Bukankah lebih mudah ... dari pada harus berhadapan denganku, mungkin saja kau tidak bisa kembali dengan hidup-hidup," ucapnya yang syarat akan ancaman.

Minho tertawa. "Hongjoon! Kau tidak akan berani melakukannya, meskipun kau cukup berani ... itu hanya akan membuatmu menjadi kesulitan. Kakekku akan mengurus seluruh anggota gengmu sampai tak tersisa. Bahkan keluargamu, jadi jangan menggertakku dengan cara sampah seperti itu," balas Minho dan Hongjoon pun tertawa.

"Kau tetap anak kecil yang mengandalkan kekuasaan orang tua, sangat menggelikan," ejeknya yang tentu tidak akan diperdulikan oleh Minho.

Minho menyeringai. "Bukankah itu sebuah keuntungan? Sama halnya kau memanfaatkan amarah seorang gadis dan memanipulasinya!"

Hongjoon pun tertawa keras, ia tidak habis pikir tentang bagaimana Minho menilai sosok Dahyun. "Kau masih percaya dia ku manipulasi? Hei, berapa lama kau mengenalnya? Dia tidak sepolos yang kau pikirkan." Perkataan Hongjoon kali ini membuat Minho sangat marah. Pria tu jelas-jelas menghina Dahyunnya yang begitu berharga.

"Jaga ucapanmu bedebah!" maki Minho dan Hongjoon semakin tertawa.

Suasana terlihat semakin menegang saat Minho sudah berhasil meraih kerah t-shirt yang Hongjoon pakai. "Aku akan membereskannya sekarang!"

Buak

Pukulan dari kepalan tangan Minho mengenai pipi Hongjoon dan membuat bibirnya berdarah seketika. Namun, Hongjoon hanya menghapus jejaknya dengan segera dan senyumannya tidak berubah. Ia masih saja menunjukkan ekspresi penuh mengejek kepada Minho.

"Bodoh!" gumam Hongjoon yang dapat Minho dengar.

"Apa kau bilang?" Minho semakin marah dan pukulan kembali mendarat pada wajah Hongjoon.

Buak

Pukulan itu cukup keras, hingga membuat kepala Hongjoon sampai terpelanting. Namun, laki-laki itu biasa saja, ia masih menyeringai. 

"Kau pikir, bagaimana Woojin bisa mati dan gadis bersama Sinb itu bisa berada dalam kekacauan saat itu?" gumamnya yang membuat Minho terdiam, rasa takut tiba-tiba menjalar dalam tubuhnya. Membuat dirinya merasa takut bukan main.

Melihat Minho diam tak mengatakan apa pun, Hongjoon pun melanjutkan perkataannya. "Itu salah satu dari upaya-"

"Cukup! Aku tidak ingin mendengarnya!" sentak Minho.

Sungguh, Minho tidak berani untuk memikirkan terlalu jauh. Terutama bagaimana seorang Dahyun terlibat dalam insiden ini. Lalu, semua hal yang terjadi, termasuk permusuhan dengan Chan yang semakin memburuk. Apa lagi membayangkan jika mungkin saja Dahyun sudah merencanakan ini semenjak lama? 

Bahkan kali ini Minho mencoba untuk menyangkalnya, berperang antara pikiran dan perasaannya, sampai-sampai ia mengabaikan Hongjoon yang tersenyum sinis memandanginya.

UPROAR | SINB | SKZ Where stories live. Discover now