Chapter 16

679 112 17
                                    

Sinb menghela napas saat kakinya telah menginjak tanah depan rumahnya yang dipenuhi oleh tanaman itu. Terkadang, ia merasa aneh dengan ketiga pria penghuni rumah ini yang lebih suka memelihara tanaman dibanding sesuatu yang lebih maskulin.

"Apa kau ingin masuk?" tawar Sinb kepada Ryujin dan gadis ini hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Aku harus kembali ke sekolah eonni, beberapa orang di markas telah menungguku," terangnya yang tentu membuat Sinb hanya bisa menghela napas.

Sinb merasa cukup prihatin dengan anak-anak ini. Mereka bertingkah seolah mereka adalah seseorang yang cukup bebas dan benar untuk memiliki sebuah perkumpulan seperti itu. Padahal kenyataannya, hal semacam ini jauh dari kata positif. Mereka hanya akan memiliki kepercayaan diri yang semu, mengantarkan mereka pada kesesatan secara emosional dan perilaku.

Namun, ia juga tidak bisa mengatakan terlalu dalam, sebab adiknya sendiri juga terjerumus dalam hal tak baik semacam ini.

"Apakah sangat menyenangkan, menjadi yang terkuat dan mengatur beberapa anak?" Salahkan bibir Sinb yang tak mampu untuk menahan semua rasa penasarannya, membuatnya harus mengatakan kata-kata rancu yang membuat Ryunjin terlihat kebingungan,

"Ah, sudah lupakan saja," ucapnya yang kali ini berbalik, akan masuk ke dalam rumahnya.

"Tapi ...." Namun Sinb tiba-tiba berbalik kembali dan memandangi Ryujin dengan wajah prihatinnya. "Aku masih berharap jika kedamaian itu akan datang. Kita, bisa melewati hari-hari dengan menyenangkan tanpa harus merasa terintimidasi. Saling peduli dan berkompetisi untuk menjadi lebih unggul dalam urusan pendidikan, meraih mimpi dengan penuh semangat. Dapatkan, kita berubah seperti itu Ryujin?" 

Entah mengapa? Ryujin merasakan kegetiran dari setiap kata yang Sinb sampaikan. Apa mungkin ini karena khawatir kepada Hyunjin? 

Helaan napas Sinb pun terdengar cukup jelas. "Bodoh, apa yang ku bicarakan kepadamu? Lupakan saja! Pergilah, aku akan segera masuk dan tolong sampaikan kepada sunbae-mu itu, jangan biarkan Hyunjin terluka," ucapnya yang kini melangkah masuk ke dalam rumahnya.

Ryunjin tersenyum sesaat dan bergumam, "Andai aku memiliki seorang eonni sepertinya, mungkin aku akan bersikap lebih baik lagi."

Sinb pun terus melangkah masuh dan sedikit terkejut saat mendapati pamannya sudah duduk di halaman depan. Seolah pria ini menungguhnya sembari menyirami beberapa tanaman kesukaannya.

"Aku tahu, pasti paman menungguku bukan?" tebak Sinb dan Dongho mengacungkan tangannya untuk tebakan yang tepat oleh Sinb.

Gadis ini pun memilih untuk duduk di kursi dengan ekspresi sebalnya. "Kenapa beruang tua itu harus menemui kalian?" Tanpa banyak basa-basi, Sinb langsung mengutarakan apa yang sedang ia pikirkan semenjak tadi.

Dongho pun menghentikan aktivitasnya dan menoleh, memandang keponakan perempuan satu-satunya ini dengan kegelian yang berusaha ia tutupi.

"Mungkin, ia ingin kau menjadi beruang kutub sama sepertinya,"

"Paman! Aku tidak sedang bercanda! Ah, menyebalkan sekali para tua bangka itu. Kenapa setiap kali aku datang ke rumah mereka selalu saja memaksaku untuk mengaku-ngaku menjadi kekasih anak dan cucunya," omelnya yang membuat Dongho semakin geli saja.

"Jadi ... Siapa yang akan kau pilih? Biarkan pamanmu ini yang melamarkannya untukmu,"

"Apa paman gila?! Tidak akan ku biarakan mereka mengacau kehidupanku!" jerit Sinb berlebihan seperti biasa.

Dongho pun duduk di sampingnya dan menghela napas cukup panjang. "Sebenarnya aku memiliki banyak pekerjaan, tapi ayahmu menyuruhku untuk menjagamu di rumah. Gimje dan Gunsan mulai berseteru kembali dan kali ini mereka tidak akan mudah untuk dikendalikan. Aku harap kau serta Hyunjin tak berurusan dengan mereka," nasehat Dongho.

UPROAR | SINB | SKZ Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon