Chapter 19

709 107 40
                                    

Jika semua manusia memiliki keseimbangan dalam berpikir serta emosionalnya.

Mungkin saja ketidak adilan, kepicikan dan kesengsaraan ini tidak akan terlalu merajalela di muka bumi. Namun, tentunya semua itu akan terasa sangat membosankan. Hanya saja, ketika sang kejahatan memenangkan permainan ini. Serasa ketidak adilan itu mencekik, menguarkan banyak ketidak berdayaan dan rasa menyakitkan dalam diri.

---***---

"Hyunjin!" Suara yang biasanya begitu keras, kini cukup lemah. Sembari memegangi perutnya, Sinb terus berusaha berlari jika itu memungkinkan. Hyunjin terus menoleh dan menyuruh Sinb untuk kembali tanpa terlihat mencurigakan karena mereka saat ini berjalan di koridor rumah sakit.

"Pergilah ...." Hyunjin benar-benar memohon dan itu bukanlah sesuatu yang menjadi kebiasaan namja angkuh ini.

Sinb menggeleng, dengan tertatih dan memegangi perutnya yang sangat sakit, bahkan luka itu mengeluarkan darah kembali, membuat gadis ini terpaksa terhenti dan kepalanya tiba-tiba merasa berat. 

Brug

"Sinb eonni ... " Seorang gadis berseragam Gimje tiba-tiba saja datang dan menolongnya, Sinb masih bisa membuka matanya dan mengenali sosok itu.

"Ryujin ... Hyunjin, tolong ...." Ucapannya terhenti saat ia tiba-tiba saja hilang kesadaran dan beberapa langkah lagi Yebin mendekat.

"Ketua, sepertinya mereka membawa Hyunjin," Ryunjin bisa menebaknya yang seketika membuat Yebin geram.

"Brengsek! Beraninya mereka!" Yebin meraih paksa ponsel yang dibawa beberapa siswi dan memencet beberapa nomer.

"Apa kau akan terus menjadi bedebah sialan! Hyunjin telah mereka tangkap dan kau malah asyik menemani Minho bersama yeoja gila itu? Changbin, liat saja aku akan membunuhmu jika dalam 15 menit kau tak sampai di tempat ini atau mengetahui tempat para bajingan Hongjoon membawa Hyunjin!" ucap Yebin dengan keras. Kemudian gadis ini segera mengakhiri panggilannya.

"Si jalan brengsek! Aku akan menghancurkanmu!" Tangan Yebin mencengkram erat makanan yang tadi ia makan dan kakinya menendang apa pun yang ada di hadapannya.

---***---

Changbin mematung dengan segera dugaannya. Telpon dari Yebin barusan serasa membuat dirinya terkena serangan mendadak. Felix yang berada di sampingnya, beberapa kali menggoyang-goyangkan badan Changbin.

"Ada apa Hyung?" tanya Felix yang merasa seniornya ini tidak biasa.

Changbin menatap Minho yang masih setia menemani Dahyun. Enggan rasanya ia pergi dan memberitahu ketuanya itu tentang apa yang terjadi, Changbin hanya menghela napas sebelum akhirnya ia pergi. "Jaga Minho hyung, aku akan kembali nanti," ucap Changbin sebelum pergi dan menyisahkan Felix dengan tanda tanya besar dalam benaknya.

Han yang sebenarnya duduk tak jauh, merasa aneh dengan Changbin. Ia berpamitan kepada Seungmin sebelum akhirnya ia mengikuti Changbin pergi. Han begitu susah payah mengikuti pergerakan mobil Changbin yang luar biasa brengseknya itu. Bayangkan saja, Changbin memacukan mobilnya seperti di balap sirkuit ilegal yang terkadang sering mereka lakukan dalam beberapa waktu yang lalu.

"Bedebah! Bagaimana ia begitu sangat cepat," gerutunya yang begitu cepat untuk mengimbangi laju mobil Changbin yang kini berhenti di depan rumah sakit Gimje. Han pun melihat beberapa gadis menghampirinya, Han tahu jika gadis itu adalah Yebin.

Han pun mencoba menguping pembicaraan mereka. "Apa maksudmu?" Changbin belum bisa memahaminya dan Yebin nampak mendengus. "Hongjoon bekerja sama dengan Dahyun untuk menyerang kita. Saat ini mereka membawa Hyunjin bersama mereka dan membuat Sinb tertusuk, saat ini keadaannya semakin parah karena berusaha mengejar Hyunjin," terang Yebin yang membuat Changbin terkejut.

"Kenapa kau baru memberitahuku sekarang?" tanyanya dengan kesal.

Sementara Han sudah melangkah diam-diam, masuk ke dalam untuk mengecek keadaan Sinb. Han sama sekali tak memahami situasi yang terjadi saat ini. Pria ini mencoba mencari tahu dimana Sinb di rawat dan Han pun menemukannya. Han melihat Sinb berbaring dengan wajah pucatnya membuat dirinya merasa sedih. Han pun menyentuh beberapa nomer pada ponselnya.

"Kerahkan seluruh Gunsan, cari Hongjoon sampai ketemu dan bawa Hyunjin kehadapanku dalam keadaan tanpa cacat sedikit pun!" perintahnya yang kini menutup teleponnya dan mencoba membuka pintu rawat inap Sinb.

"Noona, apa yang sebenarnya terjadi?" lirih Han yang memandang prihatin keadaan Sinb.

Sinb yang mendengarkan suara seseorang, berkeras kepala untuk membuka matanya meskipun ia begitu sangat lemah. "Hyun-jin ... Mereka membawanya," ucapnya dengan terbata dan mulai menangis.

Han memegang tangan Sinb dan berseru. "Aku akan membawanya kembali, kau tenang saja noona dan istirahatlah," ucapnya dan Sinb pun dapat menangkap keseriusan itu dari wajah Han.

Sinb pun menutup matanya kembali dan mewakinkan dirinya jika Han tidak akan pernah mengingkari janjinya.

---***---

Sebuah bangunan tua dengan banyak bongkahan tembok berserakan. Seseorang tersungkur dengan tubuh memar, bahkan berdarah di pelipis dan mulutnya. Sementara beberapa orang memandanginya dengan senyuman puas. 

"Apa hanya sebatas ini kekuatanmu?" San menarik rambut Hyunjin yang telah basah oleh keringat.

"Gimje yang kuat, itu hanya sebuah omong kosong," Hongjoon pun mencibir.

Hyunjin tersengal, menahan segala nyeri disekujur tubuhnya. Ia tidak ingin terlihat lemah dan seolah merengek dihadapan mereka. Meskipun pada akhirnya ia harus mati di sini, Hyunjin tidak ingin mati dengan cara menyedihkan.

"Lalu bagaimana dengan kecundang seperti kalian?" kata Hyunjin dengan suara lemahnya membuat Hongjoon, San dan yang lainnya geram.

"Sombong sekali kau!" teriak San yang sudah menarik kepala Hyunjin.

"Habisi dia! Aku tidak ingin melihat wajahnya lagi!" seru Hongjoon yang membuat teman-temannya yang bergerak dengan mata nyalangnya.

"Mati kau sekarang!" umpat salah satu dari mereka yang bersiap untuk menerkam Hyunjin dan tak memberi ampun untuknya.

"Boss! Gedung ini telah di kepung oleh Gunsan!" seseorang berteriak dari luar. 

"Sialan!" Hongjoon pun mengumpat dan menatap pengikutnya bergantian.

"Bagaimana bisa? Apa mereka berkerjasama saat ini?" San tak mengerti situasi ini dan ia benar-benar ingin menghabisi Hyunjin.

"Aku tidak tahu, tapi sebaiknya kita pergi. Aku yakin Gimje juga akan datang kemari. Sialan! Wanita itu bahkan tak becus untuk mengelabuhi mereka dan membuat keduanya bisa bekerjasama seperti ini," gerutu Hongjoon yang sangat tidak menyukai kenyataan ini.

Mereka pun akhirnya pergi, meninggalkan Hyunjin yang masih tersungkur dan tak bisa bangkit. Seungmin yang baru saja datang dan melihat Hyunjin hanya menyeringai.

"Apa aku memiliki sebuah hutang kepadamu?" ucapnya yang kini berjongkok, mencoba membantu Hyunjin berdiri.

"Apa maksudmu?" tanya Hyunjin lirih.

"Mungkin saja dikehidupan sebelumnya, hingga aku harus bersusah payah mengerahkan seluruh kekuasaanku di Gunsan hanya untuk menyelamatkan pangeran tampan sepertimu," ejek Seungmin yang entah membuat Hyunjin ingin tertawa dan tentu itu menyakiti ulu hatinya karena beberapa tendangan yang telah bersarang di sana, meninggalkan sakit dan bekas memar.

"Mungkin saja dan kau harus membayarnya sekarang," rancau Hyunjin yang membuat Seungmin mendengus.

"Sialan kau!" maki Seungmin dan mereka pun berjalan berlahan tanpa suara setelah itu.


-Tbc-



UPROAR | SINB | SKZ Donde viven las historias. Descúbrelo ahora