Chapter 20

657 102 19
                                    

Sama seperti saat melihat seseorang meremehkannya dengan sengaja, Chan merasa kesal dan ingin sekali menonjok wajah Minho. Bagaimana tidak? Dirinya dan Minho berada di ruang yang sama, tapi mengapa hanya dirinya yang diabaikan keberadaannya oleh Dahyun. Percayalah, Chan begitu merindukan gadis ini sampai rasanya ingin menemukannya dengan cara apa pun, tapi saat gadis itu kembali ... Chan tak bisa melakukan apa pun kecuali memandanginya dengan cara seperti ini. Ingin rasanya Chan membuang Minho sejauh mungkin dari Dahyun, agar gadis itu mulai memperhatikannya.

Chan pun memilih untuk keluar dari kamar rawat inap Dahyun dan sedikit terkejut saat tak menemukan Han atau Seungmin di sana. Hanya beberapa anak buahnya yang terlihat.

"Kemana Seungmin dan Han?" tanya Chan kepada salah satu di antara mereka. Tidak biasanya mereka pergi meninggalkannya tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Pria berambut gimbal itu pun berbisik pada Chan yang seketika membuat Chan terkejut. "Kau yakin?" tanyanya dengan sedikit cemas dan mereka mengangguk.

Namun, ekspresi Chan berubah saat ia mendapatkan sebuah ide. "Aku rasa, aku punya jalan untuk menang," ucapnya sambil memandang ke dalam ruang rawat inap Dahyun yang berbatasan dengan pintu separuh kaca.

"Aku akan pergi, kalian berjagalah di sini," pinta Chan yang kini berjalan menjauh.

---***---

Waktu yang terus berjalan dengan lambat, detak jantung yang terpacu tak menentu. Keadaan fisik yang tak mendukung hanya untuk memikirkan segala kemungkinan yang terjadi. Sinb beberapa kali menghela napas, merasa sedih, cemas dan marah dalam bersamaan. Han yang berada di sampingnya merasa bingung harus melakukan apa untuk menenangkan Sinb.

"Apa yang kau inginkan? Aku akan memberikannya kepadamu," tawar Han.

"Apa Seungmin telah menemukan Hyunjin? Han, tolonglah Hyunjin ... Sebelum paman dan ayahku tahu. Masalah aku terluka sudah membuat mereka pusing, sebentar lagi ibuku akan datang. Bagaimana aku harus menghadapinya, dia lebih sulit dari siapa pun." Selain mengkhawatirkan Hyunjin, Sinb hampir lupa dengan sang ibu yang akan datang.

Han terlihat menganggu. "Jangan risaukan itu, aku akan membereskannya. Mereka tidak akan berani bertindak terlalu jauh, noona." Han masih berusaha untuk meyakinkan Sinb dan gadis ini pun tak memiliki pilihan kecuali mengiayakan permintaan Han.

cklek

Pintu terbuka saat melihat ayahnya dan wanita yang tak lain adalah ibunya berjalan tergesah. Wajah Sinb terlihat tertekan sekali dan Han mengetahuinya. Seketika Han sangat penasaran, seberapa menakutkan wanita tua ini sampai Sinb yang terkenal begitu tangguh ini terlihat tertekan hanya dengan kedatangannya saja.

Kangin terlihat meneliti Han yang membuat bocah ini sadar, ia segera bangkit dan membungkuk. "Perkenalkan nama saya Han, dari Gunsan. Teman dari Hyunjin dan SInb noona," ucapnya dan Kangin mengangguk-angguk. 

Sementara Tiffany segera memeriksa keadaan putrinya. "Ibu ayolah," keluh Sinb saat wanita paruh bayah itu meneliti setiap inci tubuhnya. 

"Aku hanya memeriksamu, apa kau baik-baik saja? Kau harus terlihat sempurna untuk mewarisi perusaan kosmetik kita nanti." Sinb hampir saja memekik kesal, tapi Kangin mendahuluinya.

"Kau sudah berjanji untuk tak membuat keributan. Apa kau bahkan tidak bisa melihat wajah tertekannya saat kau datang?" ucap Kangin yang tentu cukup menyinggung Tiffany.

Wanita ini menoleh dan mendesis. "Lalu? Apa aku akan membiarkan putriku masuk dalam lingkaran perkelahian anak sekolah dan lama-lama dia akan menjadi preman sepertimu. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!" tekannya yang menunjukkan seluruh keangkuhannya.

Han yang melihatnya menjadi cukup mengerti dari mana keangkuhan Sinb itu berasal dan memang semuanya berasal dari Tiffany.

Kangin terlihat mulai menunjukkan amarahnya. "Jangan terus memulai pertengkaran ini," ucapnya yang  mencoba untuk tetap menahannya.

"Aku tidak memulainya, tapi kau yang membuatnya menjadi seperti ini," kukuhnya yang tentu membuat Sinb jengah. Gadis ini berusaha untuk berdiri meskipun itu cukup sulit. Han yang melihatnya pun berusaha untuk membantu.

"Kau mau kemana? Tidurlah, biarkan ayah yang akan berbicara dengan ibumu," pinta Kangin, tapi Sinb menggeleng. Gadis ini sudah merasa muak dengan semua perseteruan yang terjadi diantara kedua orang tuanya.

Seharusnya, dari pada sibuk untuk saling menyalahkan, alangkah baiknya jika mereka berusaha untuk memahami yang dirasakan dirinya dan juga Hyunjin. Bahkan, mereka pun tidak mencoba untuk menyembuhkan semua luka yang mereka alami akibat perceraian ini.

"Aku muak dengan kalian," lirihnya yang membuat Kangin dan Tiffany seketika berhenti berdebat. Wajah pias Sinb semakin membuat keduanya merasa cukup bersalah.

Sinb terus berjalan dengan bantuan Han, meninggalkan kamarnya dan terus berjalan di lorong rumah sakit dengan tertatih dan menahan rasa sakit. "Kita berhenti dulu, kau belum sembuh noona," ucap Han dan Sinb yang semenjak tadi menahan sedih dan amarahnya akhirnya menangis.

"Aku benci mereka." Han pun segera memeluk Sinb dan gadis ini menangis dipelukan Han.

"Apa yang kalian lakukan?" Suara itu adalah suara Chan yang kini datang dengan dengan kawalan beberapa anak Gimje salah satunya adalah Felix yang sepertinya mendapatkan tugas dari Changbin untuk menjaga Sinb.

Sinb memandang Han, seolah bertanya apa dirinya yang mencoba untuk memberitahu Chan dan Han yang tahu arti dari tatapan Sinb segera menggeleng. "Untuk apa kau datang kemari?" Dari pada menjawab pertanyaan yang tak penting dari Chan, sinb lebih suka untuk mengusirnya dari sini.

"Jangan membuat keributan, pergi!" usirnya yang tentu membuat Han berusaha memperingatkannya dengan memberi isyarat kepada Sinb, tapi Sinb yang sudah sangat geram terhadap semua yang berusaha untuk mengusik ketentramannya.

Chan tak peduli, ia terus berjalan mendekat. "Han ...." Sinb berusaha mengeluh pada sosok adik barunya ini, tapi Han berusaha untuk menenangkannya dengan terus mengangguk dan berkata tanpa suara jika semua akan baik-baik saja. Bahkan Han melepaskan Sinb dan Chan segera memeganginya.

"Aku bisa berjalan sendiri," ketusnya, tapi Chan tak membiarkannya.

Chan melihat Sinb dengan prihatin. "Siapa yang melakukan ini kepadamu?" tanya Chan dan Sinb diam, tak berniat untuk mengatakannya. 

"Hongjoon sialan itu," sahut Han dan Chan terdiam, Han cukup tahu jika Chan terlihat marah.

Namun, tiba-tiba saja handphone Han berbunyi dan Han berusaha untuk berjalan menjauh. Tertinggal Sinb dan Chan. Felix masih mengawasi mereka dengan beberapa anak buahnya. 

"Kenapa kau datang kemari? Apa yang kau mau dariku?" tanya Sinb dan Chan masih terdiam, memandangi Sinb dengan ekspresi yang cukup misterius.

Kemudian pria ini menghela napas. "Apa begitu sulit untuk mengatakan jika kau terluka?" tanyanya yang kini tiba-tiba menggendong Sinb. "Suka sekali kau membuat semua orang menjadi buruk," omelnya lagi.

"Apa yang kau lakukan! Turunkan aku!" Sinb pun terus meronta, tapi ia berhenti melawan saat merasa bagian perutnya sakit lagi.

"Jangan kembali ke kamar, ada kedua orang tuaku," larang Sinb dan Chan tertawa.

"Itu bagus, ayahku akan senang saat ia mendengarkan ini. Bahkan ia sudah berhasil menemui orang tuamu," ungkap Chan yang tentu membuat Sinb tak mengerti dan kaget dalam bersamaan.

"Apa?! Bagaimana bisa?" Sinb tak memahami situasi apa yang harus ia lalui saat ini.

"Siang paman dan bibi," sapa Chan yang membuat Sinb sadar jika mereka telah sampai di depan pintu kamarnya.

"Kau Chan?" Kangin yang masih berhadapan dengan Tiffany terlihat familiar dengan sosok pria remaja ini dan Chan tersenyum. Pria ini meletakkan Sinb ditempat tidurnya dan tatapan Tiffany seolah menusuk.

Chan pun menghadapi kedua orang tua Sinb yang masih saja memperhatikannya. "Perkenalkan, nama saya adalah Bang Chan, kekasih Sinb," ucapnya yang tentu membuat Sinb hampir saja jantungan. Tiffany masih menatap tajam Chan dan Kangin nampak menggeleng dengan geli. Sementara Sinb sudah sangat ingin membungkam mulut Chan dengan tinjuannya.

-Tbc-







UPROAR | SINB | SKZ Where stories live. Discover now