ketujuh

3.1K 605 83
                                    

Hyungseok dan Jay kini sudah berada didalam UKS. Jay membantu Hyungseok untuk meletakkan kain hangat diatas dahinya agar pusingnya mereda.

Saat Jay dengan lembut membelai rambutnya agar tak jatuh ke dahinya, Hyungseok terlena dengan tangan lembutnya dan tak menyadari tingkahnya tersebut membuat Jay tersenyum gemas.

"Jay... Kamu disini saja, ya? Ya? Temani aku..." Ucap Hyungseok dengan nada sedih. Sebenarnya Jay niatnya ingin begitu. Namun, suruhan guru mereka untuk segera kembali ke kelas saat sudah membawa Hyungseok ke UKS membuatnya mau tak mau harus menuruti permintaan guru tersebut.

"N-nanti aku yang akan bilang ke gurunya untuk tak menghukummu karena aku tidak bisa tidur kalau tidak ditemani... :(" Bohong Hyungseok. Ia hanya ingin berdua saja dengan Jay. Selain karena ia merasa bersalah saat waktu itu ia menghindarinya diam-diam selama beberapa hari, Hyungseok juga ingin menghabiskan waktunya dengan Jay yang saat itu terpotong karena keinginannya sendiri.

Tak tega, akhirnya Jay pun menganggukkan kepalanya membuat Hyungseok tersenyum senang. Hyungseok tiba-tiba menggenggam erat tangan Jay dan membuat tangan tersebut bergerak membelai pipinya lembut, mirip seperti anjing yang butuh belaian kasih sayang, Jay tidak bisa menahan gemasnya melihat kelakuan Hyungseok yang entah mengapa terlihat manja sekali hari ini.

"Maaf. Tanganmu hangat. Aku suka." Ucap Hyungseok semakin erat menggenggam tangan Jay, seperti takut akan kehilangan laki-laki tersebut karena Jay adalah teman pertamanya disekolah ini.

Sedangkan, dengan Jay. Ia sudah tak bisa menjelaskan bagaimana ia harus bersusah payah menjaga detakan jantungnya karena takut Hyungseok mendengarnya. Bisa bahaya jika ia tahu.

"Jay, aku mengantuk." Mendengar itu, kerja kerasnya untuk menetralisirkan detakannya jadi teralihkan dan membuatnya fokus untuk membuat Hyungseok tertidur dengan nyaman diatas kasur UKS.

Jay mengelus lembut surai halus Hyungseok sampai mata Hyungseok merasa sudah berat untuk terbuka, genggaman tangannya pada Jay juga kian melemas. Sebelum ia benar-benar tertidur, Jay mendengar Hyungseok bergumam sesuatu yang menurutnya lucu.

"Jay, aku suka suaramu..."

Setelah itu, Hyungseok tertidur sangat pulas. Jay yang melihat itu, langsung bangkit dan dengan pelan melepaskan genggaman mereka.

Jay mendekatkan bibirnya kearah pucuk kepala Hyungseok dan menciumnya cukup lama untuk mengingat harum wangi dari shampoo milik Hyungseok. Lalu, ia juga mendekatkan bibirnya ke telinga Hyungseok untuk membisikkan sesuatu.

"Mimpi indah, Hyungseok-ku."

Kemudian, ia menarik selimut yang sudah dipakai laki-laki kesayangannya sampai leher. Ia pun keluar dari UKS dan berjalan menuju ke kelasnya karena takut gurunya akan marah meskipun nanti Hyungseok menjelaskan kenapa ia tak kunjung datang ke kelas.

Ia menghela napas kesal. Ia ingin melihat wajah indah Hyungseok saat tertidur tadi dengan lama. Namun, kewajibannya sebagai murid tak bisa ia tinggalkan, membuatnya terpaksa menunda acaranya.










"E-eh, Jay? Kau membawakan tasku? S-seharusnya tak usah. Aku bisa mengambilnya sendiri tau!" Ujar Hyungseok saat melihat Jay berdiri didepan pintu UKS sambil menenteng tasnya dan tas Jay sendiri.

Jay menggeleng, "...."

"Kau memang ingin membawakan tasku karena aku tak kunjung bangun sedari tadi? Ah, terima kasih Jay..." Kini Hyungseok merasa malu karena sudah merajuk kepada temannya tersebut.

Jay berjalan mendekat kearah Hyungseok yang duduk di sampingnya sambil memberikan tas tersebut kepada pemiliknya. Hyungseok menerimanya dengan senang.

"Sekali lagi, terima kasih, Jay! Maaf kalau aku suka merepotkanmu selama ini." Lirih Hyungseok. Namun, masih terdengar oleh telinga tajam Jay. Ia menampung kedua pipi Hyungseok untuk menatap matanya yang tertutup oleh poninya.

Jay membuka bibirnya dam berbicara dengan terbata, "J-jangan berpikir s-seperti itu." Ucapnya yang meskipun terbata, masih terdengar sopan ketika masuk kedalam pendengaran Hyungseok yang kini menatap Jay dengan kedua bola mata yang membulat lucu. Ditambah dengan pipinya yang memunculkan semburat merah, merona malu.

Jay terkekeh dengan reaksinya sebelum ia berbicara kembali, kali ini mencoba untuk tidak terbata-bata.

"Maaf." Ucapnya, kali ini membuat Hyungseok bingung, "Sepertinya aku lancang mengeluarkan suaraku?" Lanjutnya untuk menjelaskan perkataan maafnya tersebut untuk laki-laki manis didepannya.

"Maksut kamu?" Hyungseok menjadi lebih bingung, Jay meminta maaf hanya karena ia mengeluarkan suara?? Apa yang terjadi padanya hingga ia menjadi takut untuk bersuara?

"Lupakan. Ayo, pulang saja!"

Hyungseok pun mengangguk dan berjalan beriringan dengan Jay sambil sesekali berbincang-bincang. Namun, dalam perbincangan tersebut, Jay sama sekali tidak mengeluarkan suaranya.

'Ah, padahal aku ingin mendengar suaranya lagi.'










Tbc.

Kayaknya gajadi aku revisi, deh... Soalnya bingung juga hahaha. Jadi... Semoga suka mwah hehehe <33

The Voice - Jaeseok (DISC)Where stories live. Discover now