ketujuh belas

1.8K 302 10
                                    

"Hm? Apa benar ini alamat rumah Hyungseok?" Tanyanya ketika melihat maps melalui ponselnya.

Laki-laki itu mengeceknya berkali-kali dan saat ia yakin rumah didepannya adalah rumah Hyungseok, ia berjalan mendekati pintu rumah tersebut.

Ia mengetuk pelan rumahnya dan tak selang berapa lama, pintu tersebut terbuka, memperlihatkan Hyungseok yang tengah memakan sepotong roti tanpa selai.

Hyungseok terlihat terkejut dan hampir tersedak rotinya saat tahu siapa yang berada didepan rumahnya.

"J-Janghyun??"

Janghyun tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Hyungseok.

"Halo, Hyungseok." Ucapnya santai.

Hyungseok buru-buru melepaskan roti dari mulutnya dan mempersilahkan Janghyun untuk masuk ke dalam rumahnya. Tak sopankan jika membuat tamu menunggu di luar?

"Apa yang membuatmu datang kesini? Ah, maaf kalau rumahku berantakan." Wajah Hyungseok sedikit memerah, ia tak sempat untuk membereskannya.

"Tidak apa-apa, Hyungseok. Aku yang seharusnya minta maaf karena datang tanpa memberitahumu," Janghyun menjawab masih dengan senyum sumringah yang terpatri di wajahnya, "Aku datang kesini untuk menagih janjiku!" Lanjut Janghyun.

Hyungseok sedikit bingung dengan ucapan Janghyun soal janji, namun beberapa saat kemudian ia mengingat janji saat mereka pulang dari minimarket waktu itu.

"Ah, kenapa tak mengirimiku pesan saja?" Tanya Hyungseok.

"Hyungseok. Aku tak punya nomermu." Jawab Janghyun menatap Hyungseok dengan tatapan sendu, entah apa arti dari tatapan tersebut bagi Hyungseok.

"Oh iya. Aku belum memberikannya padamu, ya? Hehehe." Sebenarnya Hyungseok tahu bahwa Janghyun berbohong tidak mempunyai nomer ponselnya-karena Janghyun telah memilikinya sejak awal-dan ia juga tahu Janghyun tengah berpura-pura.

"Iya, tapi tak apa-apa! Aku boleh meminta nomermu 'kan?" Kini giliran Janghyun bertanya, Hyungseok sedikit gugup saat akan menjawab boleh, namun ia berusaha tenang "B-boleh, tentu saja!"

Janghyun memberikan ponselnya kepada Hyungseok agar laki-laki itu menuliskan nomer ponselnya kedalam ponsel milik Janghyun.

Saat sudah memasukkannya dan memberinya nama, Hyungseok mengembalikan ponsel milik Janghyun dengan perasaan aneh.

Saat ponsel Janghyun berada dalam genggamannya, ia mencari kontak miliknya dari ponsel Janghyun dan tentu saja tak ada. Maka, Hyungseok mempunyai kesimpulan bahwa Janghyun memiliki ponsel lagi khusus untuk menerornya.

Saat suasana menjadi hening, Hyungseok baru terpikirkan sesuatu.

"Janghyun, bagaimana kau bisa tahu rumahku?"

Janghyun menatap Hyungseok beberapa detik dan kemudian tertawa.

"Astaga, kenapa kau terlihat tegang begitu?" Janghyun bertanya balik sambil menyeka air mata yang keluar dari sudut matanya, "Aku bertanya pada Zin." Jawabnya atas pertanyaan Hyungseok yang tadi.

Hyungseok membulatkan mulutnya dan mengangguk paham.

"Ah, sudah mulai malam, aku pulang dulu, ya! Nanti aku kabarin untuk menepati janjiku waktu itu." Janghyun berbicara seperti mengingatkan Hyungseok agar tak melupakan janjinya tersebut.

Hyungseok membalas dengan mengangguk dan memberinya dua jempol kearah Janghyun.

Keduanya berdiri dari tempat duduk mereka dan berjalan menuju ke pintu rumah.

"Baiklah, aku pamit, ya."

"Hati-hati, Hyun."

Janghyun mengangguk dan berjalan menjauhi rumah Hyungseok sampai punggung Janghyun tak terlihat dalam pandangannya.

"Hm, aku yang lupa atau memang Zin yang tak pernah ke rumahku?" Tanya Hyungseok pada dirinya sendiri sebelum kembali masuk ke dalam rumahnya dan membereskan barang-barangnya, takut jika ada tamu yang tiba-tiba datang lagi.

•••

Pada malam hari, Hyungseok masih saja memikirkan kejadian tadi.

Janghyun yang tiba-tiba datang ke rumahnya, meminta nomernya, dan soal Janghyun yang tahu alamat rumahnya dari Zin padahal laki-laki itu tak tahu alamatnya karena tidak pernah ia ajak ke rumahnya.

Memang awalnya Hyungseok cukup terkejut dengan kedatangan laki-laki itu, namun ada suatu hal yang membuatnya lebih terkejut.

Tentang Janghyun yang ternyata adalah penerornya.

Ia tahu Janghyun sedikit mencurigakan sedari awal-terlebih lagi Zin juga mengakuinya-, namun tak disangka laki-laki itu benar-benar pelakunya.

Hyungseok mendapatkan informasi tersebut dari pesan yang tak ia kenal.

"Kenapa orang-orang suka banget ngirim pake nomer asing gini 'sih?? Apa lagi trend?" Sarkas Hyungseok yang sudah terlalu kesal.













To be continued-

Hai, maaf untuk chapter kali ini pendek, ya. Saya lagi buntu huhuhu :(

Tapi, tenang aja! Kedepannya aku bakal tulis chapter yang banyak! ^^

Oh, iya. Aku lagi buat book baru (yang gatau mau aku update kapan), silahkan mampir jika berkenan XD

 Aku lagi buat book baru (yang gatau mau aku update kapan), silahkan mampir jika berkenan XD

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jangan lupa tinggalkan jejak! Terima kasih <3

The Voice - Jaeseok (DISC)On viuen les histories. Descobreix ara