kedelapan

3K 559 35
                                    

"Sampai jumpa besok, Jay!" Ucap Hyungseok sambil melambaikan tangannya kepada Jay sampai punggungnya sudah tak terlihat lagi dalam pandangannya.

Ia menghela napas dan masuk kedalam rumahnya. Iya, Jay mengantar Hyungseok pulang sampai rumahnya dengan jalan kaki, padahal Hyungseok sudah melarangnya untuk mengantarnya sampai rumah karena jarak rumah mereka terpaut cukup jauh dan tak searah. Namun, melihat Jay yang seperti menatapnya seolah dengan tatapan memelas, Hyungseok jadi tak tega dan membiarkannya.

Saat sudah masuk, Hyungseok langsung berjalan menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya diatas kasur lipat tipis miliknya. Meskipun begitu, menurutnya kasur tersebut terasa nyaman baginya.

Ia menatap langit-langit kamarnya sebelum mendesah kembali. Terlalu banyak pikiran didalam kepalanya.

Hyungseok mendudukkan dirinya dan menopang dagunya, tengah berpikir tentang alasan kenapa Jay tak pernah mengeluarkan suaranya. Jika alasannya adalah karena ia malu, Hyungseok akan memakluminya. Namun, melihat ekspresi dan bagaimana Jay meminta maaf karena ia mengeluarkan suaranya begitu saja, membuat dirinya dilanda rasa penasaran.

'Apa mungkin dirumahnya hak berbicaranya diambil?' Pikirnya sebelum ia menggeleng keras, "Agak konyol menurutku, hehehe." Kekehnya.

Ia beranjak dari kasurnya dan berjalan keluar dari kamarnya menuju kearah dapur, berniat untuk menyiapkan makan malam untuknya.





Tak lama, Hyungseok telah menyelesaikan makan malamnya dan segera mencuci piring serta gelas yang ia gunakan. Setelah itu, ia berjalan menuju ke kamar mandi untuk menggosok gigi serta membasuh wajahnya. Lalu, ia berlari ke kamarnya dan berniat untuk membanting badannya ke kasur.

"Huaa!"

Bruk!

"SAKIT!"

Ia lupa bahwa kasurnya tersebut tipis dan tentu saja punggungnya langsung merasa sakit akibat terbentur dengan lantai yang keras.

Hyungseok kemudian terduduk sambil mengelus punggungnya tersebut. Ia mendengus, sepertinya ia akan membeli kasur yang lebih tebal. Namun, ia sedikit enggan karena kasurnya tersebut pernah ditiduri oleh Jay.

"Haah, lagipula aku tidak punya uang untuk membelinya." Desahnya sedih.

Hyungseok pun mulai merapikan kasurnya tersebut dan bersiap untuk tidur.





Paginya, Hyungseok terbangun dengan rasa yang luar biasa sakit dibagian punggungnya. Ia meringis dan segera berjalan kearah cermin yang ada di kamarnya.

Ia membuka baju atasnya dan membalikkan badannya.

Punggungnya memerah. Hyungseok merutuki kesalahannya semalam. Ia mencoba untuk menghiraukan rasa sakit tersebut dan segera bersiap untuk berangkat ke sekolahnya.





Saat sampai di kelas. Hyungseok segera duduk di bangkunya dan menyenderkan punggungnya perlahan ke kursinya sambil meringis pelan. Setelah itu, ia memperhatikan sekitarnya, takut-takut jika saja ada yang melihatnya. Namun, ia bersyukur tak ada yang melihatnya tadi.

Saat ia sudah terbiasa dengan rasa sakit tersebut, dengan tanpa ada rasa kemanusiaan, Zin, yang baru saja datang, menepuk keras bagian belakangnya, mengartikan bahwa ia tengah menyapa Hyungseok.

Hyungseok langsung terperanjat, selain terkejut, rasa sakitnya menjalar ke seluruh tubuhnya, membuatnya berteriak kesakitan.

"AH!"

Seluruh teman kelasnya menoleh kearah Hyungseok, menatapnya kaget, begitu pula dengan Zin dan Jay dibangku belakang. Namun, setelahnya mereka mengabaikan Hyungseok dan kembali fokus dengan kegiatan mereka yang sempat terhenti tadi.

The Voice - Jaeseok (DISC)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt