SS-9💸

158K 16.6K 938
                                    

Dengan langkah pelan, Bella berjalan mendekati sofa yang Arif duduki dan memeluk Ayahnya dari belakang.

"Ayah," ucap Bella sambil meletakkan kepalanya di bahu Arif.

"Anak Ayah, belum tidur?"

Bella menghela nafasnya dan ikut duduk di sofa samping Arif. "Baru juga jam 9, masa udah tidur."

"Udah sholat?"

"Udah Ayah."

Bella yang kini hanya memakai baju kaos putih polos dan celana pendek diatas lutut duduk bersandar di tubuh Arif sambil menonton televisi.

"Eh Bella, nggak sopan duduknya sama Ayah." Harsa yang datang membawa secangkir teh hangat untuk Arif memelototi putrinya.

"Ayah juga nggak papa, iya kan Yah?" Tanya Bella mendongak ke atas.

"Iya nggak pa-pa, karena kalau anak Ayah udah nikah nggak bakalan bisa kayak gini lagi."

"Bella nggak mau nikah kalau nggak sama sultan, terus sikapnya harus penyayang kayak Ayah."

"Tuh kan Yah, anakmu halunya tinggi sekali."

"Ih Bunda, kenapa sih selalu bilang kalau Bella cuma halu. Bunda seharusnya bantu doain supaya anak Bunda nikahnya sama orang kaya."

Harsa menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu ikut menonton siaran televisi.

Sedangkan Arif, laki-laki itu sibuk berkutat dengan laptop di hadapannya.

Ting tong

Harsa menatap ke arah pintu rumahnya yang terdengar suara bel dari luar.

"Kayaknya ada tamu deh, Yah."

Harsa lalu bangkit dan berjalan menuju pintu.

"Bel, kamu masuk kamar ya. Ada tamu, nggak enak di liat kalau kamu pakai celana pendek seperti itu," ucap Arif dan diangguki oleh Bella.

•••💸•••

Keenan menatap beberapa tumpukan martabak, pizza kue kering dan juga buah dijok belakang mobilnya.

Apakah harus berlebihan seperti ini?

Ini semua karena ide dari Liam yang menyuruh Keenan untuk membawa buah tangan yang manis-manis agar apa yang dilakukannya dapat berujung manis.

Keenan menghela nafasnya gusar lalu turun dari mobilnya dan mengambil 2 kantong plastik besar berisi makanan.

Keenan menatap rumah di hadapannya, lalu melangkahkan kakinya masuk.

"Apa benar ini rumahnya?" Gumam Keenan kepada dirinya sendiri.

Keenan memencet bel rumah berpintu cokelat itu dan mengucapkan salam.

"Assalamualaikum," ucap Keenan sopan.

"Waalaikumsalam, cari siapa?" Tanya seorang wanita paruh baya dengan memakai baju terusan dan dipadukan dengan jilbab berwarna cokelat.

"Apa benar ini rumah Arabella?"

"Iya, Bapak cari anak saya kenapa?" Tanya Harsa.

"Bapak?" Gumam Keenan. "Oh, saya teman Arabella," lanjut Keenan.

"Silahkan masuk," ucap Harsa mempersilahkan.

Suamiku SultanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang