0

679 43 4
                                    

Ia gadis yang menurut beberapa orang tidak pantas untuk disakiti. Ia pantas mendapatkan cinta sebanyak cinta yang ia bagikan untuk orang lain. Namun, orang-orang hanya bisa menyayangkan tanpa tahu apa yang orang lain jalankan.

Ralia Ratnaduhita Baskoro, seorang gadis berusia 16 tahun yang baru merayakan ulang tahunnya minggu lalu. Ralia sangat bahagia karena akhirnya bisa merayakan hari lahir bersama seseorang yang ia sebut kekasih, dan bergabung dengan keluarganya juga. Kekasihnya bernama Hiagon Harris Atmajaya. Hubungan keduanya sudah berjalan dua tahun, mereka memulai hubungan saat masih berada di bangku kelas 3 SMP.

"Ra, didepan ada Harris tuh. Ngajakin ke kantin." Hestamma Abirahmana, sahabat laki-laki yang jauh lebih dulu mengenal Ralia sebelum Harris. Ia juga orang yang banyak berjasa untuk menyatukan keduanya. "Disamperin gih."

Ralia mengangguk. "Lo nggak ke kantin?"

"Iya, nanti." Hesta fokus ke dalam layar ponselnya. Chatting rutin dengan seorang gadis yang tidak bukan adalah teman sekelas mereka. Hubungan Hesta dan gadis itu sedikit aneh karena ketika di kelas, mereka jarang terlibat obrolan.

Didepan, Harris sudah menunggu Ralia. Mereka tidak pernah berjanji untuk selalu datang ke kantin bersamaan. Biasanya, Harris juga tidak menyusul ke kelas Ralia seperti ini. Mereka lebih sering menemui langsung di kantin.

"Kamu ditinggal sama temen-temen kamu?" tanya Ralia berdiri tepat disamping pacarnya yang lebih tinggi.

Harris menunduk untuk melihat penuh wajah Ralia. "Iya nih, rese bangetkan."

"Biasanya juga kamu nyusul, nggak ngeluh."

"Kenapa? Kamu nggak pengen aku datengin ke kelas kayak tadi?" Nada suara Harris tiba-tiba berubah.

"Enggak gitu, sayang." Ralia menjatuhkan bibirnya, berpura-pura sedih. "Kamu kayak gini itu biasanya pas habis ngelakuin kesalahan. Kamu ada salah sama aku?"

Ditanya begitu, Harris tidak langsung menjawab. Ia diam dan tampak kikuk. Sesampainya di kantin pun, masih belum ada jawaban dari Harris.

Sehingga Ralia bebas menyimpulkan kalau dugaannya memang benar. Harris melakukan kesalahan, seperti sebelum-sebelumnya sampai Ralia sudah sepaham ini. Baiklah, kalau Harris bertingkah tidak memiliki masalah. Maka Ralia hanya harus mengikuti alurnya.

"Gabung sama mereka nggak?" tanya Ralia menunjuk satu meja yang sudah diisi teman-teman Harris lengkap dengan pacar dari teman-temannya juga.

Harris sekedar mengangguk dan menarik pelan lengan Ralia agar tidak ditabrak oleh seorang adik kelas yang terlihat buru-buru.

"E—eh." Ralia terkejut, meski ditarik dengan lembut, Harris tidak memberi aba-aba. Ralia menatap adik kelas berwajah manis dengan kacamata bulat yang menghiasi wajahnya. "Buru-buru banget takut kehabisan makanan kali ya," gumam Ralia didengar Harris.

"Udah biarin." Harris menyuruh Ralia duduk disamping Ashira Barsha, pacar dari teman Harris yang bernama Jevano Keshanu Darmawangsa. Baik dengan Shira atau Jevan, Ralia terbilang cukup dekat.

Didepan Ralia, duduk Randuagung Gemilang dan Julio Pamendra Jandro, tidak ada pacar mereka di sini jadi mereka duduk berdua. Karena kalau ada Elina, pacar Julio, sudah pasti yang duduk di sisi Julio adalah pacarnya.

Kalau Randu, ia memang tidak memiliki pacar sebelumnya.

"Eh udah pada tau belum?" Jerico Galshaga Rangkana baru datang, diikuti oleh seorang gadis yang diketahui sebagai gebetan paling seriusnya. "Hamka...kebobolan sama Caca!"

"Heh kalau ngomong yang bener!" ujar Randu tidak suka.

Jerico memukul meja pelan. "Sumpah gue! Mei, sumpah, kan?!"

Alisqa Meisha Raffadi, gebetan paling serius yang akhirnya dipertahankan sementara oleh Jerico yang terkenal memiliki segudang simpanan itu. "Tapi jangan heboh-heboh dulu, takutnya ke sebar." Meisha memperingatkan satu meja dengan nada suara begitu pelan.

"Lo tau darimana?" tanya Jevan pada Meisha. Masih tidak mau percaya kalau tidak ada bukti. "Siapa tau cuma rumor doang."

Shira mengangguk dengan ucapan pacarnya. "Iya, lebih baik tunggu Hamka nya aja yang cerita."

"Nunggu Hamka cerita nggak mungkinlah," ujar Harris sedikit mendongak untuk bertemu tatap dengan Meisha. "Tapi bener sih, mendingan kita kalem dulu."

Jerico mengangguk. "Selagi bukan urusan kita, mending kita bungkam. Untung nggak ada Hesta di sini," katanya bersyukur.

"Heh, ada gue ya!" seru Ralia menaruh tangannya di pinggang. "Gitu-gitu sahabat gue!"

Shira dan Meisha tertawa.

Berbeda dengan satu orang, ia malah menatap Ralia dengan tatapan berbeda. Tatapan...tertarik. Padahal semua yang ada di meja itu bukan baru mengenal satu hari dua hari. Mereka sudah sama-sama mengenal sejak kelas 1 SMA, bahkan beberapa ada yang berteman sejak SMP.

"Udah, kamu pesen apa?" Harris menepuk punggung tangan Ralia, agar pacarnya tidak lagi menjadi pusat perhatian. "Biar sekalian."

"Kayak biasa aja," kata Ralia menoleh dan menurunkan tangannya. Ia tahu, walaupun Harris tidak sekalem itu, tapi Harris tidak suka dengan gadis yang bertingkah heboh atau berlebihan.

Sebisa mungkin Ralia menjaga sikapnya. Kalau ia kelepasan bar-bar, maka detik selanjutnya ia sadar.

Forbidden relationship (00-01line)✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora