Two families at one table

305 38 18
                                    

Yang Ralia ingat, ia mengirim pesan di malam hari pada Jevan untuk datang ke rumahnya dan sarapan bersama anggota keluarga Ralia yang lain. Ralia tidak pernah menyuruh Jevan datang lengkap dengan seluruh anggota keluarganya sendiri.

Pagi ini, semangat Ralia sudah berapi-api untuk menyambut Jevan di meja makan. Tetapi, menyadari kalau yang harus Ralia hadapi bukan hanya Jevan saja, mendadak rasa semangatnya luntur terbawa embun pagi.

"Aku nggak ada bilang kalo kamu mesti dateng bareng Papi, Mami, sama Kak Sasa loh?" Wajahnya menampakkan raut bingung nan gugup.

Sedangkan Jevan memilih untuk menutup mulut rapat-rapat. Bukan inginnya membawa seluruh anggota keluarga ke rumah Ralia. Jevan juga tidak tahu kalau ternyata papi mami dan kakaknya membuntuti Jevan yang sengaja keluar pagi-pagi buta dari rumah.

Saat keluar dari kamar, Sekala sudah lengkap dengan setelan kerjanya sambil menenteng tas hitam kulit yang selalu Sekala bawa tiap kali berangkat ke kantor. Memasuki dapur, langkah Sekala langsung berhenti.

"Loh ini..."

Sahara mengulas senyum terpaksa ke arah suaminya. "Mas, duduk dulu," ajaknya menghampiri Sekala yang terdiam di ambang pintu.

Sekala pun tersenyum dan menjulurkan tangan ke arah Sammy yang duduk di sebelah Jevan, anaknya. "Sumpah kaget ini aku, Sam," kata Sekala apa adanya.

Sammy tertawa kecil. "Maaf kalau keluarga kita datangnya nggak ngabarin dulu," ringis Sammy menatap ke arah anak bungsunya dan anak bungsu keluarga Sekala. "Lihat jagoanku pagi-pagi ngacir mau ke rumah ceweknya katanya, Yuni buru-buru nyuruh aku keluarin mobil buat nyusulin."

Yuni terkekeh, di sebelahnya berdiri Sahara yang sedang menyajikan masakan. Yuni membantu apapun yang bisa dibantu. "Aku udah tau Jevan pacaran sama Ralia," kata Yuni. "Dan aku juga tau gimana perasaan kamu, maaf tapi Intan nggak sampai hati buat nutupinnya, Intan kasihan sama anak-anak, Sahara," ungkap Yuni.

Sahara menghela nafas pelan, bibirnya masih memasang senyuman. "Kekanak-kanakan banget aku tuh Yun, syukurlah aku nggak sampai melewati batas," desah Sahara menatap ke arah Ralia yang pipinya terus bersemu merah.

Yuni mengusap bahu Sahara. "Nggakpapa aku paham, yang penting sekarang kamu udah nggak berpikir kayak gitu lagi. Jevanku nggak akan ngecewain anak kamu, aku jamin," kata Yuni pelan ketika dua istri tersebut sedang menuang nasi ke dalam wadah khusus. "Yang kamu takutkan nggak akan terjadi Sahara, anak-anak kita bukan kita," lanjut Yuni mendadak sedih. "Untuk semua kesalahan masa lalu, aku minta maaf ke kamu, sampai kapanpun, aku akan selalu minta maaf."

Tarikan nafas panjang buru-buru Sahara lakukan ketika dadanya terasa semakin sesak. Sudah berapa lama Sahara hidup dalam kurungan kisah masa lalu sehingga tanpa disadarinya, ia malah menjerumuskan banyak perasaan-perasaan tidak bersalah.

"Aku mau mulai hidup dengan baik setelah ini Yun, kita nggak usah ingat sejarah itu lagi ya..," pinta Sahara.

Yuni mengangguk pelan. "Makasih Sahara."

Kembali kekeadaan di meja makan, Sammy dan Sekala sedang berbincang membahas beberapa pekerjaan di divisi di mana mereka ditempatkan. Jeffrey dan Carissa pun turut mengobrolkan tentang tugas kuliah yang memang tiada habisnya. Sementara sepasang remaja yang sedang sama-sama gugup itu hanya bisa saling bertatapan sejak awal.

"Rasanya kayak aku bawa keluarga dateng ngelamar kamu, Ra," kata Jevan berbisik pelan pada Ralia. Jevan berpindah duduk menjadi di sebelah gadis itu, ia mengambil kursi tambahan yang Sahara taruh di ruang belakang.

"Ngaco," respon Ralia malu.

Sebuah tangan mendarat di atas bahu Ralia. Ketika ia menengadah, senyuman Yuni membuat perasaannya semakin tidak karuan. Ralia gugup diberikan senyuman seindah itu oleh ibu dari laki-laki yang tidak kalah indahnya.

Forbidden relationship (00-01line)✔️Kde žijí příběhy. Začni objevovat