40

174 35 3
                                    

Telapak tangannya semakin berkeringat saat ia menunggu Jevan datang, di belakangnya ada mama yang entah kenapa malah berdiri ikut menunggu.

"Ma, masuk aja gih, nanti Mama masuk angin, dingin ini soalnyaaa."

Mama mengerucutkan bibir. "Emang lagi nunggu siapa sih Dek? Jevan?"

Ralia menjawab dengan gumaman pelan, namun Ralia menangkap perubahan ekspresi yang terjadi pada wajah cantik mama kandungnya. Ralia sudah tahu akan begini, tapi...tetap saja ternyata rasanya memang agak tidak nyaman.

"Mau kemana sama dia?" tanya mama dingin, tangannya terlipat di depan dada. Rahang mama mengeras, tapi Ralia tahu kalau mama pun berjuang untuk mengendalikan egonya sendiri.

Buktinya sampai sekarang mama tidak pernah melarang Ralia secara langsung untuk tidak boleh berhubungan dengan Jevan.

"Nggak usah kemana-mana, di rumah aja."

Ralia menoleh secepat kilat. "Orang sebentar doang, Ma. Kenapa nggak boleh sih? Biasanya juga aku boleh-boleh aja main agak malem."

"Ya di rumah aja emang nggak bisa? Musti banget keluar?"

Ralia langsung menahan nafas saat matanya menangkap kedatangan Jevan, Ralia bergerak untuk membukakan pagar lebih lebar agar Jevan leluasa memasukkan motor ke halaman rumahnya. Pandangan Ralia memberi peringatan pada Jevan, tanpa sepengetahuan mama, Ralia menggeleng pelan.

Namun, bukannya raut kecewa yang Jevan tunjukkan, laki-laki itu malah dengan percaya diri melepas pelindung kepala, turun dari motor dan berjalan menuju mama untuk menyapa.

"Halo, Tante Sahara," sapa Jevan memamerkan senyuman terbaik untuk wanita yang melahirkan gadis yang ia sukai dengan sangat.

"Iya." Sahara tersenyum biasa. "Ralia bilang kamu ngajak dia keluar, mau ke mana Jev?"

Jevan menoleh sebentar, melihat sang pujaan. "Jalan-jalan doang ke pusat kota, Tan, nggak lama kok, jam 10 nanti Jevan pulangin."

"Kenapa nggak di rumah aja, Tante nggak suka Ralia keluar malem."

"Ma-"

Sebelah tangan Jevan meraih lengan Ralia yang hendak berkomentar pada Sahara. Mata Jevan mengedip satu kali dalam tempo yang agak lama, ia berusaha menyampaikan kalau situasi ini akan ia hadapi.

"Jevan bakalan jagain dan bawa Ralia pulang dengan selamat kok, Tan, Jevan janji..."

"Nggak lama, Ma, bentar doang," pinta Ralia nyaris memohon, ia tidak suka mamanya bersikap acuh tak acuh pada Jevan, padahal sebelumnya mama sangat baik pada Harris.

"Entah harus percaya atau enggak, Tante nggak tau ya Jevan." Sahara menghela nafas. "Tapi Tante susah percaya sama kamu, maaf..." Mungkin Sahara memang kekanakan sekali, namun Sahara juga sudah berusaha untuk menerima apapun yang terjadi di antara anaknya dengan anak Sammy.

"Ma, dipanggil Papa tuh di dalem." Jeffrey muncul dari ruang tamu dengan setoples isi kacang goreng, cemilan kesukaan Jeffrey.

"Papa mau ngapain manggil Mama? Bukannya tadi lagi mandi?" Sejenak perhatian Sahara teralihkan. "Huh, yaudah Mama masuk dulu. Sesuai janji kamu ya Jev, jam 10 harus pulang lagi," pesan mama serius.

Jevan mengangguk patuh, sedikitpun tidak merasa tersinggung dengan sikap dingin Sahara padanya. "Siap, Tante! Makasih, ya."

Sahara tidak menjawab lagi, langsung saja ia melangkah masuk mendatangi Sekala yang memang memanggilnya. Di teras, tersisa Ralia yang sedang menatap Jevan dari samping, lalu Jeffrey yang tersenyum kecil untuk dua adik di depannya ini.

Forbidden relationship (00-01line)✔️Where stories live. Discover now