28

227 51 7
                                    

Sudah puas rasanya Ralia meratapi asam pedas usai putusnya hubungan dengan Harris. Kini gadis itu disibukkan oleh ujian tengah semester. Ia, Hesta dan Jerico serempak berjanji pada diri masing-masing agar nilai ujian tengah semester mereka tidak berujung jatuh sampai ke dasar jurang.

Untuk Jerico, mungkin nilai-nilai akan sangat aman terkendali. Pun dengan Hesta yang sudah berusaha sekeras yang ia bisa sampai berat badannya turun beberapa kilo karena kelelahan.

Tentang Ralia...gadis itu sudah menyerah untuk tetap belajar di kala otaknya menolak habis-habisan. Maka akhirnya ia memutuskan untuk mengumpulkan tim voli sekolah sekedar bermain singkat guna menyingkirkan penat otak akibat berbagai macam pelajaran dipaksa masuk ke dalamnya.

"Sairaaa."

Tangannya membentang lebar tatkala mata menemukan pacar Hesta tersebut sedang melakukan pemanasan di pinggir lapangan.

"Gue stres banget gilaaa!" keluh Ralia. Ikut pemanasan seperti yang Saira lakukan.

"Seenggaknya besok udah bisa bernafas lega," cetus Saira. Berjalan beberapa langkah ke sebrang lapangan untuk mengambil bola dalam keranjang plastik. "Ujian terakhir tadi ada yang ngasal gue jawabnya," lanjut Saira bercerita. "Eh itu Helena! Na sini buruannn!" Saira memanggil sambil melempar bola pelan ke arah Ralia.

Helena datang bersama beberapa teman sekelasnya yang memang anggota voli juga.

"Ra, Hesta mana?" tanya Helena saat sampai di depan Ralia.

"Lagi ganti baju." Ralia memegang satu bola yang dioper oleh Saira tadi.

Tim voli sekolah perempuan sudah berada di lapangan semua. Beberapa masih melakukan pemanasan, sementara Ralia, Saira dan Helena sudah mulai saling melakukan passing dan mengoper untuk satu sama lain. Karena tim voli sekolah hanya berjumlah delapan orang, dan yang hari ini hadir hanya enam orang, maka Ralia juga mengundang tim voli sekolah laki-laki untuk bergabung.

Hesta dan Jerico tentu menjadi bagian lapangan sore ini. Karena memang keduanya adalah bagian dari tim inti.

"Ra!" panggil Hesta berlari kecil ke tempat para teman perempuannya sedang melakukan passing.

Di belakang laki-laki itu tidak hanya ada Jerico saja. Jevan, Julio dan Felix mengekor. Membuat banyak orang di sana bertanya-tanya mengapa selain tim voli, ada juga tim lain, yaitu tim futsal dan basket.

Seakan tahu isi kepala semua teman-temannya, Hesta lekas menjelaskan, "Tim cowok banyak yang nggak bisa join hari ini karena dadakan ngabarin."

"Sebagai gantinya ini cowok tiga gabung sama kita," sambung Jerico menunjuk kepada tiga laki-laki yang sudah berganti pakaian.

Helena menghitung jumlah, tim laki-laki masih kurang satu orang. Bertepatan saat itu matanya melihat Harris sedang berjalan sendirian, ingin Helena memanggil laki-laki yang cukup piawai dalam permainan voli tersebut, namun ia masih belum gila untuk menyatukan Harris dan Ralia di satu lapangan, entah menjadi lawan atau kawan.

Ralia mengikuti arah pandang gadis cantik yang berdiri dihadapannya. Tepat saat itu ia melihat Harris. Bagaimana laki-laki itu tampak lusuh dengan rambut yang memanjang di bagian belakang. Penampilan yang tetap membuatnya terpesona, tapi ia tidak terlalu menyukainya.

"Panggil aja nggakpapa," katanya pada Helena, serta anggukan pelan memberi izin.

Mungkin Ralia memang harus berdamai, pada kehilangan, dan juga pada sosok yang pernah disayang. Sekarang mereka hanyalah sepasang yang tidak terikat hubungan.

"Serius, Ra?" tanya Saira beringsut mendekat. Pergerakan Saira diamati oleh sang kekasih, Hesta. "Kalian kan kurang satu, terus Helena kayaknya mau manggil Harris buat join," kata Saira, memberitahu Hesta yang bertanya di telinganya.

Forbidden relationship (00-01line)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang