02

4.3K 519 92
                                    

Haloooo, Kalo kalian suka sama cerita aku tolong Vote dan Komen yaa, supaya aku semangat buat nulis dan update- Diii🐰🐰🐰

.

.

.

.

Sorry for typo

.

.

.

.

Hope you like it😊😊😊

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Merasa jenuh dengan semuanya, Ruby memutuskan untuk berjalan-jalan sore, berharap hal itu merupakan pilihan yang tepat tepat. Ruby tidak lupa membawa kamera kesayangan miliknya, mungkin ia nanti akan memotret beberapa obyek yang sekiranya dapat menjadi inspirasinya melukis.

Bebannya sebagai anak pertama sangat berat, harus dituntut sempurna untuk adik-adiknya tanpa memikirkan kondisi mentalnya sendiri. Dari kecil sang ayah sudah keras terhadap Ruby, membuat ia menjadi gadis yang dingin dan arogan.

Pantas saja tidak ada yang mau berteman dengannya kecuali Dejana, dia juga heran mengapa sahabatnya kuat sekali menghadapi sifatnya yang seperti ini.

Rasanya ia ingin menangis ketika beban itu tidak mampu ia emban sendiri tapi ia tidak bisa, ia tidak mau terlihat lemah. Baginya tidak ada yang bisa melindungi dirinya kecuali dirinya sendiri untuk itu air mata baginya adalah bukti kelemahan, begitulah pikir seorang Ruby.

Setelah puas mengelilingi taman yang terletak cukup jauh dari di pinggiran kota, Ruby mendudukan diri di kursi taman yang menghadap ke arah danau secara langsung, dari sini ia dapat melihat indahnya sang mentari yang akan pulang ke peraduannya.

Mengingat percakapannya dengan sang Ibu tadi pagi membuat kepalanya kembali berdenyut pening. Ruby merogoh rokok dan pemantiknya di dalam blazer yang ia pakai, dengan terburu menyelipkan gulungan tembakau itu pada bibirnya dan menyesapnya dalam-dalam sembari memejamkan mata cantiknya, mencoba merasakan nikotin yang membuatnya merasa sedikit tenang.

"Mataharinya cantik ya" ucap seseorang tanpa sadar duduk disamping Ruby.

Ruby yang sadar membuka kedua matanya dan menoleh ke samping ke arah seseorang yang baru saja duduk di sampingnya.

"Mataharinya cantik, sama kayak kakak" ucapnya orang tersebut sembari menatap ke arah langit dimana sang mentari akan terbenam.

Ruby memandang heran anak yang duduk di sebelahnya dengan kening mengernyit 'siapa anak ini' pikirnya.

Anak itu menoleh ke arah Ruby, menatap lurus ke dalam manik milik Ruby sembari tersenyum sangat hangat dan cantik, sedangkan Ruby masih mempertahankan wajah datarnya saat menatap wajah anak itu.

COMPLICATED [NCT GS]Where stories live. Discover now