19.) t = s/v ( NAMANYA MENYESAL, BUKAN PENDAFTARAN )

920 153 25
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*
*
*

"Lo kalau ultah sukanya dikado apaan?" Melody mengercap sebentar. Pertanyaan Reymon sepuluh detik lalu bagai kumpulan zat kimia yang saling terikat, hasilnya jelas. Namun, bila rangakinnya ditafsirkan akan menjadi rumit. "Kenapa? Sebegitu susahnya pertanyaan gue sampai dalam waktu lima belas detik lo masih diem?"

Melody melirik ke atas, jari telunjuk sengaja diangkat setara dengan dagu, bagian ujung pun diketuk pelan tanpa menghasilkan suara. Sudut bibir sempat merapat sesaat, sampai beberapa nama benda terlintas di otak. Dia menoleh mantap ke arah Reymon sambil berspekulasi jika ....

"Kalau gue sih ..." Melody memberi jeda sebentar, "suka album NCT, terus novel genre misteri tapi bukan yang horor."

"Itu aja?" tanya Reymon sekali lagi. Terlihat jelas cowok ini merasa kurang puas dengan jawaban Melody.

"Ada satu yang lebih istimewa." Reymon menoleh penasaran, kedua sudut alis terangkat beberapa inci, ekspresinya menunjukaan ungkapan kata apa tanpa suara. "Ketulusan, bukan wujud barangnya tapi seberapa besar usaha orang itu buat beli bahkan bikin sendiri kado itu buat gue."

Reymon masih diam, bak orang berpikir serius. Namun, dengan penuh kepercayaan diri gadis satu ini berkata, "Kenapa? Ah, jangan-jangan ..." Melody mengayunkan jari telunjuk kanan pada Reymon, "lo mau kasih kado gue ulang tahun? Ngaku lo! Tapi asal lo tahu aja nih, ultah gue udah kelewat sebulan yang lalu."

Melihat betapa percaya dirinya Melody saat ini, Reymon hanya mampu tergeleng kepala, bibir pun ikut reflek menahan tawa beberapa saat sampai berganti dengan decakan heran. Kelakuan gadis ini sangat ajaib, hingga dia teringat akan kata-kata bijak dari George Bernard Shaw 'di dunia ini mereka yang bodoh terlalu percaya diri, sementara mereka yang pandai penuh keraguan.' Bodoh karena percaya kalau semua pemikirannya selalu benar tanpa berpikir seberapa besar risiko yang diterima. Contoh saja Melody, mungkin saja waktu pembagian kadar kepercayaan diri gadis ini mengantre paling depan.

Keduanya kini sudah tak lagi memperhatikan pemandangan hamparan gedung pencakar langit, atau bentangan nabastala, tidak pula menikmati semilir angin silir detik berganti. Melody memasang senyum begitu percaya diri, dia begitu yakin akan kemungkinan si penanya ingin memberikan sebuah hadiah. Di sisi lain Reymon menanggalkan kedua tangan yang terlipat di bawah dada, kedua telapak tangan sengaja dipindahkan ke dalam saku. Kaki bergerak dua langkah lebih dekat ke arah si gadis sambil mengulumkan senyum.

"Jangan kepedaan! Bukan buat lo, tapi adek gue. Selasa depan dia ulang tahun." Reymon tak mampu menahan gelak tawa, ketika melihat ekspresi menahan malu sekaligus dongkol di wajah Melody tercetak sempurna.

"Jangan ketawa!" bentak Melody melotot tajam. "Lagian di sini lo yang salah! Kenapa juga buat pertanyaan ambigu kayak tadi."

Sebisa mungkin Melody menghindari kontak mata dengan Reymon, bibirnya mengerucut sebal. Ekor mata melirik ke arah meja kecil, terlihat map merah berisikan lembar proposal rapat tadi tergeletak di sana. Buru-buru Melody berjalan ke sana, lebih baik menunggu Andrey di parkiran sambil menghitungi orang lewat daripada harus menyembunyikan rasa malu. Namun, gerak langkah kaki mendadak terhenti kala mendengar perkataan Reymon selanjutnya.

Plus For MinusWhere stories live. Discover now