28.) H2O (TITIK PULANG)

609 96 13
                                    

****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*
*
*
*

______________________________________
Gue selalu mikir jadi orang paling jenius waktu SMP, tapi sejak nama Dominic Kevano muncul semunya berubah. Andai cowok itu memilih sekolah lain untuk dia singahi, bukan SMP Wijaya! Semuanya bakal baik-baik aja.
______________________________________

Mata yang selalu merasa lega saat menatap mading, sekarang tengah menatap risau. Nama Zeya Ardeliana tertulis menjadi peringkat 2 bukan lagi peringkat 1, dia yang notabenenya menjadi peringkat 1 tetap selama 2 tahun mendadak lengser dari takhta. Pundanya merosot lelah, kelopak mata mengercap berulang kali berharap dia sedang berhalusinasi sekarang. Namun, naas kenyataan seolah ingin menunjukkan jika ada pemain baru sekarang, Dominic Kevano-penghuni baru sejak 4 bulan terakhir di kelas 9.A-sekarang Zeya paham kenapa sebulan sebelum UTS cowok ini bisa pindah ke SMP Cakrawala.

Cowok ini Genius, dia merangkak ke atas padahal UTS lalu dia berada di peringkat 3 di kelas—dua angka di bawah Zeya—tetapi kini dia merebut takhta gadis itu. Sial! Gue harus gimana sekarang? batin Zeya dalam hati.

"Wahh ada yang ilang pamor nih." Zoya menoleh ke sekitar, mencari dari mana suara cacian nyaring berasal. Ternyata Zaqueen, dan si kompor Azrin. "Azab orang banyak lagak ya gini."

Zeya cuman diam, dan seperti itulah dia. Hanya diam tanpa suara seperti orang bodoh. Pundaknya dipegang oleh seseorang, dia merasa ada sumber kekuatan datang. "Haduh, katanya ratu kok peringkat seangkatan ada di berapa?" Zoya pura-pura mengecek papan, seolah mencari dua nama orang yang menganggu saudaranya, menatap hina ke arah kedua lawan bicara secara bergantian. " Yang atu peringkat 35 atu lagi 40, ratu apaan kayak gini ratu semut? Ratu kok otaknya kosong."

Dan seperti biasa mereka akan kembali ribut layaknya dua tikus melawan kucing. Zoya sangat berbeda dengan Zeya. Dia kuat, pemberani, mungkin antara dia dan pelajaran tidak cocok. Namun, Zeya tahu otak gadis ini akan menjadi cemerlang bila diasa— Ujian kali ini Zoya peringkat 5 — Zeya bukanya tidak suka jikalau saudaranya maju, dia hanya takut. Takut jika nasibnya akan seperti Zoya. Dia takut dibenci Ardel, satu-satunya keunggulan Zeya hanyalah otak yang jenius. Hanya saja apakah otak itu akan terus menjadi si paling jenius jika jumlah populasi manusia saja begitu banyak di muka bumi.

*******

Jika mesin waktu itu nyata, bolekah Zoya meminjamnya? Dia tidak tahu harus beraksi seperti apa? Berada di ambang rasa keputusasaan, penyesalan, dan rasa sedih membuat dia hanya mampu menangis tanpa mampu menemukan solusi untuk masalah kali ini. Kumpulan sel di otak seolah mati dalam waktu seperkian detik, hingga tidak mampu bekerja barang itu cuman semenit. Kehilangan? Konyol jika kata tidak jawabannya. Zeya itu saudara kembarnya, sebenci apapun Zoya pada Zeya, dia tetap tidak rela jika kasusnya Zeya bukan kecelakaan melainkan bunuh diri. Apa sedangkal itu pemikirannya? Tulisan di lembaran diary paling akhir membuat Zoya tersadar, selama kembarannya hidup ... gadis itu hanya di dorong ke jurang kematian.

Plus For MinusWhere stories live. Discover now