6. Basket dan Morfeo

114K 15.3K 426
                                    

"Mama."

Panggilan itu sontak membuat Riona menolehkan kepalanya dan mendapati Morfeo yang baru saja mendudukkan diri di sebelahnya. Ia tersenyum, menatap hangat pada putra keduanya itu.

"Kenapa? Morfeo lapar? Mau makan?" tanya Riona seraya mematikan ponsel yang berada di tangannya.

Kepala Morfeo menggeleng pelan, ia lalu memeluk pinggang Riona manja dan menidurkan kepalanya di pangkuan paha Riona.

Sementara Riona sendiri dibuat kebingungan dengan sikap Morfeo yang tiba-tiba menjadi manja. Namun, ia tak berlama-lama dalam keterkejutannya dan mengukurkan tangan untuk mengelus rambut Morfeo yang terpangkas rapi itu.

"Kamu lagi mau manja-manjaan ya sama Mama?" goda Riona.

"Habisnya Mama selalu manjain Azriel doang, kan aku juga mau manja-manja sama Mama. Mau peluk Mama, mau dielus sama Mama juga," ucap Morfeo dengan wajah yang cemberut.

Riona terkekeh kecil.

Ia mencubit pelan hidung mancung Morfeo. "Jangan iri sama adek, sekarang Mama bakal sayang kalian sama rata kok. Kalau kamu mau peluk Mama, datang aja gak usah takut."

Morfeo tersenyum, hatinya menghangat mendengar penuturan sang mama. Ini pertama kalinya ia dapat merasakan kehangatan kasih saya seorang ibu, bahkan sejak ia lahir Riona sama sekali enggan menyentuhnya.

Semua anak-anak Riona hanya diasuh oleh baby sitter dan asisten rumah tangga. Susu pun mereka diberi susu formula tanpa pernah mengecap nikmatnya ASI, kecuali Casvian yang sempat diurus Riona selama satu bulan.

"Mama janji bakal sayang sama kita berempat? Enggak bakal marahin kita lagi, kan?" tanya Morfeo menatap wajah Riona serius.

Kepala Riona mengangguk. "Mama janji bakal sayang kalian lebih besar dari hidup Mama sendiri. Tapi, kalau kalian salah Mama tetap harus marahin kalian dong. Biar kalian enggak salah jalan."

Morfeo sontak bangkit dari posisi tidurannya dan memeluk tubuh Riona erat, Riona sendiri refleks membalas pelukan Morfeo dan memberikan kenyamanan bagi Morfeo.

"Mama, besok mau datang ke turnamen basket Morfeo enggak?" tawar Morfeo dengan kedua mata yang berbinar.

Selama tiga tahun menjadi bagian dari tim basket sekolah dan mengikuti puluhan turnamen, ini pertama kalinya Morfeo dengan berani mengundang mamanya untuk hadir dan menonton.

Tubuh Riona menegang mendengar tawaran Morfeo. "Mama boleh datang?" tanya Riona ragu.

Ia merasa terkejut mendengar ucapan dari Morfeo, pasalnya selama ini Morfeo tak pernah mengundangnya untuk ikut menonton dan ia sendiri cukup tahu diri. Ia ingat, sangat ingat.

Satu tahun lalu saat Morfeo bertanding dengan sekolah lain dan menjadi kapten tim basketnya, ia mendatangi Morfeo dan menarik remaja laki-laki itu di tengah-tengah pertandingan.

Ratusan penoton kala itu bisa melihat betapa kejamnya Riona yang menampar wajah Morfeo dan mengejutkannya di tengah-tengah pertandingan.

"Kurang ajar kamu, ya!" maki Riona setengah berteriak.

"Mama! Mama jangan bikin malu Morfeo kayak gini," mohon Morfeo.

Plak!

"Mama bikin malu kamu? Kamu yang bikin malu Mama! Apa-apaan ikut lomba basket kayak gini? Ini cuma sampah! Kamu harusnya ikut olimpiade matematika atau sains kayak kakak kamu, Casvian!"

Riona bisa mengingat jelas bagaimana kejamnya ia menarik tangan Morfeo untuk pergi secara paksa dari lapangan basket itu, tak memperdulikan panggilan dari teman-teman Morfeo, pihak sekolah maupun suaminya yang ikut menonton.

Ia tak mempedulikan bagaimana malunya Morfeo saat itu ketika menjadi tontonan dua sekolah.

Ia juga tak mau tahu bagaimana kerasnya Morfeo latihan selama tiga bulan hanya untuk mendapatkan posisi kapten tim dan membawa timnya menuju kemenangan pada turnamen itu.

"Iyaa. Mama bakal datang, kan? Aku dari dulu selalu pengen Mama nonton saat aku lagi tanding basket," ucap Morfeo murung. "Tapi, Mama cuma selalu datang buat kacauin pertandingan aku."

Hati Riona terasa tersentil mendengar ucapan Morfeo, ia merasa begitu menyesal telah membuat kacau hasil latihan putranya selama berbulan-bulan.

"Maafin Mama, ya, Nak. Mama janji bakal nonton dan dukung Morfeo besok, Mama enggak bakal buat pertandingan Morfeo kacau lagi," janji Riona.

Ia kembali memeluk Morfeo dan mengelus punggung Morfeo penuh sayang. Tanpa mereka sadari, Casvian yang baru saja turun dari tangga terhenti menonton keduanya. Senyum terlukis jelas di bibir Casvian, ia merasa senang karena adik-adiknya sekarang bisa merasakan kasih sayang sang ibu.

----

"Mama! Kok lama banget sih, ayo cepat. Nanti kita keburu telat," teriak Azriel tak sabaran dari lantai bawah.

Sedari tadi Azriel lah yang paling girang dan tak sabaran. Ia terus-menerus meneror satu persatu kamar kakak-kakaknya dengan dalih memastikan agar mereka tak terlambat. Padahal pertandingan basket Morfeo masih akan dimulai dua jam lagi.

"Adek, sabar dong. Itu Mama udah keluar dari kamar, jangan bikin Mama buru-buru," tegur Casvian yang hanya dibalas cengiran kecil.

Wylan dan ketiga anaknya yang ada di sana dibuat tercengang dengan gaya pakaian Riona yang mirip dengan anak muda jaman sekarang; crop top lengan panjang dan celana panjang dengan warna senada. Jangan lupakan sneaker dan rambut yang diurai indah.

"Mama! Ihh Mama gayanya kayak teman-teman cewekku di sekolah," celetuk Azriel menggoda.

"Iya! Mama ini enggak ingat umur, ya?" sindir Zadkiel. "Eh, tapi Mama masih cocok deh pakaian kayak gitu. Tapi, takutnya nanti Papa ngehajar orang di sana gara-gara liatin Mama terus."

Riona terkekeh kecil. "Jangan goda Papa kamu kayak gitu." Ia mengambil tangan Wylan dan memeluk lengan pria itu mesra.

Bibir Wylan mendekat ke telinga kanan Riona, membuat wanita itu bisa merasakan hembusan napas hangat Wylan di telinganya. Membuat bulu kuduknya meremang seketika.

"Aku bisa gila kalau kamu pakai pakaian seperti ini terus, Ri," bisik Wylan dengan suara rendah.

"Satu kali ini aja, Mas. Besok-besok enggak lagi," ucap Riona setengah berbisik meminta izin.

Wylan mendengus panjang. Ia tak menyukai jika tubuh Riona terekspos dan bisa dengan mudah dinikmati oleh pria lain. Namun, Wylan juga tak bisa melarang Riona karena itu bertentangan dengan prinsip mereka.

Bagi Wylan, Riona memiliki hak penuh atas tubuhnya. Riona berhak memakai pakaian apa saja asal tak menurunkan harga dirinya di mata publik.

"Boleh. Asal malam aku minta hak aku, bisa?" tanya Wylan lagi.

Keduanya masih terus berbisik-bisik dengan suara kecil, membuat Casvian dan yang lainnya hanya mendengus kesal. Mereka kini bagai nyamuk yang diabaikan oleh sepasang suami-istri itu.

"Mama! Papa! Ini kita udah mau telat loh, bisik-bisiknya dilanjut nanti aja kalau udah pulang!" rajuk Azriel kesal.

Ia merasa kakinya sudah kesemutan karena terlalu lama berdiri, menatap kesal pada kedua orang tuanya.

"Hahaha. Yaudah, ayo ke mobil," ajak Riona.

Ia berjalan keluar dari rumah dengan tangan yang saling bergandengan mesra dengan Wylan.

Di belakang mereka tampak Casvian, Zadkiel dan Azriel berjalan mengekori mereka dengan wajah sumringah. Mereka sudah tak sabar untuk menonton pertandingan Morfeo secara langsung, terlebih lagi pertandingan kali ini sangat spesial karena kehadiran Riona.

----

To be continued...

HALO!! KETEMU LAGI KITA^^

KALIAN APA KABAR?

SPAM NEXT DI SINI!

Be a Good Mother [Terbit]Where stories live. Discover now