11. Nanti Aku Cemburu

108K 16K 1.2K
                                    

Kedua mata Riona hampir terpejam beberapa kali, menghalau rasa kantuk yang menyerangnya begitu hebat saat ini. Kakinya berjalan hati-hati menuruni anak tangga yang lumayan gelap, apalagi waktu masih menunjukkan pukul satu pagi.

Namun, malam ini tenggorokan Riona tak bisa diajak berkompromi. Ia merasakan tenggorokannya begitu kering, ditambah ternyata ia lupa untuk mengisi gelas di kamar.

Langkahnya terhenti kala mendengar suara nyaring panci yang terjatuh dari arah dapur, kening Riona mengerut menandakan kebingungan dan tanda tanya yang mengisi kepala.

"Malam-malam gini siapa yang di dapur?" gumam Riona bertanya-tanya.

Untuk menuruti rasa penasarannya, Riona kembali melanjutkan langkah yang tertunda dan berjalan mengendap-endap menuju dapur. Takut kalau yang ia temui malah sejenis perampok atau maling.

"Oh, jadi ini maling yang sering habisin stok crab stick-nya Mama?"

Suara Riona yang tiba-tiba terdengar tanpa langkah kaki itu membuat Casvian terperanjat kaget. Ia memegangi dadanya yang berdegup kencang karena terkejut. Untung saja panci berisi air yang berada di tangannya tak tumpah.

"Mama? Ngagetin aja," ucap Casvian yang kembali santai.

Ia menyalakan kompor dan memasak air untuk mie yang berada tak jauh dari kompor. Sepiring kecil berisi beberapa potongan crab stick kesukaan Riona juga terlihat hadir di sana.

"Kamu lapar malam-malam? Kenapa belum tidur?" tanya seraya berjalan mendekat ke arah Casvian.

Ia mengambil gelas yang tertata di atas meja makan dan mengisinya dengan air dari dispenser. Ia lalu meneguk air tersebut untuk membasahi tenggorokannya yang sedari tadi terasa kering.

"Vian masih kerja tugas, Ma. Deadline-nya lusa, tapi tugasnya masih sisa setengah," adu Casvian dengan tangan yang sibuk memasukkan mie ke dalam rebusan air yang telah mendidih.

"Kenapa enggak bangunin Mama atau bibi buat masakin kamu? Enggak baik loh kalau keseringan makan mie instan kayak gini, apalagi malam-malam," nasihat Riona.

"Vian enggak enak kalau bangunin bibi, apalagi Mama," jawab Casvian.

Setelah memenuhi tujuannya turun ke bawah, Riona tak langsung kembali ke kamar. Ia menengok sebentar pada masakan Casvian, kemudian menggelengkan kepala kecil.

Tangan Riona terulur untuk mengecilkan api kompor.

"Kalau masak mie apinya kecilin, jangan terlalu besar kayak tadi. Nanti airnya mendidih banget terus tumpah-tumpah."

Casvian yang mendengar ajaran dari Riona hanya mengangguk kecil. Sungguh, ini pertama kali bagi Casvian melihat sang ibu mau bergelut di dapur dan memegang kompor maupun panci.

Riona lalu berjalan membuka pintu kulkas empat pintu yang berada tak jauh dari kompor, ia mengeluarkan sebuah telur dan memecahkannya di atas mie tadi.

"Kalau tengah malam gini, lebih enak mienya pakai telur yang dicampur langsung. Apalagi mie kuah gini," tambah Riona. "Kamu belum pernah coba?"

Pertanyaan Riona langsung dibalas dengan gelengan kecil oleh Casvian. "Vian jarang makan mie, Ma. Ini aja karena terpaksa, Vian enggak tau masak yang lain kalau bukan mie."

Riona terkekeh geli mendengar jawaban putra sulungnya itu. Di antara keempat putranya, memang Casvian lah yang paling kaku.

"Kalau kamu lapar, lain kali bangunin Mama, ya? Nanti Mama masakin banyak makanan kayak gini," ucap Riona dengan senyum merekah.

Memasak mie di tengah malam seperti ini menjadi kerinduan tersendiri bagi Riona. Ia menjadi rindu masa-masa SMA-nya, di mana saat ia sibuk begadang dengan tugas-tugas dan latihan ujian, sering kali ia memasak mie instan.

Be a Good Mother [Terbit]Where stories live. Discover now