8. Maafin Mama, Nak

109K 15.7K 778
                                    

"Mama, jangan! Mama tolong buka pintunya, kaki Azriel biru-biru. Badannya juga demam."

Namun, Riona sama sekali tak mempedulikan teriakan histeris dipenuhi tangisan itu, telinganya seolah tuli dengan segala permohonan anak kembarnya.

Ia yang baru saja mengetahui bahwa Zadkiel mengikuti lomba memasak langsung mengamuk, tetapi saat hendak memukul Zadkiel tiba-tiba Azriel datang dan mengorbankan dirinya. Jadilah Azriel yang mendapat amukan amarah dari sang ibu.

Riona tanpa perasaan memukul kaki Azriel dengan rotan membuat kaki Azriel membiru, bahkan beberapa bagian kulitnya terkelupas dan mengeluarkan darah.

Tak puas memukul Azriel bak orang kesetanan, Riona juga menyeret kedua saudara kembar itu ke dalam gudang dan mengurung mereka di sana.

"Mama buka pintunya. Riel pingsan, Ma! Mama tolongin kita satu kali ini aja, Kiel janji enggak bakal ikut lomba masak lagi, Kiel janji bakal bikin Mama bangga," teriak Zadkiel meraung-raung.

Di dalam sana tubuh Zadkiel bergetar hebat dengan kedua pahanya yang dijadikan bantalan bagi kepala Azriel. Ia bisa merasakan bagaimana panasnya suhu tubuh Azriel saat ini.

Sementara itu, Wylan yang baru saja pulang dan mendengar raungan anaknya memenuhi seisi rumah membuat amarahnya langsung terpancing. Ia bergegas menghampiri Riona dan menatap tajam wanita itu.

"Mana kuncinya," ucap Wylan dingin.

Kepala Riona mendongak menatap Wylan. "Gak. Mereka harus di dalam situ sampai besok pagi."

"Mana kuncinya Riona Amara!" sentak Wylan.

Namun, Riona tetap kukuh pada pendiriannya. Ia tak kunjung memberikan kunci gudang yang ia kantongi pada Wylan. Hal itu membuat aura permusuhan di antara mereka semakin tampak jelas.

"Oke. Kalau kamu enggak mau kasih kuncinya, aku pakai cara kasar," putus Wylan.

Ia berjalan menuju pintu gudang dan berdiri sejenak di depan pintu yang terkunci rapat itu. "Kiel, kamu sama Ziel tolong jauh-jauh dari pintu."

"Iyaa, Pa!" ucap Zadkiel yang seketika bersemangat mendengar suara sang papa.

Ia lalu menggendong tubuh Azriel untuk menjauh dari pintu gudang. "Sudah, Pa."

Bruk!

Tanpa menunggu lama Wylan langsung mendobrak pintu tersebut, membuat engselnya rusak dan terbuka lebar. Ia menghampiri kedua putra kembarnya. Hatinya terasa teriris kala melihat keadaan Azriel yang mengenaskan.

"Kamu bawa Azriel ke rumah sakit, di depan ada supir," pinta Wylan. "Nanti papa nyusul ke rumah sakit. Kamu telepon Morfeo atau Vian aja buat temanin kamu."

Kepala Zadkiel mengangguk pelan, ia langsung melaksanakan perintah sang ayah dan memapah tubuh Azriel untuk berjalan keluar.

"Kamu apa-apaan sih?! Mereka itu harus dididik dengan keras biar bisa sukses! Kalau mereka aja terus kamu manjain kayak gini, gimana mereka bisa disiplin dan nurut sama aku?!" bentak Riona tak terima.

"Kamu yang apa-apaan, Ri! Mereka anak-anak kamu, darah daging kamu, kamu yang mengandung mereka sembilan bulan dan kamu sendiri yang melahirkan mereka. Tega kamu perlakukan mereka seperti itu!" balas Wylan tak terima.

Ia sudah cukup muak dengan sikap Riona selama ini yang selalu semena-mena pada keempat anak-anak mereka.

"Kamu yang tega! Aku enggak pernah berharap mereka lahir dari rahim aku, Mas! Kamu yang paksa aku buat lahirin mereka! Kamu jahat, Mas! Kamu hancurin hidup aku," balas Riona dengan wajah memerah.

Be a Good Mother [Terbit]Where stories live. Discover now