20. Aku Ikhlas, Mas

99.9K 13.4K 875
                                    

"Mama, kapan kita ke Disneyland?" tanya Azriel.

Riona hanya bisa mengurut keningnya yang terasa pusing mendengar pertanyaan Azriel yang entah sudah ke berapa kalinya hari ini.

"Riel, Sayang. Itu kamu lihat di luar udah gelap, kan? Coba Disneyland mana yang masih buka jam segini?" tanya Riona lembut, berusaha mengontrol diri agar tak meledakkan emosinya.

Sementara Azriel yang mendengar jawaban Riona hanya menyengir kecil, menampakkan deretan gigi putihnya yang tersusun rapi. Melihat wajah lucu itu seolah membuat emosi Riona menguap pergi.

"Lusa ya baru kita ke Disneyland. Besok kita mau jalan-jalan dulu ke tempat wisata sekitaran sini, terus kita pindah ke New South Wales, habis itu terakhir kita ke Melbourne," jelas Riona.

Akhirnya Azriel menganggukkan kepala dan duduk dengan tenang di sepanjang jalan menuju hotel. Riona sendiri pun akhirnya juga bisa bernapas lega.

Tak lama kemudian, taksi yang mereka naiki berhenti di depan lobi hotel yang mereka tuju, Wylan pun membayar ongkos taksi dan turun dari mobil. Mereka berjalan masuk ke area hotel dengan membawa koper masing-masing.

"Aku ke resepsionisnya dulu, ya," ucap Wylan yang diangguki oleh Riona.

Ia memang sudah merencanakan segalanya. Mulai dari tiket pesawat, tiket masuk Disneyland hingga hotel yang akan mereka tempati, Wylan sudah menyuruh sekretarisnya agar memesankan tiket-tiket itu.

Hal itu Wylan lakukan agar saat liburan mereka tak akan mendapat kendala, misalnya seperti kehabisan tiket pesawat, kamar hotel atau gagal masuk ke Disneyland.

Tak lama kemudian, Wylan datang dengan membawa dua kartu akses kamar hotel dengan tipe suit room. Ia menyodorkan satu kartu akses pada Casvian.

"Ini kamarnya buat berempat," tutur Wylan.

Kening Zadkiel mengerut. "Kok enggak bareng Mama sama Papa aja? Kita tidur berenam, lagian Papa ambil suit room juga, kan? Cukup lah buat berenam."

Ucapan Zadkiel diangguki oleh Morfeo dan Azriel. Mereka bertiga kini lebih posesif pada Riona dan tak memberikan ruang untuk Riona dan Wylan berduaan. Ucapan Wylan yang tempo hari hendak memberikan merek adik sontak membuat Azriel dan Zadkiel siaga satu.

"Loh, kan Papa sama Mama mau bulan madu. Siapa tahu pulang-pulang dari Australia kalian dapat adik, kan," goda Wylan santai seraya menaik-turunkan alisnya.

Mata Zadkiel dan Azriel melotot bersamaan. "NO! Pokoknya Kiel sama Riel mau bobo sama Mama!" Kedua anak kembar itu menyilangkan tangan mereka dengan wajah tegas.

Zadkiel dan Azriel lebih rela mendapat ceramah panjang dari Wylan, Riona dan Casvian daripada mendapatkan adik. Sungguh, mereka belum siap menjadi kakak dan melepaskan gelar sebagai anak bungsu kesayangan.

"Yee, enggak boleh gitu dong. Kalian kalau di rumah udah monopoli Mama, sekarang waktunya Mama sama Papa berduaan dong," balas Wylan tak mau kalah.

"Gak mau! Mama punya kita," tolak Azriel tegas seraya bertolak pinggang.

Matanya menatap tajam pada Wylan, membuat anak dan ayah itu tampak saling bermusuhan.

"Stop! Mama capek ya, dari tadi di pesawat kalian berantem mulu kerjanya. Sekarang kalian juga mau berantem? Belum puas?" tanya Riona yang akhirnya angkat bicara. "Kalau belum puas silakan lanjut, Mama pesan kamar lain aja. Biar Mama tidur sendirian."

"EH JANGAN!" cegah Wylan dan Azriel bersamaan.

Keluarga itu tak mempedulikan jika saat ini mereka tengah menjadi pusat perhatian para pegawai hotel dan beberapa tamu hotel yang duduk di lobi. Mereka sudah seperti orang gila yang sebentar lagi akan diusir sekuriti.

Be a Good Mother [Terbit]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora