35. Janji, Satu Kali

56.4K 9.6K 1.3K
                                    

Wylan mengusap keringat yang memenuhi sekitaran wajah, setelah satu jam lebih bergelut dengan dapur dan alat-alat masak, kini di hadapannya sudah tersaji satu porsi cap cay seafood buatannya.

Ia pun membawa piring tersebut pada Riona yang sudah menunggu sejak tadi di ruang makan. Ibu hamil itu bahkan telah menghabiskan beberapa bungkus camilan ringan untuk menunggu suaminya selesai.

"Coba dulu, Ri," pinta Wylan ragu-ragu.

Riona menatap antusias dan berbinar pada sepiring cap cay tersebut, ia pun meraih sendok dan garpu. Kemudian Riona mengaduk cap cay buatan Wylan itu dan menyuapkannya ke dalam mulut.

Dalam hati Wylan terus berdoa semoga saja masakan pertamanya terasa enak dan pas bagi Riona. Semoga usahanya membedakan antara garam dan gula tak sia-sia.

Beberapa detik Riona tampak terdiam seraya sibuk mengecap rasa dari cap cay yang dimakannya, membuat Wylan kesusahan hanya untuk menelan ludahnya sendiri.

"Enak," ucap Riona tiba-tiba.

Satu kata itu berhasil membuat Wylan terkejut dengan mata membulat sempurna. "Beneran enak? Kamu gak lagi berusaha hibur aku, kan? Kalau emang gak enak jujur aja."

Riona menggeleng. "Emang beneran enak kok, Mas. Cobain deh, ini enak banget."

Dengan ragu-ragu Wylan mendekat pada Riona, ia mengambil alih sendok dari tangan wanita itu dan menyuapkan sesendok cap cay buatannya sendiri ke dalam mulut.

Beberapa kali Wylan mengecap rasanya hingga akhirnya ia ikut mengangguk. "Eh, beneran enak ternyata," ucap Wylan girang.

Percobaan pertama yang tak gagal. Seperti kata pepatah, usaha tak akan mengkhianati hasil.

"Yaudah, kamu habisin deh. Makan sampai kenyang, biar dedeknya juga senang dan sehat di dalam," pinta Wylan seraya mengusap-usap kepala Riona.

Riona menahan tangan Wylan yang hendak beranjak dari sana dengan wajah cemberut. "Sini, makan bareng aku aja."

Akhirnya Wylan pun menarik salah satu kursi di sebelah Riona untuk menemani wanita itu. Senyum tak kunjung pudar dari bibir Wylan kala melihat bagaimana antusias dan lahapnya Riona memakan masakannya.

"Ayo buka mulut, Mas," pinta Riona seraya menyodorkan sesendok capcay.

Tanpa protes Wylan langsung membuka mulutnya sedikit lebar, menerima suapan makanan dari Riona. Keduanya kini sudah seperti remaja yang tengah kasmaran.

Beberapa kali juga Wylan bergantian menyuapi Riona, sudah seperti dunia milik mereka berdua saja.

"Ekhem! Aduh, kok ada orang pacaran nyasar sih di sini? Aku di mana? Aku siapa? Kayaknya salah masuk rumah deh."

Suara cempreng itu berhasil mengacaukan suasana romantis di antara Wylan dan Riona, mereka sontak menolehkan pandangan bersama-sama, melihat si pelaku yang tiba-tiba datang tanpa akhlak.

Siapa lagi kalau bukan Azriel.

"Aduh, dunia serasa milik berdua, ya. Tiket ke Jupiter berapa, ya? Beli tiketnya di mana ya kira-kira?"

Suara laknat yang satu itu milik Morfeo.

Wylan merotasikan bola matanya malas. Tadinya ia ingin menghabiskan waktu berdua dengan Riona, tetapi kini pengganggu sudah datang. Bisa dipastikan Riona akan dimonopoli oleh ketiga anaknya itu. 

Lain dengan kedua saudaranya, Zadkiel malah menghampiri sang ibu dan langsung mengelus perut buncit Riona. "Halo, Adek. Abang udah pulang sekolah nih, gimana di dalam? Sehat-sehat, kan?"

Riona tersenyum hangat, mengelus rambut Zadkiel yang mulai memanjang. "Adeknya baik-baik aja kok di dalam, tadi dia bahkan udah bisa nendang loh."

Dari keempat anaknya, Zadkiel lah yang paling dekat dengan calon adiknya. Tiada hari tanpa Zadkiel yang mengusap perut Riona dan mengajak mengobrol calon adiknya. Anak itu terlihat sangat antusias menanti calon adiknya.

Be a Good Mother [Terbit]Where stories live. Discover now